Gadis dengan rambut digerai indah itu berdiri di sebuah restoran ternama ibu kota. Cloud Lounge & Living Room, sebuah restoran yang terletak di The Plaza Office Tower. Dia mengedarkan pandangan, melihat beberapa kursi yang penuh dengan pengunjung. Di bagian tengah ruangan terlihat ada pengunjung yang berulang tahun.
Auryn melangkah masuk sambil mengedarkan pandangan. Saat menuju ke sky room dia melihat punggung cowok berkemeja putih sedang duduk menghadap gedung pencakar langit di seberang.
Tanpa menunggu waktu lama, Auryn langsung mendekati cowok itu dan menepuk pundaknya.
“Yohan,” panggilnya.
Yohan menoleh memperhatikan Auryn yang tampak cantik dengan make up natural. Arah pandang Yohan lalu tertuju dress yang dikenakan Auryn. Dress pink tanpa lengan yang panjangnya hanya mencapai atas lutut. Di bagian perut, dress itu memiliki kerutan dengan pita di sebelah kiri. Sedangkan di bagian bawah terdapat renda berbentuk bunga.
Senyum Yohan tampak puas melihat dress pilihannya membuat Auryn semakin cantik. Ah bahkan gadis itu selalu cantik di setiap kesempatan.
“Sini duduk,” ajak Yohan sambil menepuk kursi di sampingnya.
Auryn menurut, duduk di samping Yohan. Gadis itu menatap gedung pencakar langit lainnya. Dari tempatnya dia merasakan angin kota Jakarta yang cukup membuat bulu kuduknya meremang.
“Nggak apa-apa kan kita duduk sini?” tanya Yohan saat melihat Auryn bergidik, seperti kedinginan.
“Nggak apa-apa. Gue seneng malah. Bisa lihat lampu kerlap-kerlip.”
Arah pandang Auryn lalu tertuju ke beberapa bangunan yang lebih rendah dari tempatnya sekarang. Cewek itu lalu mendongak, melihat bintang yang berkerlap-kerlip seolah tak mau kalah dengan kelap-kelip lampu.
“Gue nggak nyangka lo ngajak gue ke sini,” ungkap Auryn.
“Emangnya kenapa?”
“Tempat ini menurut gue romantis. Apalagi lo milih tempat di sky room.”
Kedua tangan Yohan bertumpu di atas meja. Dia menatap bangunan di depannya dengan pandangan menerawang.
“Gue dulu punya rencana, kalau ngerayain hari spesial pengen di sini. View-nya bagus,” jelas Yohan. Dia lalu menoleh ke Auryn. “Apalagi sama cewek spesial kayak lo.”
Seketika Auryn tersipu malu. Sebenarnya ini bukan pertama kalinya dia ke sini. Dia pernah ke mari bersama kedua orangtuanya dan Andreas. Tapi sekarang, Auryn merasakan sensasi yang berbeda. Seperti ada letupan-letupan kecil di dadanya.
“Makasih ya, Han. Lo selalu jadiin gadis spesial,” kata Auryn sambil menggenggam tangan Yohan.
“Sama-sama,” Yohan membalas genggaman Auryn. “Kalau menurut lo, gue juga cowok spesial nggak?”
Pertanyaan itu tak membuat Auryn langsung menjawab. Dia bingung. Kalau dia menjawab Yohan spesial, tapi dia saja menduakan cowok itu. Tapi kalau menjawab tidak, nyatanya Yohan cukup spesial bagi Auryn.
“Silakan.”
Sang Pramusaji datang menginterupsi. Dia meletakkan makanan dan minuman pesanan Yohan.
Auryn seketika melepas genggaman tangannya lalu menatap beef salad with thai dressing yang menggugah seleranya itu.
“Mau tukar menu sama gue?” tawar Yohan.
“Enggak deh,” jawab Auryn sambil menatap lamb shank yang sebenarnya menggugah selera itu. Tapi Auryn sedang tidak mau memakan daging seperti itu, takut lipstick tipisnya belepotan.
“Gue jadi inget deh gimana kita jadian,” Yohan kembali membuka percakapan. Dia memotong daging lamb itu lalu melirik Auryn yang hanya diam.
“Waktu itu di belakang sekolah setelah gue main basket, gue nekat nembak lo,” lanjutnya.
Kata “nekat” yang diucapkan Yohan membuat Auryn tertarik. Gadis dengan cluth pink itu langsung menoleh.
“Nekat? Kenapa bisa nekat?”
Yohan mengangkat bahu pelan. “Lo inget nggak sih, dulu lo selalu jadian sama kakak tingkat dan rata-rata ganteng semua?” tanyanya. “Ya gue takut aja gue bukan selera lo.”
Auryn membuang napas pelan. Benar, dia sebelumnya pacaran dengan kakak tingkat yang ganteng-ganteng. Tapi Auryn tak pernah melihat kriteria idaman dulu.
“Buktinya gue nerima lo kan,” jawab Auryn sambil menepuk pundak Yohan pelan.
“Apa yang bikin lo dulu nerima gue?”
Sebenarnya ini pertanyaan aneh tapi sekaligus penting. Yohan penasaran apa alasan Auryn dulu menerimanya. Kalau gadis itu memiliki rasa, apa rasa itu sekarang masih ada?
“Karena gue nyaman sama lo. Gue sayang sama lo,” jawab Auryn tanpa beban. Dia ingat dengan Yohan cowok yang lumayan terkenal saat MOS.
“Dari kelas satu kita udah kenal kan? yah meski jarang ngobrol bareng. Terus lama-lama kita deket dan enam bulan yang lalu lo nembak gue,” lanjut Auryn.
Yohan memutar tubuhnya. Dia tak lagi tertarik dengan makanan pesanannya. Cowok itu kini fokus menatap Auryn.
“Apa rasa lo sekarang masih sama?” tanya Yohan dengan suara agak pelan. Beruntung musik live di Cloud Lounge tak begitu keras, hingga tak perlu berteriak-teriak.
Pertanyaan itu membuat tubuh Auryn mendadak kaku. Firasatnya mengatakan kalau Yohan telah mengetahui sesuatu. Auryn menunduk sambil menarapikan rambutnya yang tertiup angin.
“Sama,” jawabnya tak begitu yakin.
Jawaban itu nyatanya sama sekali tak melegakan Yohan. Cowok itu tahu bagaimana Auryn terlihat kebingungan dan menghindari kontak mata dengannya.
“Nggak tahu kenapa akhir-akhir ini gue sering ngerasa cemburu, Ryn.”
Sontak Auryn mengangkat wajah. Ingin tahu kelanjutkan cerita cowok itu.
“Iya gue cemburu,” ulang Yohan setelah Auryn menatapnya penuh tanya. Cowok itu mengalihkan pandangannya sejenak. Melihat di pengunjung di dalam ruangan yang sedang meniup lilin.
“Dulu gue emang sering cemburu, tapi rasanya nggak kayak gini. Gue tahu risiko pacaran sama kayak lo itu gimana.”
“Risiko apa sih, Han?” tanya Auryn tak mengerti.
Arah pandang Yohan kembali ke Auryn. Cowok itu mengusap puncak kepala Auryn pelan, tindakan yang sering dia lakukan.
“Risiko kalau cewek gue ini banyak yang suka. Banyak yang deketin. Dan gue ngerasa ada cowok yang niat ngerebut lo dari gue.”
Nggak salah lagi! dia curiga! Jerit hati Auryn. Dia tersenyum tipis, untuk mengurangi rasa gugupnya.
“Tapi kan gue ada perasaan sama mereka,” kata Auryn.
Apa lo nggak ada perasaan ke Redo? batin Yohan. Dia melepas genggaman tangan Auryn lalu kembali duduk menghadap depan.
“Awalnya gue cukup tenang karena lo nggak punya perasaan ke cowok-cowok yang deketin lo. Tapi ada satu cowok yang gue rasa, lo udah mulai suka sama dia.”
“Maksud lo apa sih, Han?” Auryn mulai sebal. Kenapa disaat dinner merayakan hari jadi enam bulanan malah Yohan membahas masalah ini? Bukan memuji pasangan dan percakapan-percakapan ringan sebagai pengiring.
“Lo suka sama cowok lain?” tanya Yohan to the point. Baginya cukup dia tadi mengawali pembicaraan yang terlalu panjang.
Auryn menggeleng pelan. Antara rasa tak percaya dengan pertanyaan Yohan yang dia dengar.
“Apaan sih lo!” jawab Auryn lalu melanjutkan makannya.
Manik mata Yohan terus mengarah ke Auryn. Cewek itu terlihat begitu gelisah dan tak nyaman. Semakin menguatkan dugaan Yohan kalau Auryn telah berbuat curang.
“Kalau lo suka sama cowok lain, gue bisa ngelepas lo.”
Kalimat itu membuat wajah Auryn berubah merah. Dia menoleh dengan sorot mata tajam. “Maksud lo apa sih!!”
“Lo jelas tahu maksud gue,” jawab Yohan lalu mengalihkan pandangan ke arah lain.
Auryn tak langsung menjawab. Dadanya naik turun karena pertanyaan Yohan yang memancing itu.
“Gue udah ngasih lo kepercayaan seratus persen. Tapi kayaknya lo manfaatin itu,” jelas Yohan. “Kalau lo emang mau lepas, gue bisa lepasin lo.”
“ENGGAK!”
Tak sadar, Auryn menjawab sambil berteriak. Untungnya orang-orang sekitar tak ada yang peduli. Auryn menggeleng tegas, tak mau putus dari Yohan.
“Han, please ngapain bahas ini? harusnya kita seneng-seneng ngerayain malam ini,” pinta Auryn.
“Harusnya. Gue bahkan udah bayangin malam ini dengan sempurna,” jawab Yohan. “Tapi sayangnya, ada yang ngusik hati gue.”
Auryn membuang pandangannya. Dia mengusap rambutnya yang terus dipermainkan oleh angin.
“Ngaku aja, Ryn. Apa yang udah lo perbuat sama gue?” Yohan kembali bersuara. Bisa saja dia membeberkan apa yang dia lihat kemarin. Tapi cowok itu ingin Auryn lebih dulu jujur.
“Udahlah, Han. Capek ngomong sama lo!”
Bukannya menjawab, Auryn justru turun dari kursi dan berjalan menjauh. Dia bingung mencari alasan apa untuk menjawab pertanyaan Yohan. Saat keluar, Auryn sama sekali tak menoleh ke kanan dan kiri, bahkan gadis itu berjalan sambil menunduk.
Bugh!
Bahunya bertabrakan dengan lengan seseorang. Auryn mendongak dan melihat cowok berkemeja biru yang menatapnya penuh tanya.