“Nggak pulang, Ryn?”
“Ini mau pulang.”
Auryn memperhatikan Yohan yang berdiri dengan tas slempang di tangan kiri. Auryn balik badan menuju bangku tak jauh dari tempatnya. Dia lalu menepuk sisi kursi sebelahnya.
“Sini. Lo mau latihan ya?” tanyanya.
Yohan menurut lalu duduk di samping Auryn. “Iya.”
Cowok yang mengenakan gelang itu memperhatikan Auryn. Rasa curiga cowok itu kembali mengambil alih. Auryn bilang ingin pulang, tapi gadis itu malah berjalan hendak menuju belakang sekolah.
“Dijemput kak Andreas?” tanya Yohan.
Auryn manggut-manggut. Dia memperhatikan Yohan yang menatapnya intens. “Kenapa natap gue kayak gitu?”
Seketika Yohan mengalihkan tatapannya. Jika berhadapan dengan Auryn, dia selalu tergelitik untuk menanyakan hubungan Auryn dengan Redo. Tapi, Yohan tak ingin dituduh cowok posesif yang tak memperbolehkan pacarnya berinteraksi dengan cowok lain. Tapi di satu sisi, Yohan penasaran dengan hubungan Auryn dengan Redo.
“Ryn!”
“Han!”
Panggil mereka bersamaan. Auryn mengulas senyum. “Gue dulu ya. Lady first,” pintanya dan Yohan pun mengangguk.
“Gue...”
“Han! Latihan sekarang yuk!”
Auryn tak bisa menyelesaikan kalimatnya. Gadis itu menoleh dan melihat cowok yang menginterupsi, Uca.
“Sekarang?” tanya Yohan sambil berdiri. Dia lalu menatap Auryn. “Lain kali dilanjutin lagi ya.”
“Ya udah.”
Yohan mengusap rambut Auryn pelan. Setelah itu Yohan pergi bersama Uca. Menyisakan Auryn yang duduk di bangku hitam itu. Dia sebenarnya ingin meminta maaf karena kemarin jalan dengan Redo. Yah meski Auryn tak mungkin menceritakan kronologisnya.
Drrtt!!
Ponsel Auryn bergetar. Dia merogoh ponsel di saku roknya lalu melihat nama Redo muncul. Auryn menoleh sekeliling, melihat suasana sekolah telah sepi. Gadis itu tak menjawab panggilan Redo tapi buru-buru beranjak ke belakang sekolah.
“Ck! Mana sih tuh anak!”
Di belakang sekolah, Redo berdecak kesal. Cowok itu mengintip ke koridor sekolah yang sepi itu.
“Apa, Do?” tanya Auryn sesampainya di belakang sekolah.
Redo menoleh, memperhatikan Auryn berdiri dengan napas naik turun. Redo mendekat dan mengusap puncak kepala Auryn lembut.
“Gue kangen sama lo”
Auryn terdiam, menatap Redo dengan pandangan menyelidik. “Bener?” tanyanya. “Kan baru semalem ketemu,” lanjut Auryn.
“Iya sih. Tapi kan Yohan dateng terus gue pulang?”
“Sorry.”
Ucapan itu membuat Redo mengulas senyum. Setidaknya gadis itu masih memikirkan perasaan Redo. Tangan cowok itu lalu terulur mengusap puncak kepala Auryn.
“Sebel sih gue. Tapi kita juga nggak tahu kalau Yohan tiba-tiba dateng.”
Auryn mengangguk. “Gue minta maaf. Bahkan baju-baju lo sampai lo kasih ke gue,” jawabnya. “Lo bisa ambil baju itu kok,” lanjutnya.
Redo menggeleng pelan. Soal baju dia sama sekali tak mempermasalahkan. Yang menjadi masalah adalah waktu berduaannya dengan Auryn jadi terganggu karena kedatangan Yohan semalam.
“Kasih pacar lo aja. Gue nggak butuh.”
“Ck! Congkak!”
“Gue bisa beli baju, Ryn. Tanpa lo kembaliin baju itu.”
“Ya. Ya. Ya,” jawab Auryn tak ingin mempermasalahkan soal baju. Dia tahu Redo kaya, tapi tak perlulah sampai menjawab seperti tadi.
“Pulang bareng?” tawar Redo.
Auryn terdiam. Dia ingat anak ekskul bakset yang sedang latihan. “Emang lo nggak latihan?”
Seketika Redo melihat jam di pergelangan tangannya. “Sejam lagi. Anak-anak masih mau meeting. Udah yuk gue anter!”
Redo lalu menggenggam tangan Auryn. Gadis itu menahan tarikan Redo. Auryn lalu menggeleng tegas.
“Nanti ketahuan Yohan,” jawab Auryn sambil melepas genggaman Redo.
“Kalau lo ngulur-ngulur waktu anak-anak keburu latihan,” jawab Redo sambil kembali menggenggam tangan Auryn. “Ayo, Ryn!”
Akhirnya Auryn menurut. Dia berjalan di belakang Redo sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, waspada.
“Ayo cepet!” ajak Auryn lalu berjalan lebih dulu sambil menarik Redo.
Di belakangnya, Redo terkekeh geli. Dia melihat jelas bagaimana paniknya Auryn. Tapi, sebagian hati Redo tak terima dengan tindakan Auryn yang terkesan menjaga hubungannya dengan Yohan.
“Pelan-pelan, Ryn! Parkiran sepi kok. Nggak ada yang liat,” kata Redo sambil menyejajarkan langkah dengan Auryn.
Redo lalu melepas genggaman tangannya berganti melingkarkan tangan ke pundak Auryn. “Lucu banget sih pacar gue kalau lagi panik.”
Auryn menunduk lalu menjauhkan tangan Redo dari pundaknya. “Apaan sih!” jawab Auryn sambil menonjok lengan Redo.
“Punya mulut dijaga! Kalau nanti ada yang denger gimana?” kata Auryn mengingatkan.
“Nggak ada siapa-siapa kok,” jawab Redo sambil menoleh ke sekeliling. Setelah itu dia berjalan lebih dulu, membukakan pintu penumpang untuk Auryn.
“Silakan masuk.”
Tanpa menjawab kalimat Redo, Auryn masuk mobil. Gadis itu ingin segera pergi dari sekolah sebelum ada yang melihat.
Tanpa diketahui, dari balik pohon cemara, seorang cowok melihat kejadian barusan.
“Gue makin yakin mereka ada apa-apa.”
Cowok itu lalu keluar dari persembunyiannya. Dia berdiri menatap mobil merah yang melaju keluar dari gerbang itu.
***
Kamar bernuansa hitam putih dihuni oleh cowok berambut rapi itu. Dia duduk di depan komputer sambil melipat kedua tangan di depan d**a. Pikirannya menerawang ke kejadian beberapa jam lalu.
“Oh ya gue udah punya contoh baju dengan desain baru,” kata Yohan sesampainya di ruang ekskul basket.
“Pak Indra tadi ngasih tahu ke gue,” lanjutnya.
Lima siswa yang duduk di teras seketika mengangkat wajah. Mereka tampak antusias dengan apa yang diucapkan kapten mereka.
“Mana? bagus nggak?” seru salah satu anggota tim basket.
“Bentar gue kasih tahu!” kata Yohan sambil menurunkan tasnya. Dia membuka tas dan mencari kaos basket yang berwarna biru itu.
“Kok nggak ada sih,” makinya sambil mengobrak-abrik tasnya.
“Kayaknya ketinggalan di jok motor deh. Sebelum berangkat gue keluarin dari tas soalnya,” kata Yohan mengingat.
“Coba lo cek di jok, Han,” kata Uca.
Yohan lalu beranjak keluar untuk mengambil kaos bakset. Tak sampai lima menit, dia sampai di motornya. Dia mengeluarkan baju basket yang memang berada di jok. Dia membuka kaos itu sejenak lalu melipatnya asal.
Saat berbalik, cowok itu melihat Auryn yang berjalan cepat. Entah kenapa Yohan buru-buru berjongkok di dekat motor. Dia mengintip Auryn dan Redo yang berjalan menuju parkiran mobil.
Karena penasaran Yohan keluar dari persembunyiannya. Dia melangkah pelan mengikuti. Dia samar-samar mendengar percakapan Auryn dan Redo.
“Pelan-pelan, Ryn! Parkiran sepi kok. Nggak ada yang liat,” kata Redo.
Yohan terus mengikuti, sambil sesekali menutup wajahnya dengan baju basket. Tatapan cowok itu lalu tertuju ke pohon cukup besar di pinggir parkiran. Buru-buru dia mendekat ke pohon cemara itu dan bersembunyi di baliknya.
“Lucu banget sih pacar gue kalau lagi panik.”
Perkataan Redo membuat Yohan langsung mengepalkan tangan. Dia mendengar suara Redo cukup kencang bahkan sangat jelas. Tatapan Yohan lalu tertuju ke Redo yang membukakan pintu untuk Auryn.
“Gue nggak nyangka mereka kayak gitu!” maki Yohan.