36-Cemburu

1091 Kata
“Oh ya gue punya sesuatu buat lo.” Buru-buru Yohan melepas genggaman tangan itu dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Cowok itu menyerahkan kodo berbungkus pink dengan pita senada di bagian ujung. “Bukan barang mewah. Tapi gue harap ini spesial.” Auryn menerima kotak kado itu. “Gue boleh buka?” “Boleh banget.” Setelah mendapat persetujuan, Auryn membuka kado itu. Dia melihat sebuah dress berwarna pink. Lalu di bagian atas dress terdapat gelang dengan rantai pink, dengan huruf Y di bagian tengah. “Lo bikin ini sendiri?” tanya Auryn sambil mengambil gelang itu. “Ya.” Senyum Yohan mengembang. Dia mengambil gelang itu dari tangan Auryn lalu memperhatikan dengan saksama. “Y ini jelas inisial gue. Harapan gue sih, lo bakal selalu inget gue.” Ada yang menusuk d**a Auryn. Dia merasa bersalah karena menduakan Yohan. Sedangkan Yohan terlihat begitu tulus dan sangat mencintai Auryn. “Sini biar gue pasangin,” kata Yohan sambil membuka pengait gelang itu. Tangan kanan Auryn terulur ke arah Yohan. Cowok itu lalu memasangkan gelang itu di tangan Auryn. “Simpen ini baik-baik. Jangan sampai dirampas guru BP,” kata Yohan mengingatkan. “Itu sih elo.” Kedua orang itu lalu terbahak. Hingga api di lilin itu bergerak-gerak karena embusan napas mereka. “Han. Maaf ya gue belum beliin sesuatu yang spesial buat lo,” kata Auryn setelah tawanya reda. Yohan menggeleng pelan. “Gue sama sekali nggak keberatan. Gue nggak butuh imbalan karena udah ngasih kado ke lo.” Baik banget nih cowok. Hati Auryn kembali tersentil. Dia tak bisa membayangkan bagaimana kecewanya Yohan kalau tahu dia selingkuh. “Kita tiup lilin yuk,” ajak Yohan. “Atau sekalian lo nge-vlog?” tawar Yohan. “Boleh.” Dengan cepat Auryn mengambil kamera dari dalam tasnya, kamera milik Redo. Cewek itu tersenyum kecut. Di saat dia sedang merayakan hari bahagianya bersama Yohan, justru menggunakan barang Redo. “Guys. Hari ini tepat enam bulan gue sama Yohan jadian,” kata Auryn sambil menghadap kamera. Sosok Yohan tak begitu suka berhadapan dengan kamera hanya diam saja. Cowok itu hanya tersenyum tipis. Tapi raut kebahagian sama sekali tak bisa disembunyikan. “Gue sama Yohan mau tiup lilin,” lanjut Auryn. Dua orang itu menghadap kue tart dan menatap lilin berwarna-warni yang kira-kira berjumlah sepuluh itu. Mereka saling memberi aba-aba lewat gerakan jari, lalu keduanya sama-sama meniup lilin. “Gue cinta sama lo, Ryn,” kata Yohan setelah meniup lilin. Dia mengusap puncak kepala Auryn dengan sayang. “Gue juga cinta sama lo, Han.” Auryn menjawab dengan senyum malu-malu. Meski begitu, perasaan tak enak terus menghantuinya. Dia diliputi berbagai pertanyaan dan gambaran jika nanti Yohan mengetahui rahasia besarnya. Sorry, Han. “Hari Sabtu nanti kita dinner ya. Sorry kalau nanti malem gue nggak bisa,” kata Yohan memecah keheningan. “Pakai dress yang gue kasih ya,” lanjutnya. Auryn mengangguk. Dia lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Sekelebat dia melihat seseorang yang menjauh dari ruang ekskul. Jantung Auryn langsung berpacu cepat. Dia berharap yang mengintip barusan bukan Redo.   ***   Menurut Redo, hari ini cukup membuat emosi. Pertama melihat Auryn dan Yohan yang merayakan hari jadi mereka. Kedua dia dimarahi Pak Indra karena tak konsen latihan. Ketiga, sampai sekarang dia belum juga berbaikan dengan Auryn. Malah gadis itu semakin lengket dengan Yohan. Karena tiga perkara itu, Redo terpaksa menemui Auryn dan mengajak gadis itu keluar. Tentu Auryn tak serta merta ikut, bahkan Redo harus sedikit mengancam agar gadis itu nurut. Yah, ancaman kalau akan memberitahu status hubungan mereka. Cara ampuh untuk membuat Auryn luluh. “Lo nggak mau belanja?” tanya Redo sambil memperhatikan gadis yang sibuk bermain ponsel itu. “Udah deh lo cepet pilih baju terus pulang!” “Kenapa buru-buru sih?” “PR gue banyak!” Auryn menjawab sambil menghentakkan kaki. Dia lalu berjalan menjauh dan memilih berdiri di samping manekin. Dia masih marah ke Redo karena permasalahan dengan Virgo. Ditambah  Redo tadi sempat mengacam hingga Auryn mau tak mau menurut. “Seorang Auryn ngerjain PR?” tanya Redo setelah berdiri di hadapan Auryn. “Nilai gue jatuh, Do. Tolonglah ngerti posisi gue.” “Lo jadi lebih rajin setelah bergaul sama Virgo itu.” Setelah mengucapkan itu Redo balik badan dan memilih kaos lain. Dia mengambil kaos berwarna navy. Warna kesukaannya. “Emang kenapa sama Virgo? Yah meski nggak mau gue akuin, dia temen sekelas gue,” jawab Auryn sambil mengikuti Redo yang berjalan ke arah kasir. “Seneng sih gue lihat lo rajin. Cuma nggak seneng aja lo deket sama Virgo.” “Kok lo ngelarang gue?” Redo memutar tubuhnya. Satu tangannya berada di meja kasir, sedangkan tangan satunya bergerak menepuk pundak Auryn. “Masa lo nggak ngerti juga? Gue cemburu, Sayang,” jelas Redo. Bibir Auryn berkedut, lalu dia terbahak. “Hahaha.” “Kenapa lo malah ketawa sih?” “Habisnya aneh.” Redo mengambil barang belanjaannya lalu keluar dari store HnM itu. Dia berjalan ke arah restoran terdekat. Sedangkan Auryn mengekor, lalu dia kembali menjelaskan. “Cemburu lo terlalu buta, Do.” Kalimat itu membuat Redo menghentikan langkah. Dia menatap Auryn dengan senyum miring. “Cemburu buta? Gue beneran cemburu.” “Tapi berlebihan.” Auryn berjalan lebih dulu. Dia lalu masuk ke restoran terdekat dan memilih duduk dekat dengan pintu masuk. Tak lama Redo datang dan duduk di depan Auryn. “Apanya yang berlebihan? Namanya cemburu itu tanda sayang.” “Jelas berlebihan. Lo sampai mukul Virgo.” “Lo belain dia?” Kepala Auryn bergerak ke kiri dan ke kanan. Dia sama sekali tak membela siapapun. Dia juga tak membela Virgo, toh kadang cowok itu juga menyebalkan. “Gue nggak suka aja ada kekerasan fisik,” jawabnya. Respons Redo hanya anggukan tak berarti. Dia lalu menatap Auryn saksama. “Ryn. Gue cowok cemburuan. Tolonglah sekali aja lo jaga perasaan gue.” Nada lembut itu membuat Auryn terpaku. Dia menatap Redo, melihat cowok itu menunjukkan raut serius tapi mata itu terlihat sedih. Ada apa sih sama lo, Do? “Oke gue minta maaf kalau gue pernah mukulin Virgo. Gue bakal nahan kecemburuan gue. Tapi tolong lo hargain perasaan gue.” Auryn menarik napas panjang lalu mengangguk pelan. “Sorry.” Senyum Redo seketika mengembang. Dia merasa hubungannya dengan Auryn mulai membaik. “Gue seneng dengernya. Oh ya setelah ini ke mana? lo mau belanja?” “Enggak. Pulang aja deh,” jawab Auryn. “Takut ketahuan.” “Ketahuan siapa, Ryn?” Pertanyaan itu membuat Auryn dan Redo menoleh ke sumber suara. Mereka melihat cowok berkaos putih menatap penuh selidik. Napas Auryn seketika tercekat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN