32-Hampir Ketahuan

1366 Kata
“Maksud lo apa tiba-tiba bekap gue kayak gitu!” Redo menoleh. Dia mengulas senyum sama sekali tak merasa bersalah dengan tindakan yang baru saja dia lakukan ke Auryn. “Gue pengen berduaan sama lo,” jawab cowok itu. Auryn turun dari meja. Dia bertolak pinggang sambil menoleh ke sekeliling. Dia sekarang berada di IPS tiga yang kosong, entah semua penghuninya itu ke mana. Auryn lalu menatap Redo saksama. “Maksud lo narik gue ke sini apa? kan bisa ketemuan nanti siang,” jawab Auryn tak suka. “Gue nggak bisa nunggu nanti siang buat ketemu lo,” kata Redo lalu turun dari meja. Dia lalu berdiri berhadapan dengan Auryn. “Kenapa sih lo milih berduaan sama cowok cupu itu?” Satu alis Auryn lalu tertarik ke atas. “Virgo maksud lo?” “Ya itu. Virgo, libra sagitarius!” jawab Redo sambil menyebutkan beberapa zodiak. “Kalau nggak Yohan ya tuh cowok.” “Lo kok tahu gue sama Virgo?” Auryn menatap Redo dengan pandangan menyelidik. Gadis itu tahu kalau cowok setipe Redo mana mau ke perpustakaan. Palingan saat istirahat ke kantin, ka ruang ekskul atau main basket. Redo terdiam, ingat beberapa menit yang lalu saat dia mencari Auryn. Setiap jam istirahat, Redo selalu ingin tahu di mana pacarnya itu berada. Hingga dia rela memutari sekolah untuk menemukan keberadaan Auryn. Dan tadi, Redo melihat Auryn sedang duduk di perpustakaan bersama Virgo. Pemandangan yang sebelumnya belum pernah Redo lihat. “Dia itu siapa? dia deketin lo?” tanya Redo lalu meloncat duduk di atas meja lagi. “Apa dia belum puas peringatan gue? Masih berani dia deketin lo!” lanjutnya. Auryn tampak tertarik dengan kalimat terakhir Redo. Gadis itu mendekat dan menyentuh bahu Redo dengan kedua tangannya. “Maksud lo ngomong gitu?” selidik Auryn. “Dia itu deketin lo, Ryn! Gue nggak suka lo dideketin cowok lain,” jawab Redo. Kedua tangannya terangkat, menarik tangan Auryn dari pundaknya. “Gue rasa tuh cowok harus dibikin babak belur.” Bola mata Auryn membulat. Dia memiringkan wajahnya melihat Redo yang menatap dengan rahang mengeras. “Jangan bilang kalau lo yang mukul Virgo?” tebak Auryn. Redo menatap Auryn lalu mengangguk. “Ya.” Sontak Auryn melepas genggaman tangan Redo. Gadis itu mundur beberapa langkah. Tak menyangka mendengar fakta ini. Auryn menggeleng pelan. Dia telah salah sangka ke Yohan. Lagipula Virgo bilang kalau pacar Auryn yang memukul. Seketika tubuh Auryn menegang. Berarti Virgo tahu punya pacar dua? “Ryn. Lo nggak kenapa-napa kan?” tanya Redo melihat Auryn yang berdiri termenung. Seketika Auryn sadar. Dia kembali mendekat lalu menunjuk Redo. “Jangan pernah mukul Virgo lagi. Dia nggak salah apa-apa.” “Tapi, Ryn!!” “Nggak pake tapi-tapi!!” Setelah mengucapkan itu Auryn mengambil bukunya dan keluar kelas. Dia bergegas ke kelas IPA tiga dengan bibir komat-kamit. Auryn merasa bersalah telah memaki Yohan dan menyalahkan cowok itu. “Sial!! Sial!! Sial!!!” maki Auryn ke dirinya sendiri. Tak sampai lima menit, Auryn sampai di kelas IPA tiga. Dia melihat Yohan duduk di belakang sambil bermain ponsel. Tanpa menunggu lama, Auryn segera masuk tak peduli dikatai tak sopan oleh teman sekelas Yohan. “Yohan!” panggil Auryn setelah duduk di samping cowok tanpa mengenakan dasi itu. Seketika Yohan menangkat wajah. Dia kagat melihat Auryn tiba-tiba duduk di sampingnya. “Apa?” tanya Yohan bingung. “Maaf.” “Maaf buat apa?” Yohan mengernyit bingung. Tadi pagi dia mendengar permintaan maaf Auryn. Sekarang dia mendengar permintaan maaf gadis itu. Yohan jadi penasaran sebenarnya salah Auryn itu seberapa banyak? “Soal, gue nuduh lo mukul Virgo,” jawab Auryn. Yohan mengusap wajahnya. Entah kenapa Auryn jadi ribet sendiri hanya karena pemukulan ke cowok bernama Virgo itu. “Udahlah lupain aja. Lagian nggan penting juga,” jawab Yohan kemudian. Dia sudah dibuat pusing dengan persiapan tanding, tak mau dipusingkan oleh pemukulan cowok bernama Virgo itu. “Yohan. Lo maafin gue kan?” tanya Auryn sambil menarik dagu Yohan. Gadis itu menatap Yohan dengan pandangan menyelidik. Auryn butuh diyakinkan. “Bahkan gue udah lupa kejadian itu, Ryn.” Auryn bernapas lega. Dia beruntung karena Yohan tak bertanya macam-macam. Auryn sekarang yakin kalau Yohan memang benar-benar cowok baik dan tak suka main tangan. “Nanti gue temenin latihan ya,” kata Auryn sambil mengedip mata genit. Sontak Yohan terkekeh. Cowok itu mengusap puncak kepala Auryn dengan satu tangannya. “Iya, Sayang. Semangat banget nemenin latihan.” Tak sengaja Yohan melirik ke arah pintu. Dia melihat Redo berdiri lalu buru-buru pergi.   ***   Sejak sepuluh menit yang lalu Auryn berdiri sambil menunduk. Melihat tim basket yang sibuk latihan dengan pak Indra yang berdiri mengawasi di samping lapangan. Kali ini Auryn memilih tak mendekat. Pertama karena kehadiran pak Indra. Kedua dia masih canggung ke Yohan karena sudah menuduh cowok itu yang tidak-tidak. Ketiga dia marah ke Redo, karena tiba-tiba memukul Virgo dengan alasan tak jelas. Mengingat Redo membuat Auryn ingat dengan chat cowok itu. Berkali-kali Redo mengirimkan pesan tapi hanya di-read oleh Auryn. Srek! Suara langkah kaki itu membuat Auryn menoleh. Dia melihat Virgo dari arah tangga lalu berjalan menuju kelas. Penasaran, Auryn mendekat dan mengikuti langkah Virgo. “Lo belum pulang?” Virgo menoleh, dan melihat Auryn. Cowok itu tak langsung menjawab, justru mengambil buku dari laci meja yang ketinggalan itu. Setelah itu dia berbalik sambil mengangkat bukunya sekilas, seolah jawaban bagi Auryn. “Buku lo ketinggalan?” tanya Auryn dengan mudah. “Hmm.” “Terus sekarang lo mau ke mana?” “Balik.” Auryn mengikuti langkah Virgo. Gadis itu butuh teman untuk melihat tim basket latihan. Kebetulan ada Virgo, Auryn berinisiatif mengajak cowok itu. “Lihat anak basket latihan yuk.” Ajakan itu membuat Virgo menghentikan langkah. Dia mendongak ke Auryn yang berdiri di dua anak tangga atasnya. “Gak penting,” jawab Virgo lalu melanjutkan langkah. “Sialan.” Auryn sudah menebak kalau cowok itu tak akan mau diajak menonton basket. Ah anehnya juga gadis itu ngapain ngajak Virgo. Gadis itu lalu melanjutkan langkah. Sepertinya Auryn memilih pulang saja daripada menunggu Virgo yang tak kunjung latihan. Saat lewat di lantai satu, Auryn dikejutkan dengan bu Armin yang baru keluar kelas. Bu Armin tampak tersenyum seolah lega melihat Auryn. Sedangkan Auryn seketika merasa ada yang aneh. “Kebetulan kamu belum pulang,” kata Bu Armin. Mau tak mau Auryn mendekat dan berdiri di depan bu Armin. “Kebetulan apa ya, Bu?” Bu Armin mengambil kertas yang terselip di antara buku-buku tebalnya. “Ini soal-soal buat kamu,” jelasnya. “Barusan saya merekap nilai harianmu, dan nilaimu masih kurang banyak.” “Bukannya tugas kelompok bisa menutupi tugas yang kurang, Bu?” protes Auryn. Baru saja tadi di kelas bu Armin menjelaskan, sekarang meralat lagi. “Setelah saya cek nilamu masih kurang,” Bu Armin menjawab. “Kerjakan dan kumpulkan di pelajaran biologi hari Kamis nanti.” Setelah mengucapkan itu Bu Armin berjalan menjauh. Auryn terbengong, tak percaya dengan tugas barusan. Jika tahu akan jadinya seperti ini, lebih baik dia tadi di lantai atas menunggu Yohan sampai pulang. Auryn lalu menunduk, melihat soal berjumlah seratus yang tiba-tiba membuatnya pusing. Dia lalu ingat dengan deadline tugas dari bu Armin. Kamis harus dikumpulkan dan sekarang sudah hari Senin sore. Itu artinya Auryn punya dua hari untuk mengerjakan soal ini. “Ck! Mana gue nggak bisa soal beginian.” Tiba-tiba Auryn ingat dengan Virgo, teman sekelompoknya. Auryn lalu berlari sambil membawa kertas itu di tangan kirinya. Dia berharap Virgo belum pulang dan mau membantunya mengerjakan soal ini. Sampai di parkiran, Auryn melihat Virgo masih sibuk mengenakan jaket. Dengan napas yang sudah ngos-ngosan Auryn berlari ke cowok itu dan meminta tolong. “Tolongin gue dong, Go.” Suara itu membuat Virgo menoleh. Dia membuang napas panjang melihat Auryn berdiri di depannya. “Apa lagi sih?” “Tolongin,” kata Auryn dengan tatapan memohon. Dia lalu menunjukkan kertas yang baru saja diberi bu Armin. “Bantuin ngerjain ini,” pinta Auryn sambil menunjukkan puppy eyes-nya. Virgo menunduk, melihat kertas penuh dengan soal-soal itu. Cowok itu tersenyum miring, menebak kalau nilai Auryn masih jauh dari batas minimal. “Kerjain sendiri,” jawab Virgo lalu menunggangi kuda besinya. “Do!!” Melihat tak ada tanda-tanda Virgo akan menolong, Auryn langsung memegangi jok belakang. “Please!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN