“Please!”
Sungguh, tindakan Auryn membuat Virgo semakin marah. Cowok itu lalu menatap dengan tajam.
“Kenapa nggak minta tolong pacar lo?”
“Yohan sibuk latihan,” jawab Auryn ingat dengan pacarnya yang sama-sama jurusan IPA itu.
“Sama yang satunya.”
“Dia anak IPS,” Auryn menjawab dengan mudah. Tak lama dia menutup mulutnya.
Tindakan itu membuat Virgo geleng-geleng. Benar dugaannya kalau Auryn memiliki dua pacar. Cewek itu memang gila, memiliki pacar satu sekolah. Apa tidak memikirkan kalau ketahuan akan seperti apa.
“Lo tahu ya kalau gue punya dua pacar?” tanya Auryn dengan suara berbisik.
“Minggir!”
Virgo memilih tak menjawab dan malah mengusir Auryn. Cowok itu lalu mulai memanasi motor, membuat Auryn langsung mundur karena asap motor itu hampir mengenai wajahnya.
“Lo nggak mau nolongin gue nih?” tanya Auryn.
“Gak!”
“Virgo!!” rengek Auryn. Dia tak tahu harus meminta tolong ke siapa lagi. Banyak sih cowok lain yang pasti dengan mudah dimintai tolong. Tapi Auryn malas saja kalau dimodusi fans-fans-nya.
“Gue bayar deh!” cetus Auryn kemudian.
Jawaban itu membuat Virgo semakin menggeleng tegas. Kebiasaan orang yang nggak mau berusaha tapi memiliki banyak uang. Selalu mengkhalalkan segala cara dan seolah uang adalah solusi dari semua masalah.
“Gak!” jawab Virgo lalu melajukan motornya menjauh dari pakiran.
Auryn masih berdiri di posisinya. Menatap Virgo dengan tatapan penuh amarah. Sombong memang cowok itu, diminta tolong malah nggak mau.
“Gue tadi juga ngapain mohon ke dia,” gumam Auryn sadar dengan tindakannya.
Tak lama kemudian, Auryn kembali panik. Lalu dengan siapa dia mengerjakan tugas ini? Auryn lalu menatap kertas itu. “Lo bikin gue bingung!” makinya ke soal itu.
***
Auryn: apabila suatu rantai sense DNA memiliki urutan CAT-AAC-GGA-TAC, maka antikodonnya yaitu?
Auryn: lo tahu jawabannya?
Chat itu membuat Virgo geleng-geleng. Dia sudah menjawab tak akan membantu, Auryn malah terus mengirimkan chat itu. Tanpa membalas chat itu Virgo langsung meletakkan ponselnya.
“Virgo. Dicari Seika.”
Suara mamanya membuat Virgo menoleh. Dia beranjak dari meja belajar lalu turun ke lantai satu. Sampai di ruang tamu, Virgo melihat Seika duduk dengan tas di pangkuan.
“Apa, Ka?” tanya Virgo sambil duduk di depan Seika.
Senyum Seika mengembang. “Mau minta ajarin kak Virgo.”
“Kenapa nggak chat dulu?”
“Kak Virgo sibuk ya?”
Virgo menggeleng pelan. “Kan gue bisa ke tempat lo.”
Seika tersenyum lega. Dia kira Virgo tak mau mengajarinya. Seika lalu mengambil buku fisikanya dan mengulurkan ke Virgo.
“Udah gue kerjain, Kak. Coba lo cek.”
Inilah salah satu yang Virgo suka dari Seika. Gadis itu masih mau berusaha dulu baru setelah itu meminta bantuan. Tak seperti Auryn tadi, tiba-tiba langsung minta tolong.
“Bentar gue cek dulu ya,” kata Virgo lalu melihat gambar gelombang interval itu.
Seika mengangguk singkat. Dia lalu mengedarkan pandangan, menatap rumah hangat yang didominasi warna crem itu. Seika berkali-kali membayangkan bagaimana kalau waktu itu dia diadobsi oleh Virgo. Setiap waktu Seika pasti sering berinteraksi dengan Virgo. Namun ada yang menggangu gadis itu. Apa jadinya kalau dia suka dengan kakak angkatnya?
“Ka.”
Panggilan lembut itu membuat Seika menoleh. Dia melihat wanita berperawakan kurus yang duduk di sampingnya.
“Ini aja baju-baju. Tante beliin buat kamu,” kata Mama Virgo.
Senyum Seika mengembang, lalu matanya mulai berkaca-kaca. Dia selalu terharu setiap ada yang menolongnya.
“Makasih, Tante,” jawabnya.
“Sama-sama,” jawab Mama Virgo sambil mengusap puncak kepala gadis di depannya.
“Ini buat adik-adik di panti,” lanjutnya sambil menunjuk satu kardus berisi mainan.
“Makasih, Tante.”
Seika lalu memeluk Mama Virgo erat. Diam-diam Virgo memperhatikan. Dia membayangkan misal adiknya dulu tak meninggal dalam kandungan. Mungkin adik Virgo sudah seumuran Seika.
Virgo sendiri sudah menganggap Seika sebagai adik. Meski Seika tak mau diadobsi oleh keluarga Virgo.
“Go. Kok malah ngelamun?”
Pertanyaan itu membuat Virgo tersentak. Buru-buru dia menunduk dan mengoreksi tugas dari Seika.
Tindakan malu-malu itu membuat Seika mengulas senyum. Senang saja rasanya diperhatikan oleh Virgo.
“Oh ya, Ka kamu kalau sekolah naik apa? berangkat sama kak Virgo aja ya,” kata Mama Virgo mengangkat topik lain.
“Seika nggak mau ngerpotin, Tante.”
“Nggak repot,” jawab Virgo kemudian. Dia mengulurkan buku itu ke Seika lalu kembali melanjutkan.
“Besok berangkat gue aja.”
Seika mengangguk, jelas dia tak bisa menolak. “Makasih, ya.”
“Lo mau langsung pulang atau gimana? Gue anter ya,” kata Virgo.
“Langsung pulang, Kak.”
Virgo lalu beranjak. Dia hendak mengambil kunci motor dan jaket. Sampai di kamar, ponsel di atas meja belajar menyala. Penasaran, Virgo membuka chat itu. Dia mengernyit melihat Auryn yang mengirimkan foto.
Auryn: bantuin gue dong, Go.
Auryn: Go! Virgo! Virgo!
Auryn: gue udah ngerjain. Besok lo cek ya. Gue nggak mau dapet nilai jelek.
Auryn: bales lama gue artiin ya.
Auryn: Thanks, Do.
***
Pagi ini Auryn kembali datang pagi. Dia ingin meminta tolong Virgo untuk mengecek tugasnya. Semalam Auryn diajari Andreas, tapi gadis itu tak yakin jawaban kakaknya benar. Lagi pula saat itu Andreas malas-malasan dan cenderung menjawab asal.
Auryn berdiri sambil membawa kertas folio yang penuh dengan tulisan tangannya. Dia berjalan mondar-mandir sambil menunggu Virgo. Auryn lalu menghentikan langkah, melihat arloji dari brand Zeca berwarna beige yang telah menunjukkan pukul enam lebih 45 menit.
“Ck!”
Gadis itu lalu berjalan mondar-mandir lagi. Biasanya jam segini Virgo sudah datang, tapi hari ini sepertinya cowok itu telat. Auryn lalu mendengus, merasa kalau Virgo pasti berangkat terlambat.
“Ihh, Kak Virgo!”
Candaan itu membuat Auryn menoleh. Dari arah tangga dia melihat Virgo berjalan seorang cewek. Segera saja Auryn mendekat.
“Go. Bantuin gue!” perintahnya.
“Nggak sopan!”
Setelah mengucapkan itu Virgo melanjutkan langkah. Seika yang tak tahu apa-apa menatap Virgo dan Auryn bergantian.
“Apa lo lihat-lihat?” tanya Auryn.
Seika menggeleng ketakutan, dia hendak mengejar Virgo tapi Auryn menghalangi. Seika yang sedang membawa cup kopi membuat benda itu mengenai perut Auryn.
Seketika Auryn menunduk, melihat kertasnya yang basah karena ketumpahan kopi. Dia lalu mendongak menatap Seika penuh amarah.
“LO SENGAJA YA!!!” teriak Auryn.
Teriakan itu membuat Seika kicep. Dia menunduk dengan air mata yang mulai berkaca-kaca. Sedangkan Auryn terus menatap gadis itu. Dia sudah mengerjakan soal itu susah-susah malah terkena cipratan kopi.
“Ada apa?” Virgo kembali ke arah tangga setelah mendengar teriakan itu. Dia melihat Seika menunduk sedangkan Auryn bertolak pinggang.
“Nih gara-gara pacar lo!” kata Auryn sambil menunjukkan kertasnya yang telah basah.
Arah pandang Virgo lalu tertuju ke Seika yang diam-diam menangis.
“RYN! LO BISA NGGAK, NGGAK NYARI GARA-GARA!”