Episode 2. Ketahuan Selingkuh

1124 Kata
Anggi terdiam tidak sepatah kata pun keluar dari mulutnya untuk bisa menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu. Tubuhnya lemas, dia seperti disambar petir di siang bolong. Bibir Anggi kelu saat melihat kemesraan keduanya. "Ke-kenapa mereka bisa bersama dan lihatlah, mereka mesra sekali. Apa yang sebenarnya terjadi, Del?" tanya Anggi dengan suara bergetar. "Ya Tuhan, Anggi, kamu masih tanya, emangnya kamu nggak lihat kalau Rangga selingkuh sama sahabat tercintamu! Kurang ajar banget mereka berdua, berani sekali Dina menikam kamu dari belakang!" geram Della dengan tangan mengepal erat. "Aku mau lihat mereka dari dekat, ayo kita ke sana dan aku mau tahu mereka bicara apa! Tapi, jangan sampai ketahuan, kita sembunyi di patung-patung manekin itu aja ya," ucap Anggi yang berjalan ke arah di mana Rangga dan Dina berada dengan hati yang berdebar dan kaki yang semakin terasa lemas karena melihat suaminya beradegan mesra dengan sahabatnya sendiri. Anggi melangkahkan kakinya perlahan, hatinya terasa bergemuruh, ada rasa sakit yang sulit diungkapkan. Setelah berada semakin dekat, Anggi dan Della langsung bersembunyi di belakang patung manekin yang berjejer hingga tidak terlihat oleh mereka. Dari tempatnya berada, mereka dapat dengan mudah mendengar semua percakapan Rangga dan Dina. "Sayang, kapan kamu mau nikahi aku? Aku udah nggak sabar mau nikah sama kamu. Jangan lama-lama, takut aku hamil anakmu!” rengek Dina dengan manja. Mendengar suara manja Dina, Rangga langsung mengusap rambut Dina dengan lembut. "Sabar ya, Sayang. Pokoknya secepatnya kita akan segera menikah.” Rangga pun memberi sebuah kecupan tepat di kening Dina yang seketika mengulas senyuman. "Sayang, bagaimana kalau kamu ceraikan Anggi aja? Aku nggak mau di madu. Aku mau jadi istri kamu satu-satunya. Jadi, aku minta kamu segera ceraikan dia ya, pokoknya secepatnya!” Dina merayu dan bergelayut manja meminta Rangga untuk menceraikan Anggi istrinya. "Aku pasti ceraikan dia secepatnya, Sayang. Tapi, aku belum menemukan kesalahan dia, banyak yang masih aku pikirkan. Ini hubungan dua keluarga, jadi aku minta kamu sabar dulu, ya!” Rangga lagi-lagi mengusap rambut Dina. Berharap agar wanita itu mau mengerti posisinya. Mengetahui semua itu, Anggi begitu terkejut. Hatinya terasa semakin hancur setelah mengetahui jika suami yang sangat dicintainya ternyata ingin menceraikannya dan memilih sahabatnya itu. “Kenapa kamu sejahat itu, Mas?” Suara itu terdengar piluh. Pelan dan bergetar. Della yang ikut mendengar pembicaraan keduanya pun menjadi semakin geram. Tahu jika sahabatnya pasti sangat terluka, Della langsung memegang pundak Anggi dan mengusapnya perlahan. “Kamu yang sabar, Nggi.” Anggi tak dapat menahan kesedihannya. Air matanya pun luruh begitu saja. Dia benar-benar tidak bisa membayangkan semua ini harus terjadi dalam rumah tangganya. Pantas saja sikapnya berubah beberapa bulan ini. Sekarang Anggi tahu, jika yang membuat sikap Rangga berubah adalah karena ada wanita lain selain dirinya. "Ayo kita pulang, aku udah nggak sanggup!" ajak Anggi memutuskan pulang dan menarik tangan Della untuk ikut bersamanya. Della menatap Anggi heran. Tidak percaya jika Anggi malah pergi dan tak melabrak Dina yang sudah tak punya hati sampai mau menjadi selingkuhan Rangga. "Anggi, kamu harus temui mereka. Mereka itu udah selingkuh di belakang kamu dan mereka harus tahu kalau kamu tahu perselingkuhan ini. Jangan diam aja, kalau kamu nggak mau biar aku aja yang kasih pelajaran sama mereka." Della yang geram karena perbuatan keduanya ingin menghampiri mereka, tetapi ditolak Anggi dengan menggelengkan kepala. "Tidak, aku tidak mau ribut di sini. Aku akan mengurusnya saat di rumah nanti. Aku ingin tanya dia baik-baik. Pokoknya kamu harus jaga rahasia ini, aku mohon, Della!” Anggi meminta pada Della untuk tidak menghampiri suami dan sahabatnya itu. Della pun mendengus kesal dengan sikap Anggi yang masih saja bersikap baik pada keduanya, padahal dia sudah disakiti dan dikhianati. Della hanya bisa menghela napas kasar saat mendengar perkataan Anggi yang memohon untuk pulang sambil menangis. Hatinya tidak tega, akhirnya Della menyerah dan menganggukkan kepala juga memeluk tubuh Anggi. Dia tahu saat ini perasaan Anggi pasti sangat sakit, Della pun jadi ikut menangis melihat sahabatnya yang berlinangan air mata. "Ya sudah, kita pulang. Kamu ke sini naik motor, kan? Kalau iya, biar aku yang bawa dan antar kamu pulang, nanti sampai di rumahmu aku akan pulang naik ojek online," ucap Della tidak mau Anggi kenapa-napa karena dia tahu jika sahabatnya pasti tidak akan bisa fokus mengendarai motor. "Tidak apa-apa, aku masih bisa. Terima kasih ya, Della. Terima kasih karena kamu sudah ajak aku jalan dan mau jadi sahabatku, jangan pergi setelah kamu tahu semua ini, ya!” pinta Anggi yang dijawab dengan sebuah anggukkan kepala oleh Della. "Aku ini sahabat kamu, jangan bicara seperti itu! Kamu tenang aja, aku nggak akan pergi dan membenci kamu karena masalah ini. Ya udah, kamu hati-hati, kabari aku kalau kamu sampai di rumah. Ingat, kamu harus kuat, selesaikan semua! Kamu nggak boleh lemah, kamu itu istri sah, lebih tinggi dari pelakor itu. Kalau perlu tinggalkan Rangga, banyak pria lain yang bisa membahagiakanmu bukan hanya dia!” tegas Della yang meminta Anggi untuk kuat dan menyelesaikan masalahnya. Anggi pun tersenyum dan meninggalkan Della sendiri. Wanita itu masih menangis. Sulit menghentikan air mata yang menetes, meski dia sudah mengusap dengan tangan yang bergetar. Sampai di parkiran, Anggi segera memakai helm dan menstater motornya, lalu melakukan dengan cepat meninggalkan mall. Sepanjang perjalanan, Anggi masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Sulit rasanya berpikir positif karena semua yang dia dengar tadi, benar-benar jahat seolah tak memikirkan perasaannya sama sekali. "Kenapa, Mas? Apa salahku? Apa kurang aku melayanimu selama ini sebagai istri? Aku berhenti bekerja hanya demi menjadi istri yang patuh, walau orang tuaku menentang keputusanku, Tapi … apa yang aku dapat darimu, kamu malah memperlakukan aku seperti ini. Kamu selingkuh di belakangku dengan sahabatku sendiri. Kamu kejam, Mas!" tangis Anggi yang terdengar semakin kencang. Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam lamanya, Anggi pun akhirnya tiba di rumah. Jangan tanyakan kondisinya saat ini yang sudah berantakan. Mata bengkak sepanjang jalan Anggi terus menangis, beruntung Anggi sampai dengan selamat. Anggi dengan cepat turun dari motor dan melangkah menuju pintu. Tangannya mulai merogoh kunci pintu di dalam tasnya. Tangannya bergetar saat mengambil kunci dan membuka pintu rumahnya. Saat berhasil membuka kunci pintu, Anggi memutar kenop dan masuk ke dalam rumah. Dia menutup pintu dengan cepat dan balik mengunci pintu rumah. Di balik pintu, Anggi menyandarkan tubuhnya. Tangisannya kembali pecah. Tubuhnya pun merosot sambil memukul dadanya yang sakit. "Mas, kenapa kamu bisa melakukan semua itu? Aku benci kamu, Mas. Tega kamu sampai selingkuh sama Dina. Dia sahabat baikku, Mas!" pekik Anggi dengan kencang. Dia tidak menyangka jika dirinya bisa diduakan oleh orang yang dia sayangi. Orang yang sudah dianggapnya seperti saudara sendiri. Ya, sahabat baik yang ternyata menikamnya tanpa perasaan. Anggi terus menangis. Melangkah tertatih menuju kamar sambil terus menangis sesegukan. "Aku harus apa, Tuhan. Apakah aku bisa bertahan dengan semua ini?" Anggi langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang. Menangis sambil mendekap sebuah guling yang begitu erat dipeluknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN