Episode 1. Dia Berubah

1104 Kata
“Mas, makan dulu nanti kamu terlambat ke kantor, sudah jam berapa ini?" tanya Anggi yang memanggil suaminya untuk keluar sarapan. Rangga yang sudah berpakaian rapi keluar dari kamar, Anggi melihat suaminya berjalan menuju meja makan. Beberapa hari belakangan ini suaminya itu sangat berbeda dari biasanya, entah itu hanya perasaannya saja. Tapi Rangga terlihat semakin rapi dan harum, dia duduk tanpa peduli istrinya memandang dirinya. "Ada apa Anggi, kenapa melihatku seperti orang asing saja. Apa ada yang aneh?" tanya Rangga menatap Istrinya. "Bukan aneh, tapi kamu terlihat berbeda. Lebih rapi dan aroma harummu semakin menyengat, Mas. Rambut juga tidak pernah serapi itu," ungkap Anggi melihat keanehan suaminya. "Jangan mulai Anggi, kamu tau ini semua tuntutan pekerjaan. Jadi, jangan mencari keributan, duduk, dan makanlah." Rangga dengan tegas menyahuti istrinya yang seperti sedang mencurigainya. Anggi segera memalingkan wajahnya dan duduk ditempatnya, Anggi melayani Rangga seperti biasanya. Mereka makan tanpa suara, hanya terdengar dentingan sendok dan garpu yang terdengar. Suara pesan masuk dari ponsel Rangga terdengar di telinga Anggi. Rangga segera merogoh saku celana dan melihat siapa yang mengirim pesan, Anggi melirik dari sudut matanya, dia penasaran siapa yang mengirim pesan pada suaminya saat pagi begini. Ekspresi Rangga biasa saja tidak menunjukkan hal aneh, Anggi melanjutkan makannya kembali. "Siapa pagi-pagi sudah kirim pesan saja, Mas?" tanya Anggi curiga. "Dari provider operator seluler, kamu kenapa seperti orang yang sedang mencurigai suamimu sendiri. Apa kamu sudah tidak percaya padaku? Aku menikah denganmu, artinya aku ini milikmu. Jangan terus-terusan curiga, apa aku melakukan hal aneh sampai kamu securiga itu?" tanya Rangga mulai kesal. "Maaf, Mas, aku tidak bermaksud seperti itu, aku percaya kok sama kamu." Anggi meminta maaf agar Rangga tidak semakin kesal padanya. "Sudah aku pergi dulu, nanti aku lembur. Kalau mau tidur silakan, aku bawa kunci cadangan. Jangan menungguku!” ucap Rangga dengan suara datar dan segera pergi tanpa menghiraukan reaksi Anggi. Anggi yang sudah mengulurkan tangan untuk menyalimi suaminya seperti biasa harus kecewa karena Rangga tidak menyambutnya. Rangga pergi begitu saja, ada raut kesedihan terpancar di sorot mata Anggi. "Apa sesibuk itu kamu, Mas? Hingga tidak sempat menyambut uluran tanganku, sabar Anggi." Anggi bergumam mengabari dirinya sendiri atas sikap suaminya itu. Anggi segera berberes karena hari ini dia akan menemui salah satu sahabatnya. Semalam, Della sahabatnya menghubungi dirinya untuk menemani ke Mall, Anggi pun mengiyakan dan sempat meminta ijin Rangga semalam. Tapi, Rangga tidak menghiraukan dan bahkan langsung tidur semalam. Anggi yang sudah selesai mandi segera keluar dari kamar mandi dan mengambil pakaian untuk dikenakan. "Kenapa Della tidak kasih kabar lagi? Jadi, apa tidak sih," gumam Anggi. Anggi yang sudah rapi mengambil ponsel dan melihat pesan dari Della. Senyum terukir, Della mengirim pesan kalau hari ini mereka akan bertemu di resto makanan Jepang yang ada di Mall Pondok Indah. Della: Aku tunggu di tempat biasa kita nongkrong, cepat nggak pakai lama! Anggi yang sudah siap segera mengambil kunci motor dan menyelempangkan tasnya tidak lupa mengenakan helmnya. Anggi akan menggunakan kuda besinya untuk pergi ke tempat yang sudah dijanjikan. Akhirnya, Anggi sampai juga di parkiran Mall Pondok Indah. Anggi segera membelokkan motornya ke pos Mall untuk mengambil karcis, barulah setelah itu dia melajukan motornya ke parkiran Mall. Setelah terparkir sempurna, Anggi menyimpan karcis parkir di tasnya. "Aduh aku telat nggak, ya?" tanya Anggi dan bergegas berjalan masuk dan menuju resto tempat mereka janjian ketemu. Anggi naik eskalator di lantai dua tempat resto berada, setibanya di sana terlihat Della sudah menunggunya. "Ngi, sini! Kenapa lama sekali sih kamu, aku sudah nungguin kamu dari tadi, ayo masuk!" ajak Della. "Maaf, kamu tahu sendiri bagaimana macetnya di jam segini. Aku juga harus mengurusi mas Rangga sebelum dia kerja, belum lagi bersih-bersih rumah sebelum pergi dan merapikan diri. Yang penting aku sudah di sini kan, kamu sudah ambil cuti kerja?" "Iya sudah, tidak apa-apa. Aku ngerti sekarang kamu ibu rumah tangga yang baik, jadi harus mengurus suami tercinta dulu. Iya aku sudah ambil cuti, untuk menyiapkan beberapa persiapan pernikahan. Ini saja sekalian mau beli beberapa barang seserahan, Ciko sibuk jadi dia serahkan semuanya ke aku. Menurut dia, aku yang mau pakai jadi aku sendiri yang pilih sesuai keinginanku. Makanya, aku yang beli sendiri perlengkapan seserahanya, nanti temani aku ya." Della menjelaskan pada Anggi tujuan mereka ke tempat ini. "Berarti dia pengertian dengan seleramu, kamu juga cukup pengertian dengan kesibukan calon suamimu. Tenang saja aku akan temani kamu kok," jawab Anggi tersenyum. Keduanya berjalan masuk ke Resto dan memanggil pelayan untuk meminta menu. Pelayan segera menghampiri mereka dan memberikan menu pada keduanya. Anggi dan Della memilih makanan dan setelah itu mereka berbincang. Menunggu lima belas menit akhirnya makanan datang, keduanya menyantap sambil tertawa dan bertukar cerita. "Della, makasih sudah mau mengajak aku keluar. Aku sudah lama tidak keluar, kamu tahu sendiri Mas Rangga jarang mengajak aku keluar. Aku juga merasa dia sedikit berubah beberapa bulan belakangan ini," keluh Anggi dengan suara lirih dan raut wajahnya sendu. "Iya sama-sama, aku juga kangen sudah lama tidak ketemu kamu. Apa kamu tidak pernah mencoba mengajak dia untuk jalan keluar, bukankah weekend dia libur? Masa tidak ada waktu buatmu, sekedar makan diluar gitu?" tanya Della. "Dia tidak pernah mau setiap aku ajak, ada saja alasan. Setiap weekend dia tetap kerja dengan alasan lembur, pulang juga selalu telat. Aku lebih sering sendirian di rumah," jelas Anggi kondisinya. "Mungkin kamu harus berusaha menarik perhatian dia lagi, kamu harus rajin-rajin berhias diri biarpun hanya di rumah. Jangan sampai karena merasa hanya di rumah saja, kamu jadi malas berhias. Nanti kalau suamimu sampai berpaling kamu sendiri yang rugi," ucap Della mengingatkan sahabatnya itu karena beberapa kali dia video call dengan Anggi sahabatnya itu tidak pernah terlihat berhias diri. "Memangnya aku jelek ya?" tanya Anggi dengan wajah masam, Della langsung menggelengkan kepala dengan pelan. "Tidak, kamu masih cantik kok. Tapi kamu harus tetap merias diri, meskipun hanya di rumah saja. Ingat, pelakor itu makin banyak dan merajalela, bisa membuat suami kita goyah imannya. Amit-amit jabang bayi jangan sampai suami kita tergoda pelakor," jelas Della sambil mengusap perut dan di anggukkan Anggi. "Della, kita mau beli pakaian di mana? Apa di tempat biasa?" tanya Anggi. "Boleh, kita ke tempat biasa saja. Di sana bagus-bagus, kamu beli juga ya?" tanya Della setuju dengan Anggi untuk ke toko pakaian yang biasa mereka kunjungi. "Ya, lihat nanti ajalah, ayo kita ke sana!" ajak Anggi, diikuti langkah Della yang ada di sebelahnya. Namun, tiba-tiba Della menahan Anggi saat melihat dua orang yang dikenalnya. "Nggi, Nggi, coba deh kamu lihat kesana itu, bukannya itu suami kamu, ya? Kenapa dia jalan sama Dina?" "Nggak mungkin, suamiku tuh lagi ...." Anggi seketika terdiam penuh keterkejutan saat melihat apa yang dikatakan Della ternyata benar jika Rangga sedang bersama Dina–sahabatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN