BAB 18 “Sumi chan, kalau saya mau jadi muslim apa bisa menikah dengan Sumi chan?” Sebuah pertanyaan yang membuat Sumi melongo tak percaya. Bahkan otaknya tak tahu harus menjawab apa. Kedua bola mata sipit itu menatap meminta jawaban. “Ya Tuhaaan? Apa dia nembak aku?” batin Sumi seraya menetralkan degub jantungnya yang bertalu lebih cepat. Yamada terkekeh melihat wajah Sumi yang tampak memucat. Dia mengusap pucuk kepala Sumi yang tertutup topi itu sambil berkata. “Boleh pikir-pikir dulu, ya! Sumi chan masih kecil, mungkin masih mau main! Sayanya sudah tua, ya! Sudah tiga puluh lima lebih sedikit!” tukas Yamada sambil tersenyum. Matanya menyipit seperti biasa. Sumi hanya mengangguk. Tak tahu juga harus menjawab apa sekarang. Lidahnya kelu. Hatinya jedag jedug tak menentu. Selama ini, ba