Zein sampai di klinik seorang dokter spikiater, nama dokter tersebut Abdul Zakky Umran. Zein sudah membuat janji diperjalanan sebelum sampai kemari, dan dokter Abdul sudah mengosongkan jadwalnya dan hanya akan menerima Zein. Zein dipersilahkan masuk oleh asisten dokter Abdul. Ia pun melangkahkan kakinya masuk tanpa mengetuk, Abdul mendongakkan wajahnya dan melihat Zein tengah berdiri dihadapannya. Abdul tersenyum perlahan. “Apa kabar, Bro?” tanya Abdul membuat Zein mengangguk dan duduk dihadapan Abdul. Ada meja menjadi perantara mereka. “Gua baik,” jawab Zein. “Maaf jika gua mendadak kemari dan membuat janji.” “Nggak apa lah. Lo kan teman gua,” jawab Abdul. “Apa ada sesuatu? Gua lihat lo kayaknya lagi banyak pikiran.” “Lo bisa tebak juga, ‘kan?” “Oke. Sekarang lo harus cerita seluruh