“Sayang, kamu belum siap?” tanya Rahelia ketika melihat suaminya itu berbaring di atas ranjang seraya memainkan ponselnya. “Entar aja.” “Tapi resepsi bentar lagi loh, aku aja udah selesai siap-siap.” “Aku pria, jadi nggak ribet pakaiannya.” “Sayang, tapi—“ “Cukup ya, Rahel, jangan terus memaksaku untuk mengikuti kehendakmu, aku bilang entar ya entar, kan aku nggak dandan kayak kamu, aku juga nggak harus melihat penampilanku, jika aku sudah berpakaian, semua selesai.” Rahelia menghela napas halus dan berkata, “Baiklah. Maafkan aku.” Zein cuek, ia tak lagi menoleh menatap istrinya yang sudah berpakaian sangat cantik, bahkan wajahnya bak boneka, namun entah mengapa Zein tidak melihat hal itu, bahkan memandang Rahelia pun, ia enggan. Sangat berbeda ketika ia menatap Devina, meski sederhana dan