Kedua mata sendu menatap tetesan tetesan air yang menetes di luar sana. Dimanapun dia saat ini, ia tidak peduli. Rasa sakit hatinya, bertumpuk hingga membuatnya lelah untuk bertahan. Aku ingin menyerah. Kukira aku bisa membuat mereka merasakan rasa sakit ini, tapi aku malah menyakiti diri sendiri. “Aku menyerah.” lirihnya lemah. “Tidak, kamu tidak boleh menyerah.” suara silver begitu tegas memintanya untuk bertahan. Tapi untuk apa? Anindya menoleh, menatap lelaki yang kini berjalan ke arah nya membawa nampang. “Tenang saja, bukan saya yang menggantikan pakaianmu.” ucapnya menaruh nampak di atas kasur lalu menarik kursi guna ia gunakan untuk duduk disisi tempat tidur. Keduanya saling diam, Anindya tidak mengatakan apa-apa selain kembali menatap lurus ke arah jendela. Tatapannya koson