Pov Adi “Ini uang maharnya, Pak Penghulu! Dua ratus juta!” Aku melotot melihat lembaran merah yang terlihat segar itu. Gila, perempuan dan lelaki ini sebetulnya siapa? Kok bisa punya uang sebanyak ini? “Alhamdulilah … jadi gak ada lagi alasan Pak Adi buat ngulur waktu, ya! Rukun nikahnya juga sudah lengkap, ada dua mempelai, ada wali, ada saksi dan ada mahar. Jadi mari kita mulai saja! Urusan surat-surat seperti yang tadi Pak Adi bilang di awal, diurus nanti saja.” Akhirnya karena sudah benar-benar terpojok dan tak punya alasan, mau tak mau aku menikahkan lelaki itu dengan Nagita. Salah aku juga, tadi maksa-maksa penghulu buat datang dengan alasan kalau Nagita dan calon suaminya sudah ngamar. Yang kumaksud kan Tuan Burhan, bukan lelaki ini, huh. Tapi, gak apa lah kalau dapat uang d