Bab 14

1703 Kata

“Mending tidur saja lah, gak laper juga. Apa sebaiknya pintunya kukunci dulu, ya?” Aku bergumam sendirian. Ngeri kalau nanti tiba-tiba Pak Adrian masuk ke dalam kamar. Akhirnya Aku menyibak selimut dan bergegas hendak mengunci pintu. Biar saja Pak Adrian bisa tidur di ruang tengah. Namun baru hendak melaksanakan niatnya, daun pintu itu sudah didorong duluan dari luar. “Astaghfirulloh!” Aku terperanjat ketika daun pintu itu terbuka lebar. Wajah ganteng lelaki yang sudah matang itu muncul. Sontak aku mundur lagi beberapa langkah ke belakang sambil reflek menyilangkan tangan pada bagian bawah kemeja yang hampir menyentuh lutut. Takut. Kulihat dia mematung. Ekspresinya tak bisa kuartikan. Namun tak berapa lama dia ngeloyor masuk ke dalam kamar tanpa memperdulikanku. “Turunlah, Mama n

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN