Malam ini begitu dingin angin di luar cukup kencang dan cuaca yang gelap menunjukkan sebentar lagi akan turun hujan.
Suara hewan malam mulai terdengar, rintikan air pun mulai terdengar di atas menghantam atap rumah. Kilatan petir sesekali terlihat namun tak di sertai dengan Guntur setelahnya.
Akhirnya setelah mempertimbangkan usul jion fathir membawa nina ke rumah sakit meski harus menutupi luka di leher nina dengan plester untuk menghindari pertanyaan yang akan dokter katakan.
Fathir menghela nafas ia duduk di samping tempat tidur nina, seharusnya nina sudah bangun gadis itu hanya syok dan ketakutan bukan karna fathir yang terlalu banyak menghisap darahnya. Setidaknya dengan penuturan dokter tadi fathir merasa sedikit lega.
Tangannya menggenggam tangan nina dan mencium sekilas “Nina maaf aku tak bermaksud membuatmu seperti ini”
“Aku ingin kau kembali tersenyum bukan tidur seperti ini aku mencemaskanmu, Bangunlah” fathir mencium tangan nina lagi.
Gerakan halus dari jemari yang kini tengah fathir pegang membuatnya langsung menoleh melihat wajah nina, kedua tangan fathir berpindah mengusap pipi nina dengan gerakan memutar.
"Akhirnya kamu bangun nina. Aku cemas sekali meluhatmu tak sadarkan diri" Kata Fathir sebelum ia memanggilkan dokter.
**
Gadis itu sudah bisa duduk di tempat tidurnya, pandangannya kosong ke depan dan fathir hanya memperhatikan nina tanpa berani mendekati nina untuk saat ini.
Kedua tangannya saling memilin sesekali ia tersadar lalu melihat sekelilingnya di susul helaan nafas setelahnya.
Fathir tak bisa hanya diam menyaksikan nina seperti orang bodoh tanpa ada yang ia lakukan selain menghela nafas dan kembali melamun. Tapi apakah nina masih menerima keberadaannya nanti?
Entahlah. Apapun konsekuensinya fathir akan terima karna bagaimanapun juga ini adalah salahnya membuat nina sampai syok seperti itu.
“Nina” panggil fathir. Nina menoleh, wajahnya tanpa ekspresi. Fathir menghela nafas.
“Maafkan aku seharusnya, aku tak melakukannya”
“Aku tau, aku adalah monster kau benar aku adalah monster bahkan kau sudah melihatnya di depan matamu, maaf”
Gadis itu tak bergeming tapi beberapa waktu kemudian ia menggeleng.
“Aku yang salah kau tak perlu meminta maaf seharusnya aku sudah tau jika seorang monster tidak di takdirkan untuk hidup bersama manusia ataupun tinggal bersama. Seharusnya aku sudah menyadarinya sejak awal bukan malah semakin dekat denganmu”
Fathir menyentuh tangan nina, gadis itu menarik kembali.
“Sekarang aku ingin kau menjauhiku, kau benar seharusnya aku menjauhimu dari dulu sehingga kejadian ini tak terjadi” nina memalingkan wajah tak ingin melihat fathir.
“Kau salah. Kau sudah tak bisa lepas dariku kau sudah terikat denganku”
“Kau sudah tak bisa memaksaku” sela nina sembari memejamkan mata. Nina hanya tidak mau karena dirinya, Fathir selalu terbebani. Nina ingin menjauh meskipun itu berat.
Fathir menyentuh bahu Nina.
“Aku tau tapi kamu sudah tidak bisa lepas dariku dan aku tidak pernah membiarkan milikku dimiliki orang lain”
“Kau sungguh egois. kau tak bisa mengklaim jika aku adalah milikmu”
Fathir tak terima dengan apa yang nina katakan, fathir tau jika ia dan nina baru dekat tak lebih dari dua bulan tapi dirinya tak bisa mengungkiri jika pada akhirnya ia menaruh hati pada gadis yang satu ini. Fathir mendekat menangkup wajah nina dan mecium bibirnya begitu dalam.
Oh sial. Nina tak bisa menolaknya pikiran dan tubuhnya beda haluan tak bisa di ajak kerja sama dia memejamkan mata menikmati sentuhan fathir. Lelaki itu menarik diri menatap lekat ke manic mata nina.
“Jangan menjauh dariku, itu janjimu” tanpa sadar nina mengangguk. Ia tak menyangka jika kata-katanya dulu menjadi boomerang sekarang. Ibu jari fathir mengusap bibir nina.
"Berjanjilah di depanku kamu akan selalu jadi wanitaku, sekarang dan selamanya"
Nina bergerak memeluk fathir. Bodohnya ia dengan kelemahannya yang tak bisa membenci orang lain, nina benci ini tapi ia juga tak bisa bohong jika ia juga menaruh hati pada lelaki yang ia peluk ini.
“Kau sudah baikan?”
Nina mengangguk
“Kita akan pulang hari ini”
Nina kembali mengangguk dan mengukir senyum di bibir begitu manis hingga fathir tak kuasa untuk tak menciumnya lagi.
***
“Aku tak menyangka kau akan sembuh secepat ini jika aku tau begitu aku sudah dari awal menyuruh anak keras kepala ini untuk membawamu ke dokter” jion menoyor kepala fathir.
Nina tertawa pelan, meski fathir dan jion adalah ayah dan anak tapi kelakuan mereka lebih mirip di katakan sebagai seorang teman.
“Lihatkan dia kembali tertawa coba kalau kau tidak membawanya ke rumah sakit kau pasti sekarang tak melihat senyumnya lagi” jion akan menoyor fathir lagi namun fathir segera menghindar.
Jion membuang nafas panjang “Setelah menunggu waktu yang begitu lama akhirnya gadis ini bisa merubahmu menjadi pria yang tak begitu irit bicara”
“Aku hanya tak ingin mengatakan hal yang tak berguna” jawab Fathir.
“Dan kau sekarang melakukannya” geram jion pada fathir yang kini bisa membalas ucapannya.
Jion menoleh kearah nina “Hmm.. namamu nina kan? Aku sedikit lupa”
Nina mengangguk “Janina” jelasnya.
“Lupakan kakek tua ini nina sekarang istirahatlah kau belum sepenuhnya sembuh”
“Ya ya anak nakal sekarang kau bisa over juga terhadap wanita” kekeh jion.
“Oh ya nina aku berpesan berhati hatilah dengan anak nakal itu dia bisa saja kembali melukaimu” seru jion saat nina dan fathir sudah masuk ke dalam kamar namun nina masih bisa mendengar, fathir mengumpat kesal mendengar seruan ayahnya itu, nina hanya bisa tertawa geli melihat fathir begitu.
Fathir menaikkan selimut sampai d**a nina dan mengecup dahi gadis itu dengan sayang.
“Istirahatlah”
“Fathir”
Fathir menoleh saat nina menahan lengannya “Hmm”
Nina bergerak memeluk fathir lagi kali ini lebih erat sebelum bibirnya mengucapkan
“Izinkan aku kembali ke sekolah”
Hening....
Bodoh!.. Hanya beberapa kalimat itu seharusnya fathir tak keberatan tapi kenapa hatinya tak terima jika nina kembali ke sekolah. Fathir memejamkan mata dan membuang nafas singkat.
“Besok setelah keadaanmu benar-benar pulih kita akan kembali ke sekolah” putusnya. Refleks nina mencium pipi fathir lalu kembali ke posisi semula di mana ia harus istirahat.
“Baik. Ku harap besok aku sudah sehat dan kembali ke sekolah” kata nina dengan antusias. Fathir mengacak rambut nina.
“Sekarang istirahatlah. Aku merasa kamu seperti anak kecil” Kata Fathir gemas.