Bab 21. Pagi yang mendebarkan

1457 Kata
Mike menghembuskan napasnya berulang kali. Pasalnya, baru kali ini ia merasa kesulitan menghadapi seorang perempuan. Karena biasanya, bukan ia yang bertindak untuk mendapatkan seorang kekasih.  Melainkan mereka yang dengan suka rela melemparkan dirinya dalam pelukannya. Tapi berbeda dengan Rea. Gadis tersebut nyatanya cukup membuat seorang Mike kesulitan untuk mendekatinya.  Meskipun ia yakin akan perasaan Rea terhadapnya. Namun, Rea bukan gadis yang mudah ia taklukan hanya dengan pesona ketampanannya semata.  Untuk itu, Mike harus berjuang tampaknya. Mike dengan segera menghabiskan minumannya. Dan bergegas menyusul Rea ke kamarnya.  Saat tangannya ingin membuka pintu kamar Rea, Mike hanya tersenyum, kala tahu bahwa Rea menguncinya.  “Re, buka pintunya! Gue nggak mau tidur di luar lagi. Lebih enak di dalam sambil peluk lo. Rea, buka pintunya, please,” mohon Mike yang terdengar seperti rengekan di telinga Rea.  Gadis itu hanya terkekeh geli sembari menghapus sisa-sisa air matanya. Lantas menghembuskan napasnya, dan bangkit dari duduknya.  Membukakan pintu untuk laki-laki yang sejak tadi terus saja mengetuk pintunya dengan tidak sabaran.  “Apa? Berisik lo!” sembur Rea kesal.  Mike hanya nyengir dengan wajah tanpa dosanya. Lantas masuk ke dalam kamar dan berbaring telentang di ranjang. Mengabaikan pelototan Rea yang tertuju kepadanya.  “Heh! Siapa yang ijinin lo tidur di sini? Lo ambil selimut dan tidur di luar. Buruan!” usir Rea sembari menarik tangan Mike agar pergi dari ranjangnya.  Tapi yang terjadi, sekali tarik, gadis tersebut jatuh ke dalam pelukan Mike. Rea sudah ada di atas tubuh Mike yang langsung memeluknya dan tersenyum manis.  “Awas, gue mau bangun,” bentak Rea yang mencoba untuk bangkit dari dekapan Mike.  Tapi jelas kekuatannya tak akan sanggup untuk mengalahkan kekuatan Mike yang jelas lebih besar darinya.  “Mike? Lepasin gue bilang!” geram Rea yang terus saja berusaha meloloskan tubuhnya dari dekapan Mike.  Mike mendekatkan wajahnya ke telinga Rea, lantas berbisik, “Jangan banyak bergerak, kalau lo nggak mau gue terkam sekarang!” desis Mike yang berusaha menahan gejolak gairahnya.   Merasakan sesuatu yang kini tengah menindih tubuhnya, bahkan bergerak di atasnya. Tentu saja mengakibatkan Sang Senjata yang seharusnya tidak ‘bangun’ harus bangkit dan gelisah di dalam sana.  Rea membeku, merasakan deru napas Mike yang hangat menerpa tengkuknya. Rea menahan napasnya karena itu. Tubuhnya hanya terdiam kaku mendengar ancaman Mike. Melihat Rea yang terdiam bahkan menahan napasnya. Mike rasanya ingin sekali terbahak.  Namun, sekuat tenaga ia menahannya. Mike seolah mendapatkan mainan baru yang jauh lebih menarik. Dari pada para gadis yang selalu agresif terhadapnya. Dan selalu menggodanya dengan kemolekan tubuh mereka.  Tidak seperti Rea yang tampak luarnya saja garang, tapi sebenarnya polos juga. Mike tersenyum tipis dan mengecup puncak kepala Rea dengan lembut.  “Bernapas, Re! Nanti lo keluarin lewat belakang lagi, kalo lo tahan begitu,” goda Mike sembari terkekeh geli.  Lantas membaringkan tubuh Rea di sampingnya. Masih tetap memeluknya. Rea langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya dan memukuli Mike karena salah tingkah dan malu tentu saja.  “Dasar nyebelin!” teriak Rea kesal yang masih tetap memukuli Mike dengan keras.  “Aduh, ampun-ampun, Re. Sakit woi!” pekik Mike yang mencoba untuk menghindar dari pukulan Rea yang lumayan terasa di tubuhnya.  Setlah aksi ‘pukul-pukulan’ manja ala Rea. Keduanya yang kelelahan bercanda, kini tidur dalam keadaan saling berpelukan.  “Ini sudah tengah malam. Lo masih berisik, nanti kalau kita di grebek warga gimana?” protes Mike.  Rea terkikik geli, “Dih, ogah banget gue nikah sama lo! Nanti yang ada gue ‘makan hati’ terus. Soalnya, lo kan ceweknya banyak di mana-mana. Nggak tenang hidup gue,” cibir Rea sambil tersenyum mengejek.  Mike hanya tergelak mendengar jawaban Rea. “Ya kalau begitu. Gue harus buat lo hamil anak gue dulu, baru deh, gue nikahin lo. Gimana?” tawar Mike dengan santainya.  Rea kesal, kembali melayangkan pukulannya bertubi-tubi ke tubuh Mike lagi. Malam ini. Akhirnya untuk pertama kalinya, Rea bisa tertidur dalam dekapan seseorang.  Setelah sekian lamanya ia hanya tidur seorang diri. Dan sendirian menghadapi mimpi-mimpi buruknya.  Kini, Rea ingin menyandarkan ketakutannya pada Mike. Semoga saja Mike tak akan membuatnya kembali merasakan kehilangan.  ###  Pagi hari yang sangat cerah. Rea terbangun dari tidurnya yang entah mengapa, terasa sangat nyenyak. Jika biasanya ia membutuhkan obat untuk bisa terlelap.  Tapi semalam, ia hanya berada dalam dekapan hangat seseorang, tidurnya terasa nyenyak dan nyaman. Sudah lama sekali, ia tidak pernah lagi merasakan kehangatan dalam pelukan seseorang saat ia tidur.  Jika dulu ada Sang kakek yang selalu memeluknya saat tidur. Tapi kini, tak ada.  Dan semalam, Rea dapat merasakan kenyamanan itu lagi dari pelukan Mike.  “kalau lagi tidur gini sih, kalem banget. Tapi pas bangun, cerewetnya, ampun deh,” gumam Rea yang mengamati wajah damai Mike saat tengah memejamkan matanya.  Rea tersenyum tipis mengingat semua tingkah konyol Mike sejak mereka tinggal bersama.  Rea melepaskan pelukan Mike di perutnya dan keluar kamarnya untuk membuat sarapan. Sepanjang acara memasak untuk sarapan, Rea tak henti-hentinya tersenyum tipis.  Ia merasa seolah-olah menjadi seorang istri yang sedang membuatkan sarapan untuk suaminya. Harapan untuk menikah jelas pernah terbesit dalam benaknya. Saat melihat sepasang suami istri dan putri kecil mereka tampak bahagia.  Namun, rasa kecewanya terhadap sepasang manusia yang ia panggil dengan sebutan papa dan mama tersebut. Membuatnya membuang jauh-jauh keinginannya tersebut.  Rasa takut dan trauma itu jelas ada. Terlebih ada kisah masa lalu yang pahit di dalamnya. Hingga ia harus di hantui rasa itu sekian lamanya.  Rea menghembuskan napasnya berulang kali. Setelahnya berbalik untuk menata makanan di meja.  Rea terlonjak kaget, saat melihat Mike telah ada di belakangnya tengah bertelanjang d**a, menatapnya dengan senyum manisnya.  “Pagi, sayang,” sapa Mike riang seraya mengecup kening Rea yang kini membeku di tempatnya berdiri dan masih membawa piring berisi nasi goreng untuk sarapan mereka berdua.   Mike yang tahu jika Rea terkejut akan sikapnya yang manis pagi ini pun tergelak. Mengambil dua piring di tangan Rea dan menatanya di meja makan. Lalu duduk di kursi dan mulai menyantap nasi goreng buatan Rea dengan lahap.  Rea segera duduk tanpa berkomentar apa-apa lagi. Wajahnya sangat merah saat ini. Bahkan detak jantungnya juga ikut berpesta di sana.  Mike hanya tersenyum melihat tingkah malu-malu Rea yang menurutnya sangat lucu. Tidak akan ada orang yang akan mengira Rea bisa bertingkah menggemaskan seperti ini.  Karena kenyataanya, Rea bersikap jutek dan ketus. Bahkan sangat galak sebenarnya. Maka siapa yang akan menyangka, jika ia bisa bertingkah seperti ini.  “Nanti pulang kerja, sore gue jemput, yah? Kita makan di luar, sebelum lo ke club,” titah Mike tiba-tiba saja. Setelah lama keadaan hening.  “Tumbenan lo ngajak gue makan? Ogah lah, nanti gue lagi yang di suruh bayar,” tolak Rea sinis.  Mike mendengus kesal. “Astaga! Gue nggak akan minta lo yang bayarin kok. Tenang aja, gue bisa bayarin lo,” balas Mike kesal.  Rea tergelak mendengarnya, “Oke deal! Gue mau makan di tempat yang mahal pokoknya,” seru Rea dengan senyum kepuasannya, karena berhasil membuat Mike kesal pagi ini.  “Ya, ya, terserah Lo aja. Sebahagia Lo aja, lah!” jawab Mike masih dengan nada kesalnya.  “Lo nggak kerja memang?” tanya Rea sambil menenggak orange jusnya.  Mike menggeleng, “Kerja kok. Cuman nggak banyak aja. Cuman buat iklan makanan aja kok. Makanya nanti bisa ngajak Lo makan,” jelas Mike sambil mengelap sisa makanannya.  “Oh, gitu. Tapi gimana sama cewek Lo? Memangnya dia setuju Lo makan malam sama gue?” sindir Rea santai.  Mike tergelak, “Cewek kemarin itu bukan pacar gue. Dia aja yang sok ngaku-ngaku jadi pacar gue. Kan Elo sekarang pacar gue?” goda Mike sambil menarik turunkan kedua alisnya untuk menggoda Rea yang kini melotot galak ke arahnya.  “Sembarangan aja Lo! Kapan gue bilang kalo kita pacaran? Lagian Lo juga nggak pernah sekalipun nyatain perasaan ke gue kok,” ungkap Rea dengan kesal.  Lantas bangkit dan mencuci piring kotor mereka. Mengabaikan Mike yang sedang terkekeh melihat ucapan Rea barusan.  “Oh, jadi Lo minta gue tembak, nih ceritanya,” ledek Mike yang kini tergelak.  Rea meliriknya sekilas dengan tajamnya. Lalu melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. Tak peduli pada ejekan Mike terhadapnya.  Walaupun itu benar. Ya, gadis mana yang tidak ingin mendengarkan pernyataan cinta dari orang yang ia sukai pula.  Semua gadis pasti menginginkannya. Meskipun tak bisa mengungkapkannya secara langsung. Hanya lewat kode-kode rahasia yang entah bisa tertangkap jelas oleh sang laki-laki atau tidak. Tergantung tingkat kepekaan dari laki-laki tersebut.  “Gue mandi dulu yah, nanti gue antar ke minimarket. Oh, apa Lo mau kita mandi bareng? Biar cepat gitu mandinya,” goda Mike lagi dengan menaik turunkan kedua alisnya. “Nggak usah! Lo mandi sana buruan, atau gue potong punya lo!” jerit Rea dengan teriakannya yang nyaring pagi ini.  Mike berlari masuk ke dalam kamar sambil terbahak-bahak mendengar kata-kata Rea barusan. Baru kali ini ia bisa tertawa selebar ini.  Sebab biasanya, kegiatannya bersama para kekasihnya hanya di isi dengan desah, lenguh dan jerit kenikmatan semata. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN