Bab 22. Berbunga-bunga

1179 Kata
Rea telah siap dengan setelan kemeja dan celana panjangnya yang berwarna navy. Senyum bahagia tak pernah luntur dari kedua sudut bibirnya. Pagi ini, ia akan di antarkan oleh Mike yang juga akan pulang ke studionya untuk bekerja. Rea keluar dari kamarnya, di lihatnya, Mike sedang sibuk dengan ponselnya. Entah siapa yang tengah berbalas pesan dengannya. Wajahnya tampak sangat serius. Membuat Rea kesal, karena merasa Mike tidak memperhatikan penampilannya pagi ini, gadis tersebut berjalan ke depan. Mengabaikan Mike yang masih belum menyadari kepergiannya. Rea berdecak sebal, kala tak melihat Mike mengikutinya ke depan. “Dasar buaya!” umpat Rea kesal. Dan mengira jika Mike sedang sibuk dengan para kekasihnya yang lain. Meskipun ia juga tidak tahu, apa hubungannya dengan Mike sebenarnya. Teman atau kekasih? Mike selesai berbalas pesan dengan kliennya yang akan memakai jasanya untuk memotret sebuah cafe yang baru saja di buka. Namun, terjadi perdebatan tentang siapa model yang akan di pakai. Sebab, pihak mereka menginginkan orang yang fresh, agar tampilannya nanti bisa menarik para pengunjung cafe. Merasa jika ia sudah terlalu lama sibuk dengan ponselnya. Mike pun mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah kamar Rea. “Loh? Kok pintunya sudah ke buka, terus kemana orangnya?” tanya Mike yang mencari keberadaan Rea di dalam rumah. “Apa di depan?” Mike bergegas menuju ke depan rumah. Benar saja, ia melihat Rea yang tengah bersedekap dengan bibir mengerucut sebal, serta menatapnya tajam. Mike mengerutkan keningnya, tak tahu apa penyebab kekesalan Rea kali ini. “Kenapa? Kok sewot gitu?” Mike mencoba untuk menggapai lengan Rea dan tersenyum tipis, namun dengan kasar segera di tepis olehnya. “Apa lagi, sih? Masih pagi sudah marah-marah aja,” Mike memilih untuk segera masuk ke dalam mobilnya dan menunggu Rea. Ia lelah memikirkan permintaan dari kliennya. Gadis tersebut menghembuskan napasnya dan mengunci pintu rumahnya. Lantas masuk kedalam mobil Mike masih dengan wajah kesalnya yang tertekuk. Mike tak mau ambil pusing akan sikap kekanakan Rea yang tidak jelas apa alasannya kali ini untuk marah. Tak ada yang berbicara sepanjang perjalanan menuju ke minimarket. Rea yang masih kesal, sementara Mike yang pusing memikirkan keinginan kliennya barusan. Mobil SUV hitam tersebut berhenti tepat di depan minimarket. Rea melepaskan seatbelt di tubuhnya. Tanpa menoleh ke arah Mike lagi, ia akan membuka pintu mobil. Tapi tangannya di tarik oleh Mike dan di kecup keningnya sekilas. “Jangan cemburu, itu tadi bukan cewek. Tapi klien yang mau kerja sama. Sudah sana kerja, jangan lupa nanti sore aku jemput. Btw, kamu cantik banget pagi ini,” puji Mike yang mengecup singkat sudut bibir Rea. Lalu menegakkan tubuhnya kembali. Terkekeh geli melihat reaksi Rea yang kini melotot ke arahnya karena terkejut. “Apa-apaan, sih? Bikin kesel aja,” omel Rea yang sebenarnya salah tingkah di buatnya. Mike tergelak, dan memegang kedua tangan Rea, lalu memberikan kecupan singkat di punggung tangan gadis itu. “Kenapa? Apa Lo mau mengakui kalo sekarang Lo lagi blushing?” goda Mike yang semakin tergelak melihat rona merah di kedua pipi gadis jutek tapi lugu di hadapannya saat ini. “Ma-mana ada? Siapa juga yang blushing? Ngarang Lo!” elak Rea yang langsung melepas genggaman tangan Mike di tangannya. Lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Oh, gitu. Jadi, itu blush on, bukan blushing, yah?” sindir Mike sembari terkekeh geli. “Ah, sudahlah. Gue mau kerja. Sana Lo pergi, kerja yang benar. Jangan main-main aja,” sanggah Rea yang mengalihkan pembicaraan. “Ya, udah sana keluar. Apa Lo mau ikut gue ke studio?” tanya Mike yang melihat Rea dengan kedua alis mengerut. Membuat Rea menepuk keningnya sendiri. “Oh, iya lupa kalau masih di dalam mobil,” sahutnya sambil nyengir dan segera keluar dari mobil Mike. Melambaikan tangan saat mobil Mike mulai berjalan pergi dari minimarket. Rea segera masuk ke dalam minimarket dan menuju ke tempat ganti baju. Mike tersenyum senang karena akhirnya ia bisa sedikit lebih dekat dengan Rea. Sebentar lagi, ia yakin jika gadis itu akan bisa ia dapatkan. Walaupun memang Rea tidak seperti mantan-mantan kekasihnya yang dulunya memiliki banyak uang. Setidaknya, Rea termasuk gadis yang pekerja keras. Ia yakin Rea pasti juga akan bisa memberikannya banyak uang. Hari ini, Rea bekerja dengan hati yang berbunga-bunga. Baru pertama kalinya merasakan jatuh cinta di usianya yang sudah menginjak angka dua puluh satu. Rea memang baru kali ini jatuh cinta. Senyumnya tak pernah luntur dari bibirnya. Hal itu membuat semua teman-temannya yang bekerja di minimarket heran. Bahkan mereka tak segan untuk menggoda Rea yang di nilai sedang jatuh cinta. ### Sesampainya di kantor. Kean di kejutkan dengan seseorang yang sudah menunggunya sejak tadi di dalam ruangannya. Siapa lagi jika bukan Amanda. Perempuan yang berani duduk di dalam ruangan Kean, hanya untuk menunggunya datang. Para karyawan Kean tak ada yang berani menolak perintahnya. Sebab, Amanda tak segan mengancam mereka dengan pengaduan kepada Kean dan berujung pemecatan. Tentu saja semua karyawan tidak ada yang berani berbuat macam-macam. Meskipun mereka tidak suka terhadap Amanda yang dinilai terlalu berlebihan. Seolah-olah ia yang memiliki perusahaan. “Kean, kamu sudah datang? Udah sarapan belum? Aku belum nih, sarapan bareng, yuk,” sapa Amanda dengan nada cerianya saat melihat kedatangan Kean yang langsung duduk di kursinya dan membuka laptopnya. Melihat tak ada tanggapan atau sekedar jawaban dari Kean. Amanda yakin jika laki-laki tersebut pasti marah kepadanya atas kejadian tempo hari. Ia duduk di depan kursi Kean dan melipat kedua tangannya di atas meja. Menatap penuh kekaguman pada wajah tampan Kean yang kini tengah fokus pada layar laptopnya. “Kalau kamu hanya datang dan menggangguku bekerja. Lebih baik kamu pergi. Karena hari ini aku sangat sibuk,” usir Kean halus tanpa melihat sedikit pun ke arah Amanda. Gadis di hadapannya itu menghembuskan napasnya pelan. “Kenapa sih, kamu masih marah aja sama aku? Itu kan sudah lewat? Lagi pula, kita sudah berapa hari tidak bertemu. Memangnya kamu tidak merindukan aku?” rengek Amanda yang membuat Kean akhirnya mendongak dan menatap wajah Amanda. “Aku sedang tidak ingin berdebat dengan kamu. Cepat pergi, karena sebentar lagi Papa akan datang ke sini. Kamu mau bertemu papa?” tanya Kean dengan raut serius. Sebab ia tahu, jika Amanda hanya takut pada Sang Papa. Maka dari itu, tak jarang Kean menggunakan nama Papanya untuk membohongi Amanda yang keras kepala. “Huh, selalu saja begitu. Memangnya aku salah apa sih, sama Papa kamu? Kenapa Papa Kamu nggak suka sama aku,” ujar Amanda dengan raut wajah sendunya. Kean menghembuskan napasnya panjang. Ia lantas bangkit dan berjalan menuju ke arah Amanda yang terduduk sambil menunduk. Di usapnya puncak kepala Amanda dengan lembut. “Pergilah! Kali ini aku tidak bohong. Papa dan para dewan direksi memang akan datang kesini. Pulanglah dan jangan lupa sarapan,” jelas Kean yang walaupun terdengar kesal namun masih tetap memikirkan kesehatannya. Amanda memeluk perut Kean dan tersenyum lebar. “Baiklah. Aku pulang yah, nanti malam kamu mampir ke apartemen kan?” tanya Amanda yang kini sudah berdiri di depan Kean. Kean mengangguk pelan, “Iya. Sudah sana pulang. Hati-hati di jalan,” ujarnya. Amanda segera pergi dari kantor Kean, karena tidak ingin bertemu dengan orang yang selalu saja menjadi penghalang baginya untuk bisa memiliki Kean.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN