Bab 20. Bagaimana kau masuk?

1219 Kata
Mike keluar dari mobilnya, dan seketika terkejut melihat Sarah yang menatapnya tajam seraya melipat kedua tangannya. Sementara Mike hanya meliriknya sekilas dan membuka pintu studio fotonya. Lalu naik ke lantai atas. Di mana kamarnya berada di sana.  “Dari mana kamu sampai malam begini? Kamu tahu nggak, aku udah lumutan nungguin kamu lama banget. Hp kamu memangnya kenapa? Aku telepon dan kirim pesan nggak bisa-bisa. Kamu kemana, sih?” cecar Sarah kesal. Seraya mengikuti langkah kaki Mike di belakangnya.  Mike hanya diam mengabaikan ocehan Sarah yang membuatnya muak. Sedangkan Sarah, semakin marah karena di abaikan.  “Mike! Denger nggak, sih aku bicara? Kamu kenapa, sih?” serunya sembari menarik lengan Mike yang akan memasuki kamar mandi.  Mike menghembuskan napasnya jengah akan tingkah Sarah. Ia membalikkan tubuhnya dan membalas tatapan tajam dari perempuan yang sudah satu bulan ini bersamanya.  “Kita putus.” Singkat, padat, dan jelas, jawaban Mike atas semua pertanyaan Sarah sejak tadi.  Sarah melotot tak percaya mendengar apa yang baru saja Mike katakan, “A-apa? Putus?” beonya mengulang ucapan Mike barusan.  Mike hanya mengangguk pasti. “Ya, kita putus. Jelas bukan? Jadi, lo pergi sekarang dari kamar gue. Karena gue udah bosan sama lo, dan muak lihat tingkah posesif lo yang bikin kesel.” Usir Mike dengan nada marah.  Sarah tak terima di putuskan begitu saja oleh Mike. Dengan amarahnya yang memuncak, perempuan tersebut maju ke hadapan Mike dan,  PLAK Satu tamparan keras mendarat sempurna di pipi putih mulus Mike. “Oke. Kita putus, tapi kembalikan semua yang sudah lo ambil dari gue, semuanya,” hardik Sarah penuh emosi.  Mike tergelak sembari memegangi pipinya yang terasa panas, bekas tamparan Sarah. Dengan senyum mengejeknya, Mike berkata, “Bukan gue yang minta, tapi lo yang kasih. Barang yang sudah lo kasih, nggak bisa lo ambil lagi. Lagi pula, itu gue anggap bayaran gue selama jadi pacar lo.”  Sarah mendelik kesal, “Apa lo bilang? Pokoknya gue nggak mau tau! Lo kembalikan semuanya yang sudah gue kasih. Gue nggak peduli!” geram Sarah.  “Oke. Besok gue kirim ke apartemen lo semuanya. Sekarang lo pergi dari sini!” Jari telunjuk Mike mengarah ke pintu keluar dari kamarnya.  Sarah segera keluar dari kamar Mike dengan hati yang dongkol. Ia sungguh tak menyangka jika Mike akan memutuskannya. Sebab ia yakin, jika ia termasuk yang paling lama berpacaran dengan Mike. Biasanya, Mike tak pernah sampai satu bulan menjalin kasih dengan semua mantan kekasihnya.  Satu sampai dua minggu biasanya Mike menjalani hubungan kekasih dengan para perempuan yang mengejarnya. Dan Sarah termasuk lama sampai satu bulan. Namun sayang, jika dia juga di buang begitu saja oleh Mike setelah ia bosan.  ####  Rea menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Isakannya terdengar memilukan, “Jangan tinggalkan aku sendiri, aku sangat membutuhkanmu,” lirih Rea dengan lelehan air matanya yang merembes di sudut matanya.  Sebuah tangan yang sejak tadi memeluknya, terkejut mendengar isak tangis gadis di sebelahnya. Di usapnya dengan lembut air mata yang mengalir di sudut mata Rea.  “Ada apa sebenarnya denganmu? Apa yang kau tangisi, Re?” gumam pria tersebut di sebelah Rea.  Tangannya yang bebas mengusap punggung Rea. Sementara tangannya yang satunya lagi mengusap puncak kepalanya.  Merasakan dekapan hangat seseorang, tubuh Rea semakin melesak masuk ke dalam pelukan seseorang yang tak Rea tahu siapa dan mengapa bisa berada di atas ranjangnya.  Hanya saja alam bawah sadarnya, seolah merespons pelukan hangat dari orang tersebut. Karena itulah yang Rea butuhkan selama ini.  Sebuah pelukan yang mampu menenangkannya di saat mimpi buruknya kembali hadir menghantuinya.  Sekedar pelukan yang sejak dulu tak pernah Rea dapatkan dari kedua orang tuanya. Di saat mimpi buruk itu hadir mengganggunya setiap malam.  Lama kelamaan, Rea mulai merasakan ada yang aneh dalam tidurnya malam ini. Ia yakin, jika guling di ranjangnya sangat empuk.  Tapi yang saat ini ia peluk, ‘Kok keras, yah?’ benaknya bertanya-tanya.  Perlahan-lahan, Rea mulai membuka matanya. Dan begitu terkejut saat melihat d**a bidang siapa yang kini ia peluk dan memeluknya.  Ah, tidak. Lebih tepatnya, saling berpelukan.  Rea segera melepaskan pelukannya dan bangkit dari tidurnya, duduk seraya menoleh ke arah seorang pria yang saat ini tersenyum begitu manis ke arahnya.  “Lo? Ngapain lo di kamar gue? Dan lagi, kok bisa lo masuk ke rumah gue?” sentak Rea marah akan perbuatan Mike yang masuk ke dalam rumahnya tanpa ijin.  Bahkan pria tersebut dengan santainya tidur di sebelahnya. Lantas mereka juga berpelukan.  “Kenapa, sih? Lo selalu meributkan hal yang nggak perlu untuk di ributkan? Jangan tanya kenapa gue bisa masuk ke sini, tapi kenapa lo mimpi sambil nangis? Itu yang penting,” debat Mike yang memilih untuk bangun dari tidurnya dan berjalan ke luar kamar.  Rea membulatkan mnatanya saat tahu bahwa Mike hanya memakai celana pendek dan shirtlees.  “Astaga! Kenapa lo nggak pake baju!” seru Rea sembari menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangannya.  Mike hanya terkekeh geli mendengar reaksi Rea yang menurutnya sangat berlebihan. Ia masuk ke dalam dapur dan membuat dua gelas hot coklat untuk dirinya dan juga Rea.  Saat mengaduk minumannya, Rea datang menyusulnya dengan kekesalannya. Baru saja bibirnya akan berbicara, telapak tangan Mike pun terangkat ke atas. Pertanda bahwa ia melarang Rea untuk mengomel saat ini.  “Simpan tenaga lo untuk nanti, sayang. Sekarang duduk dan minum hot coklat spesial buatan gue.” Mike meletakkan secangkir hot coklat di depan Rea yang duduk di meja makan dengan wajah cemberut. Tapi tak menolak pemberian Mike. Ia bahkan langsung menyesapnya perlahan-lahan.  “Enak. Tumben pinter,” celetuk Rea yang mengejek Mike.  Sedangkan yang di ejek hanya tersenyum kecil dan menyesap minumannya dengan santai. Sejujurnya, ia juga tak tahu kenapa bisa berada di rumah Rea. Bahkan dengan berani tidur di samping gadis jutek dan ketus sepertinya.  Setelah beberapa menit, kedua manusia ini saling diam, seraya menikmati hot coklat masing-masing.  Mike membuka suaranya, ia sungguh penasaran dengan apa yang menjadi mimpi buruk Rea tadi. Dari yang Mike tangkap, Rea kehilangan sosok yang sangat berarti dalam hidupnya.  Hingga ia bisa menangis dengan begitu menyayat hati siapa pun orang yang mendengarnya. Mike menduga. Jika itu adalah mantan kekasih Rea. Namun, ia tak ingin salah menduganya. Maka dari itu, ia harus mendapatkan jawabannya.  “So, kenapa lo nangis sambil mimpi? Seburuk apa mimpi lo. Sampai lo sesedih itu tadi?” cecar Mike to the point.  Rea mendongak sedikit kaget mendengar pertanyaan yang Mike lontarkan. Rea menggelengkan kepalanya pelan.  “Bukan apa-apa. Lo nggak perlu tahu,” tolak Rea tegas.  Mike hanya menghela napasnya kasar. “Apa sulitnya, sih lo cerita ke gue? Gue cuman nggak mau lo mimpi buruk lagi? Lo nggak akan tenang tidurnya, kalau seperti itu terus,” desak Mike yang pantang menyerah mendapatkan jawabannya.  Rea memilih bungkam. Ia tidak ingin Mike hanya akan mengasihaninya, saat tahu cerita yang sebenarnya.  Terlebih lagi, mereka berdua tidak berada di hubungan dekat yang bisa saling membuka rahasia hidup masing-masing kepada lainnya.  “Re,” protes Mike lagi.  “Lebih baik lo pulang. Gue nggak mau di labrak sama cewek lo nanti,” kelit Rea yang bangkit dari duduknya dan masuk ke dalam kamarnya.  Duduk di sisi ranjangnya dan terisak pelan. Ia paling benci di kasihani. Sebab, itu sama halnya dengan kedua orang tuanya yang juga selalu memandangnya dengan tatapan kasihan tersebut.  Mike hanya bisa menghela napasnya panjang, melihat kepergian Rea ke kamarnya. “Kenapa susah sekali mendekatimu, Re?” monolog Mike di meja makan, seraya menatap gelas minumannya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN