Bab 19. BAPER ( BAWA PERASAAN )

1097 Kata
Melihat keberadaan Mike di club, membuat Rea senang sekaligus kesal. Pasalnya, pesona Mike nyatanya mampu menggaet para gadis yang berada di sana. Bahkan Mike ikut bergabung dengan mereka di sofa yang berada di sudut ruangan , menghadap ke arah meja bar. Dan parahnya lagi, Mike memang meladeni obrolan mereka dengan senyum manisnya. Laki-laki tersebut, sengaja ingin menggoda Rea agar menunjukkan kecemburuannya, yang nantinya akan membuat Mike semakin yakin dengan dugaannya. Mike bahkan duduk di sofa bersama dengan para gadis seksi tersebut. Serta membiarkan kedua lengannya di peluk manja oleh mereka. Tubuhnya memang berada di sini, di kelilingi oleh para gadis seksi, akan tetapi, matanya terus tertuju pada gadis yang sedang sibuk membuatkan minuman para pengunjung club. . Dan sesekali meladeni pertanyaan dari mereka yang ingin menggodanya. Mike geram melihatnya. Ingin sekali ia melabrak Rea dan pria tersebut. Namun ia tak bisa membuat keributan di club ini. Rea pastinya yang akan terkena dampaknya jika sampai itu terjadi. Karena dia yang bekerja di sini. Sedangkan Mike tak tahu, bahwa Rea juga tengah menahan amarahnya saat ini. Karena melihat tingkah genit para gadis tersebut yang berusaha menggoda Mike. Namun Mike malah menanggapinya dengan senyum yang tampak bahagia. Seolah senang jika ia di puja-puja oleh mereka. “Kita lihat saja, siapa yang akan memperlihatkan kecemburuannya, huh,” gumam Rea dengan seringai liciknya. Ia yakin sekali jika Mike yang akan terbakar api cemburunya sendiri. Melihat kenyataannya bahwa mata pria tersebut tak pernah lepas dari tempatnya berada. Bahkan tampak jelas jika mata tersebut menatapnya kesal. Rea jelas saja tertawa dalam hati. Benar saja, Mike melotot marah, saat ada pelanggan Rea yang memegang tangan gadis tersebut di atas meja bar. Entah apa yang mereka bicarakan, Rea tampak tertawa kecil menanggapinya. Mike semakin geram saat Rea hanya diam dan tersenyum tipis. Seolah-olah tak mempermasalahkan hal tersebut. Dan kemarahannya semakin tak dapat ia bendung lagi. Saat Rea pergi bersama dengan pria yang Mike lihat pernah menjemputnya di rumah. Bahkan Rea hanya diam saja, kala bahunya di rangkul oleh pria tersebut. Mike segera bangkit dan mencekal lengan Rea, lalu menariknya agar berdiri menjauh dari pria tersebut. Mike tak lagi peduli, seandainya saja pria tersebut kekasih Rea. “Mau kemana Lo?” tanya Mike kesal. Sementara Rea hanya mengulum senyumnya, karena jebakannya ternyata berhasil. Rea menatap Nico yang jelas saja terkejut akan tingkah Mike yang tiba-tiba saja. Beruntung, kali ini Mike tidak di pukuli oleh anak buah Nico yang terlihat berjaga-jaga. “Memangnya apa urusan lo? Gue mau pergi sama siapa juga. Bukan urusan lo, ‘kan?” sahut Rea dengan santai. Dan beralih ke sebelah Nico, lantas memeluk lengannya, membawanya pergi dari hadapan Mike yang geram di tinggalkan sendirian. “b******k!” maki Mike keras penuh kekesalan. Begitu sampai di parkiran, Rea tak bisa lagi menahan tawanya. Ia terbahak saat teringat akan reaksi Mike yang menurutnya sangat lucu tersebut. “Siapa cowok tadi, Re? Kamu nggak pernah cerita ke kakak, kalau punya teman cowok? Dan lagi, kenapa responsnya seperti itu?” cecar Nico yang masuk ke dalam mobilnya. Di ikuti oleh Rea yang juga masuk ke dalam mobil. “Dia bukan siapa-siapa. Hanya saja kapan hari itu, aku nolongin dia, waktu dia di pukulin sama orang dan tergeletak di pinggir jalan. Dia juga tinggal di rumah selama beberapa hari. Tapi, tadi siang udah pulang kok ke rumahnya,” jelas Rea jujur. Nico hanya mengangguk pelan, “Lain kali, kamu harus cerita ke kakak, kalau ada apa-apa sama kamu. Iya, kalau dia orang baik, kalau orang jahat bagaimana?” Nasehat Nico yang mengkhawatirkan keadaan Rea yang hidup seorang diri. “Iya, kak, aku akan cerita lain kali,” jawabnya sambil tersenyum tipis. Nico dan Rea menuju ke rumah pria tersebut. Sebab, Ibu Nico sedang sakit dan sangat ingin bertemu dengan Rea. Beliau memang sangat menyayangi Rea dan bahkan menganggapnya seperti anaknya sendiri. Setelah puas mengobrol dan makan malam bersama. Nico Mengantarkan Rea pulang. Sesampainya di depan rumah. Rea terkejut melihat mobil siapa yang sedang berhenti di samping rumahnya. Rea cukup hafal dengan siapa pemilik mobil SUV hitam tersebut. “Terima kasih, ya, kak. Sudah di antar pulang. Kakak, hati-hati di jalan,” pamit Rea yang langsung turun dari mobil dan melihat kepergian Nico. Beruntung kakak angkatnya tersebut tidak tahu. Bahwa Mike yang memiliki mobil yang berhenti di samping rumah Rea. Nico memang tak tahu siapa pemilik mobil itu, karena Mike hanya menunggu kedatangan Rea dari dalam mobilnya. Begitu Rea membalikkan tubuhnya untuk melangkah masuk ke dalam rumahnya. Tubuhnya yang kecil menabrak d**a bidang Mike yang ternyata sudah berdiri di belakangnya. Semenjak kepergian mobil Nico. “Aduh,” pekik Rea yang mengusap dahinya, karena membentur kerasnya d**a bidang Mike. “Lo apa-apaan sih! Kenapa menghalangi jalan gue? Awas minggir!” seru Rea kesal. Lebih tepatnya, berpura-pura kesal. Karena sesungguhnya, ia sangat senang Mike ada di sini, menemuinya. Itu pertanda, bahwa pria yang kini tengah menatapnya tajam tersebut memiliki perasaan terhadapnya. “Lo yang kenapa! Dari mana Lo sama dia? Kenapa sampai dua jam nggak pulang-pulang?” hardik Mike yang marah. Karena menunggu kepulangan Rea dengan gelisah di dalam mobilnya sejak kepergian Rea tadi di club’. Berbagai pikiran buruk, tentu saja mulai menghantui dirinya. Ia takut jika Rea dan pria tadi sudah melakukan hal-hal yang tidak bisa ia bayangkan. “Memangnya apa urusan Lo? Ingat! Lo bukan siapa-siapa gue? Jadi jangan bertindak seolah-olah Lo itu pacar gue!” sentak Rea jengkel. “Gue memang bukan siapa-siapa Lo saat ini. Tapi Lo adalah milik gue, Rea. Dan gue nggak suka milik gue di sentuh orang lain. Karena....” Rea bisa melihat Mike menyeringai. Mike maju ke depan dan mengimpit tubuh Rea ke dinding di sebelah pintu. Mengungkung tubuh seksi Rea dengan kedua tangannya. “Semuanya adalah milik gue seorang. Lo milik gue, dan Lo lebih tinggi dari sekedar pacar-pacar gue, yang bisa gue pakai nggak lebih dari satu bulan. Ingat itu, Re!” tegas Mike yang mencuri ciuman di bibir Rea. Lantas dengan santainya pergi meninggalkan Rea yang membatu di depan rumahnya. Memandang kepergian Mike dengan rona merah di pipinya. Dengan degup jantungnya yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Rea tersenyum bahagia saat ini. Dan segera masuk ke dalam rumahnya. Bibirnya tak bisa berhenti tersenyum lebar. Entahlah. Rea tak tahu, jika perlakuan Mike selalu bisa membuat debaran jantungnya menggila seperti ini. Rea berbaring di ranjang sembari berteriak kegirangan dan menendang-nendang angin saking bahagianya. Seolah ada ribuan kupu-kupu yang beterbangan di dalam perutnya. Bahagia sekali rasanya. Mendengar kata-kata yang mampu menggetarkan hatinya. Inilah cinta pertamanya. Kisah cinta yang ia harapkan akan berhasil. Bukan seperti kebanyakan orang yang mengatakan, bahwa cinta pertama tak pernah berhasil. “Semoga saja tidak,” harap Rea sungguh-sungguh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN