Rhe menerima telepon, nomor tidak dikenal. Ia mengangkatnya, dengan berpikir mungkin saja ini nomor Ibu Elvina. Ternyata betul.
Elvina, “Halo, detektif, saya Elvina, ibunya Clara.”
Rhe, “Halo.. Bagaimana bu? Ada yang bisa saya bantu.”
Elvina, “Saya teringat sesuatu. Jadi, sekitar dua minggu lalu, saya mendengar Clara bertengkar di telepon. Dan, Clara menyebut nama Daniel. Saya, tidak tahu apa itu bertengkar dengan Daniel. Atau bertengkar dengan seseorang karena Daniel. Entah siapa yang berbicara dengan Clara saat itu.”
“Selain itu, saya tidak tahu ada hubungannya dengan kasus ini atau tidak. Tapi, saya teringat ucapan detektif, untuk tidak mengabaikan hal sekecil apapun.”
Rhe, “Ibu sudah bertindak dengan betul. Setiap informasi sekecil apapun akan membantu kami dan menjadi petunjuk untuk penyelidikan. Kami dari kepolisian tentu akan melindungi hak Clara di sini sebagai korban dan ibu sebagai saksi. Jangan khawatir.”
Elvina, “Terima kasih banyak. Semoga pelakunya cepat ketemu. Saya, tidak kuat melihat anak saya seperti sekarang ini.”
Rhe, “Doakan kami.. Kami akan berusaha sekuat tenaga.”
Elvina menutup telepon tersebut.
Ia sedikit terhenyak.. Bertengkar dengan siapa? Apa itu Daniel? Atau seseorang lain dan membahas soal Daniel?
Tapi, saat menemui Daniel tadi, lelaki itu tidak menceritakan masalah apapun. Dan sikapnya seperti tidak ada masalah.
“Lang..” Rhe menghampiri Galang. “Ibu Elvina menelepon barusan, dan menyebutkan kalau sekitar dua minggu lalu, Clara bertengkar di telepon, menyebut nama Daniel. Entah itu lawan bicaranya Daniel atau orang lain. Tapi, kita harus cari tahu, bagaimana kalau besok kita temui sekretarisnya? Aku penasaran, sumpah..”
“Setuju,” Galang mengangguk. “Coba cek, siapa nama sekretaris itu dan latar belakang Daniel!” Rhe duduk di sebelah Galang dan membuka data-data mengenai Daniel.
Data pribadi : Daniel Ravindra, usia 39 tahun, founder dan owner dari RV Jewellery. Data pajak menunjukkan kekayaannya mencapai 70 milyar. Pernah berprofesi sebagai model lalu berwirausaha mendirikan RV Jewellery. Perusahaan itu sekarang memiliki omset hingga puluhan milyar per bulan dan ekspansi hingga ke seluruh Asia.
Catatan kriminal : pernah dipenjara selama satu bulan di tahun 2010, tapi bebas bersyarat karena kelakuan baik dan adanya kesepakatan dengan keluarga korban. Penyebabnya menyetir saat mabuk. Kejadian itu menyebabkan kecelakaan dengan korban luka.
Latar belakang keluarga : ayahnya seorang pengusaha berlian bernama Bakhtiar Ravindra dan ibu seorang model bernama Isvara Bella.
Pendidikan : Lulusan University of Melbourne, Australia, Jurusan Business International.
Rhe melihat kalau memang latar belakang keluarga Daniel bukanlah orang biasa-biasa. Ia cukup tahu kalau Bakhtiar Ravindra pengusaha terkenal.
Ia lalu membaca data berikutnya mengenai sekretaris Daniel.
Data pribadi : Eva Fredella, usia 31 tahun. Data pajak menunjukkan kekayaannya mencapai 1 milyar. Pernah berprofesi sebagai model, dan tidak ada catatan pekerjaan lainnya.
Catatan kriminal : tidak ada catatan kriminal.
Latar belakang keluarga : ayahnya berwirausaha dengan nama Lukman Mehdi dan ibu seorang ibu rumah tangga bernama Indah Iswari.
Pendidikan : Lulusan Sekolah Sekretaris LPSN
“Besok kita kembali ke kantornya.. Dan bicara dengan Eva sang sekretaris,” Rhe tersenyum. Galang membalas senyumnya, “Hot secretary…”
Rhe hanya tertawa.. “Tipemu seperti itu? Kelas berat..” Galang tersenyum, “Tidak menolak, tapi..” Rhe menggodanya, “Tapi apa?” Galang dengan jahil mengacak rambut Rhe, “Tapi tipemu lebih menarik..” Rhe tertawa lepas.. “Seleramu aneh!”
“Aneh bagaimana?’ Galang mencoba biasa. “Ah, jangan meledekku! Tidak bisa kamu bandingkan perempuan itu dengan aku.. Huuuhhh.. Jauh bro!” Rhe menjitak kepala Galang dengan penggaris.
“Sejauh apa?” Galang memancing-mancing. “Serius kamu bertanya?” Rhe geleng-geleng kepala, “Misal bicara perawatan, dia high maintenance, aku super low maintenance. Lalu kalau bicara perumpamaan.. Dia seperti Rolls Royce Ghost Phantom, aku yaa mungkin Truk Hino..” Galang hanya tertawa.. “Jangan menilai dirimu serendah itu!”
“Ups, aku lupa harus menelepon Inka. Kita butuh kejelasan soal tunangan Clara. Bagaimana mungkin informasi dari Inka dan Elvina berbeda?” Rhe mengeluarkan ponselnya. Galang mengangguk tanda setuju. Ia mendekat ke arah Rhe yang mulai memencet nomor Inka.
Telepon itu pun terhubung.
Rhe, “Sis, jelaskan padaku soal Keenan dan Clara. Mereka bertunangan atau tidak?”
Inka, “Sorry Rhe, aku tidak bisa bicara segala hal terkait Keenan Latif dan Clara Jovanka.”
Rhe, “Kenapa kamu tidak bisa bicara?”
Inka, “Ah, big boss tadi siang memintaku mendampingi Keenan Latif. Informasinya ada 3 polisi mendatangi apartemennya.. Aku pikir, mungkin salah satunya kamu?”
Rhe, “Oh no! Dia sudah menunjuk pengacara?”
Inka, “Yes.. Sorry, aku tidak bisa bicara banyak.. Kamu paham bukan. Sumpah pengacaraku terancam terlanggar kalau kamu terus bertanya. Aku tahu kamu akan mengerti situasiku.”
Rhe menarik nafas, “Ok.. Mungkin besok kita ketemu. Secara resmi.”
Inka, “Ok bye.”
Galang menatapnya penasaran, “Ada apa?” Rhe merasa marah, dia langsung melempar spidol di mejanya, “Damn! Keenan sudah menunjuk pengacara. Dan pengacara itu Inka..”
“Aku tidak bisa menggunakan pernyataan Inka sebelumnya..” Rhe merasa marah. Galang ikut merasa kesal, “Kita cari cara lain…” Rhe mengangguk, “Pasti! Hanya saja ini membuatku marah. Keenan akan mempersulit penyelidikan ini. Tapi di satu sisi, aku jadi mencurigainya.”
“Ah sudahlah, aku pulang ya? Mataku sudah tidak bisa diajak kompromi,” Rhe berdiri dan mengenakan jaketnya. “Ok, hati-hati..” Galang menatapnya, ia ingin mengantar Rhe pulang, tapi ia sudah cukup tahu kalau Rhe akan marah. Partnernya ini tidak suka kalau ada yang menganggapnya lemah. Padahal, ia hanya khawatir..
***
Rasa marah itu masih ada di lubuk hatinya. Barra membuka pesan dari Galang, ada nomor Rhea. Ia membaca angka-angka itu berulang kali, hingga ia hafal 11 nomor selular perempuan yang mengganggu pikirannya itu. Setelah beberapa saat, ia akhirnya menyimpan nomor itu dengan nama yang membuatnya tertawa sendiri, “COPxCON”. (*con adalah Bahasa Inggris yang berarti penipu atau juga lawan, cop adalah Bahasa Inggris yang berarti polisi).
Ya, perempuan ini polisi yang juga penipu.. Barra hanya tersenyum. Nomor perempuan itu pun tersimpan di ponselnya. Barra pun berpikir dan berpikir.. Apa yang harus ia lakukan?
Akhirnya ia memutuskan untuk mengirimkan pesan pada perempuan itu. Hmm.. She owe me an explanation!
Barra mengetik dan mengirimkan pesan pada Rhe. Perempuan itu pasti kaget! Bayangan Rhe akan kebingungan, membuatnya tersenyum sendiri.. Don’t mess with me!
***
Rhe akhirnya tiba di apartemennya. Ia merebahkan tubuhnya.. Ah rasanya ingin tidur lebih awal.. Lelah sekali. Matanya hampir saja terpejam, tapi, tiba-tiba ponselnya berbunyi.
Ada pesan dari nomor tak dikenal. Rhe membukanya.. Isinya mengagetkan dan membuatnya bangkit dari tempat tidur.
Detektif, anda berhutang penjelasan pada saya. Saya tunggu..
- Barra Abrisam
Ohh.. Ingin rasanya melarikan diri ke kutub utara! Jauh dari lelaki itu.. Tolooong.. Rhe menutup mukanya dengan bantal.