Part 19

1152 Kata
Devan dan Selena saling melihat wajah mereka masing - masing dengan pernapsu, terlihat jelas dimata mereka yang sayu dan ingin saling memiliki. "Kita lanjutkan di kamar," ujar Devan penuh napsu melihat Selena. Selena menganggukan kepalanya. Dia sangat ingin melanjutkan ciuman mereka di dalam kamar. Devan dan Selena sudah berada di dalam kamar hotel. Mereka terus berciuman dan saling melumat dengan mesra. Devan melepaskan tautan bibir mereka, bibirnya pindah ke leher jenjang Selena menjilati leher tersebut dengan lidahnya. "Aaah Deeevvv," suara desahan Selena makin membuat Devan b*******h. Devan membuat kissmark di leher Selena, bibirnya menjelajahi bagian d**a Selena. Tangan Devan meremas perlahan gunung kembarnya, menyentuh pucuk gunung kembar Selena dengan lidahnya. Devan melumat bibir Selena lagi dengan tangan kirinya meremas - remas p****t indah Selena dan tangan kanannya meremas gunung kembar milik wanita itu. "Aaah Devaaaan... aaaah," desah Selena yang terbuai dengan segala perlakuan Devan padanya, Devan sangat lihai membuatnya makin b*******h. Tanpa terasa mereka sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuh mereka. "Aku ingin memilikimu sayang," ujar Devan dengan mata yang bernapsu melihat Selena. Selena yang sudah sangat b*******h menganggukan kepalanya menyetujui perkataan Devan. Secara perlahan Devan memasukan juniornya di lembah - lembah kenikmatan Selena. "Aaarrrgggh Leeenaaa." Suara Devan menggeram, merasakan nikmatnya saat dia berhasil masuk ke dalam lembah - lembah surgawi milik Selena. Devan menggoyangkan pinggulnya secara perlahan ke dalam inti Selena. Devan merasakan miliknya seperti terhisap di inti Selena, sangat nikmat melebihi milik inti para wanita yang sering dia tiduri. Hanya milik Selena yang mampu membuat Devan terus mendesah dan mengerang nikmat. Devan terus menggerakan pinggulnya di inti Selena sambil mencium bibir Selena. Desahan demi desahan terdengar merdu di kamar presiden suit tersebut. Berbagai macam gaya mereka lakukan sepanjang malam. Olah raga malam yang membuat mereka saling berkeringat dan menjerit nikmat. *********** Paginya Selena memegang kepalanya... Kepalanya terasa sangat pusing di bagian belakang. Selena melihat Devan tertidur sambil memeluknya. "Apakah ini mimpi?" Ujar Selena melihat Devan tak percaya. Selena mencibut tangannya sendiri. "Auw sakit," pekik Selena. "Aku harus bagaimana ini? Aku harus bagaimana?" Selena kebingungan sendiri. Selena melihat Devan yang masih tertidur nyenyak secara perlahan keluar kamar, dia dengan secepatnya memakai bajunya yang berserakkan dilantai tanpa sempat memakai pakaian dalam lalu mengambil tasnya. Selena berjijit pelan keluar dari kamar Devan, kamarnya dan Devan bersebelahan. Selena mengeluarkan kepalanya melihat ke arah kanan dan kiri memastikan tidak ada orang di sekitar lorong kamar hotel. Selena menarik napasnya lega, sekarang dia berada di dalam kamarnya sendiri. "Yaa ampuuuun, apa yang telah aku lakukan." Selena menyesali kejadian kemarin malam. Selena mencoba mengingat kejadian tadi malam, betapa malu nya dia. "Aku lah yang memulainya, yaa ampun mau di taruh dimana muka ku ini." Selena menutup wajahnya. Sementara itu Devan membuka matanya... Dia terbangun, melihat Selena tidak ada lagi di sampingnya. "Kenapa wanita itu pergi begitu saja," ujar Devan kesal. Devan sangat kesal, dia tak pernah ditinggalkan oleh wanita lain saat selesai bercinta. Selalu Devan yang pergi duluan, walau dengan Veronica. Dengan Veronica tidak pernah Devan tidur semalaman hanya selesai bercinta lalu Devan akan meninggalkan wanita tersebut. Hanya Selena wanita yang pernah bermalam dengannya sampai pagi. ************** Selena pergi ke restoran untuk sarapan pagi, dia melihat sekelilingnya memastikan tidak ada Devan. Selena duduk di pojok restoran, dia sedang tidak ingin di ganggung siapapun sekarang. Baru sebentar Selena bernapas lega, Devan muncul dihadapannya. "Kenapa kamu meninggalkan aku?" tanya Devan. "Aku harus ke kamarku, tuan," jawab Selena pelan. "Kamu harusnya membangunkan aku, bukannya langsung pergi begitu saja setelah mendapatkan kenikmatan tadi malam. Kamu pikir aku gigolo yang jika sang wanita puas lalu meninggalkannya begitu saja," ujar Devan dengan tak suka dan sekarang Selena berbicara formal padanya. "Jangan menganggap anda serendah itu, tuan." "Tidak bisa kah kamu menungguku dan tidak lagi berbicara formal seperti itu padaku." "Tuan, tolong jangan campur adukkan masalah kita semalam dengan perkerjaan tuan. Kejadian semalam itu tanpa saya sadari dan karena pengaruh alkohol menyebabkan saya mabuk." "Ooh jadi hanya karena mabuk? Bukan karena hal lain?" tanya Devan memicingkan matanya. "Kejadian tadi malam hanya kesalahan. Saya harap anda dan saya bisa bersikap seperti dulu. Hanya atasan dan bawahan. Tidak lebih dari itu!" ujar Selena dengan tegas. "Jadi kamu mau nya aku bersikap tidak ada kejadian apapun tadi malam? Dan kamu bilang hanya kesalahan?" Ujar Devan tidak percaya dengan perkataan Selena. "Iya tuan. Kejadian tadi malam hanya kesalahan dan saya sangat menyesalinya." "Jadi, kamu menyesal sudah bercinta denganku??!" Kata Devan meninggikan suaranya. "Saya sangat menyesal tuan. Tolong bersikaplah dengan profesional, tuan. Anda atasan saya dan saya adalah bawahan anda, ini juga di tempat umum saya harap anda punya etika," balas Selena yang mulai tersulut emosinya. "Kalau itu mau mu! Baiklah mulai sekarang aku hanya akan memperlakukanmu sebagai sekretarisku bukan wanitaku lagi. Aku akan bersikap profesional antara bawahan dan atasan," ujar Devan yang sakit hati dengan perkataan Selena. "Terima kasih tuan atas pengertiannya," jawab Selena dingin. Devan meninggalkan Selena di restoran, dia sangat marah, sakit hati dan merasa terhina dengan perkataan Selena padanya. Selena melihat kepergian Devan dengan sedih, dia sebenarnya tidak ingin mengucapkan kata-kata tersebut tapi entah mengapa keluar dari bibirnya malah hal-hal yang menyakitkan. "Maafkan aku Devan... aku sadar siapa aku, aku sadar aku hanya sekretarismu yang tidak pantas berada di sisimu," ujar Selena dengan suara bergetar. "Aku takut dengan perasaanku yang mulai menyukaimu, aku takut terluka lagi... aku takut Devan." Mata Selena berkaca - kaca. Bulir - bulir air mata yang dari tadi dia tahan, akhirnya jatuh ke pipinya. Devan melihat Selena dari kejauhan, dia sebenarnya belum benar - benar pergi dari restoran. Dia memang merasa sakit hati dan marah atas perkataan Selena padanya, harga dirinya sebagai seorang laki - laki merasa terhina, tapi saat melihat Selena menangis, dia menjadi tidak tega. Ingin sekali dia menghampiri Selena dan memeluk wanita itu tapi dia ingin memberikan Selena pelajaran. Agar Selena mengerti arti dirinya untuk Selena. Selena berjalan gontai ke kamar hotelnya, dia merasa bersalah pada Devan dengan perkataannya yang mungkin menyakiti Devan. Selena sekarang berada di depan kamar Devan, dia mematung berdiri di depan pintu. Tiba - tiba pintu terbuka, Selena jadi salah tingkah tapi yang keluar bukan Devan melainkan petugas kamar hotel. "Maaf anda bu Selena yaa?" tanya petugas tersebut. "I–iya," Selena menjawab dengan gugup. "Mencari tuan Devan?" "Iya." "Sayang sekali tuan Devan baru saja pergi. Tuan Devan sudah kembali ke Jakarta." "Apa! Kembali ke Jakarta? Lalu aku bagaimana?" "Tadi pak Andi sudah menelepon pihak hotel. Manager hotel akan mengurus tiket kepulangan anda ke Jakarta." "Ooh ... terima kasih." Selena segera ke kamarnya, dia terduduk lemas di ranjangnya. Devan meninggalkan dia sendirian di Bali. Selena terdiam, entah mengapa perasaannya sangat sakit saat di tinggal Devan begitu saja disini, sendirian.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN