Devan mengantarkan Selena pulang keapartementnya.
"Pikirkan perkataanku tadi yaa... aku ingin kamu menjadi kekasihku," ujar Devan sambil mengedipkan sebelah mata pada Selena.
"Aku tidak ingin memikirkan perkataanmu tadi, aku ga mau jadi kekasihmu,"sahut Selena dengan cuek.
"Sampai jumpa lagi di kantor Selena."
Selena menghela napasnya, akhirnya Devan pergi juga dari hadapannya. Selena memilih untuk tidak menghiraukan perkataan Devan, dia yakin Devan hanya ingin menikmati tubuhnya saja dan tidak memiliki perasaan padanya.
Oliver kembali datang ke apartement Selena, dia sangat kesal Selena pergi meninggalkan dengan seorang pria. Dia harus meminta penjelasan pada Selena siapa pria yang tadi bersama dengannya.
"Lena buka pintunya, aku tau kamu di dalam. Aku melihatmu turun dari mobil pria itu," teriak Oliver sambil menggedor gedor pintu apartemen Selena.
Selena sangat kesal pada Oliver tapi dia juga tak tega pada laki laki itu. Musibah yang terjadi padanya di jual oleh Merry ibu Oliver, dia yakin laki laki tersebut tidak mengetahuinya. Jika Oliver mengetahuinya tak mungkin Oliver masih mengejarnya dan selalu mengatakan mencintai padanya.
"Lena buka pintunya... Aku tidak akan pergi sebelum kamu keluar!" teriak Oliver masih di depan pintu apartemen Selena.
"Lena buka pintunya, aku sangat mencintaimu, Lena," ujar Oliver dengan putus asa.
Selena tak tega mendengar suara Oliver yang begitu sedih, dia juga terluka dengan semua kejadian ini.
Dia ingin mengatakan semua yang terjadi pada dirinya ke Oliver juga mengatakan tentang perbuatan Merry.
Selena membuka pintu apartemen...
"Lena, terima kasih kamu sudah membuka pintunya" ujar Oliver melihat Selena.
"Masuk Oliver, aku juga ingin berbicara hal penting padamu," kata Selena dengan serius.
"Ada apa? Kenapa wajahmu serius seperti itu?" tanya Oliver.
"Duduk lah dulu, kita bicara empat mata," ujar Selena.
Selena dan Oliver duduk berdua di sofa apartement Selena.
"Oliver, aku ingin mengatakan hal yang sebenarnya padamu. Kamu ingat malam kita janjian di hotel?"
"Iya aku ingat, Lena."
"Mana mungkin aku melupakan malam yang membuat semuanya berubah," ujar Oliver dalam hatinya.
"Malam itu aku datang ke kamar hotel, tersebut," ujar Selena dengan pelan.
"Maksudmu?" Kata Oliver berpura pura tidak mengerti.
"Aku datang ke kamar yang kamu berikan kartu kamar tapi di sana tidak ada kamu. Aku di jebak oleh seseorang di sana."
"Sudah lah Lena... yang lalu biarlah berlalu. Yang penting sekarang aku dan kamu. Lena aku lapar, apa kamu sudah makan?" kata Oliver mengalihkan pembicaraan mereka.
"Oliver, tolong dengarkan perkataanku. Aku belum selesai berbicara denganmu," kata Selena dengan tegas.
"Baiklah... kamu ingin bicara apa, sayang." Oliver melihat Selena dengan kasih sayang.
Selena menarik napasnya, dia harus berkata ini pada Oliver sekarang, "Aku ingin kita putus."
Oliver sangat kaget mendengar perkataan Selena.
"Kenapa kamu tiba tiba mengatakan putus Lena. Apa salahku ke kamu?"
"Kamu ga salah tapi aku yang salah. Aku tak pantas denganmu Oliver dan aku juga tak bisa memaafkan perbuatan ibumu padaku." Selena meneteskan air matanya, dia sangat sakit hati, marah dan kecewa pada ibu Oliver.
"Aku tau jika mama tidak menyetujui hubungan kita tapi aku tidak memperdulikannya, Lena. Aku akan tetap bersamamu sampai kapanpun."
"Apa kamu tau, aku sudah tidak perawan lagi dan semua itu karena ulah ibumu yang menjualku pada seorang pria!" seru Selena sambil menangis.
Oliver menggelengkan kepalanya, dari mana Selena tau kalau ibunya lah yang menjual Selena.
"Lena, bagaimana bisa kamu dijual oleh ibuku, tidak mungkin ibuku menjualmu." Oliver membela ibunya. Selena menyunggingkan bibirnya, dia sudah menyangka kalau Oliver pasti membela ibunya.
"Terserah kamu percaya atau tidak tapi ibu mu sendiri yang mengatakan padaku saat aku bertemu di lobby hotel. Dia menghina ku, dia merendahkan aku! Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini denganmu, aku wanita kotor seperti yang ibumu bilang, aku hanya sampah. Lebih baik kita putus, Oliver!" ujar Selena dengan tegas.
"Aku tidak perduli kamu perawan atau tidak perawan. Bagiku cukup kamu bersamaku, kita akan melewati semua hal ini bersama. Aku mencintaimu dengan tulus bukan hanya masalah keperawanan Lena," ujar Oliver mencoba membujuk Selena.
"Harus ku katakan berapa kali padamu Oliver, aku ingin kita putus!" Selena beranjak dari sofa menuju pintu, dia mengisyaratkan pada Oliver untuk segera meninggalkan apartemennya sediri.
Oliver mengerti hal tersebut, dia melangkah kan kakinya menuju pintu.
"Aku harap kamu memikirkan kembali dengan permasalahan kita. Aku tidak pernah peduli apapun keadaanmu, aku mencintaimu bukan hanya karena tubuhmu tapi hatimu," kata Oliver dengan sendu melihat mata Selena.
"Selamat tinggal, Oliver."
Selena menangis sendiri di apartementnya betapa sulit dan sakitnya harus berpisah dengan Oliver. Jika Oliver bisa menerima segala kekurangannya tapi bagaimana dengan Merry? Wanita sialan itu menjual dirinya demi keuntungannya sendiri.
Oliver sangat terpukul Selena memutuskan hubungan mereka, dia memang salah dan tidak bisa di benarkan perbuatannya tapi dia tak ingin berpisah dari Selena. Dia sangat mencintai Selena, jika saja dia menolak permintaan ibunya yang berniat menjual keperawanan Selena tentu hubungannya dengan Selena tidak akan seperti ini.
Oliver kembali ke rumahnya untuk bertemu dengan Merry.
"Mama... ma!" Panggil Oliver dengan marah.
"Apaan sih kamu... malam-malam teriak mamanggil mama!" sahut Merry dengan kesal.
"Ma kenapa mama mengatakan pada Selena kalau mama menjualnya? Dan kenapa mama malah memprovokasi Selena, Ma!"
"Ooh, jadi si jalang itu mengadu padamu. Dasar sampah yaa tetap saja sampah tidak akan berubah menjadi bunga."
"Mama! Sudah ku katakan jangan pernah mengatakan kalau kita menjualnya. Seharusnya mama berterima kasih pada Selena, jika bukan karena Selena dijual keperawannya mama pasti sudah di penjara ma!" teriak Oliver dengan keras.
"Mama ga peduli!"
"Bagi mama memang tidak penting, tapi bagiku sangat penting! Selena memutuskan aku karena mulut mama yang kayak sampah dan kurang ajar itu."
Merry mengayunkan tangannya, mendaratkannya tangannya dipipi Oliver. Menanpar pipi putranya, Merry tak percaya Oliver mengatakan ibunya sendiri 'sampah dan kurang ajar'.
"kamu keterlaluan Oliver! Hanya demi seorang jalang kamu menghina mama. Mama yang mengandung kamu sembilan bulan, menyusui kamu sampai 2 tahun dan membesarkan kamu tapi kamu begitu tega berkata seperti itu pada mama. Mama kecewa sama kamu Oliver, mama kecewa," ujar Merry dengan menangis.
"Mama... maafkan aku mama, maafkan aku." Oliver menjadi tidak tega melihat ibunya menangis seperti itu, dia serba salah. Di lain pihak ini ibunya dan di pihak lain ada Selena yang telah menjadi korban.
*************