Veronica sangat sedih Devan memutuskan hubungan hanya karena hal sepele, apakah salah dia ingin mengejar cita-cita nya menjadi pelukis. Devan juga tertarik padanya karena saat dia sedang melukis, walau pada akhirnya dia menjadi kekasih Devan, tapi lelaki tersebut hanya membutuhkannya saat dia butuh pelepasan.
Veronica jatuh cinta pada Devan, walau sebenarnya dia ragu Devan juga mencintainya. Devan tak pernah sekali pun mengatakan bahwa kalau mencintainya. Veronica hanya bisa berharap dia akan sukses di Spanyol agar Devan bisa kembali padanya, dia menghubungi Selena tapi sepertinya sahabatnya itu sedang sibuk dengan urusannya sendiri.
Sementara itu, Selena merasa lebih tenang saat dia sudah mengatakan hal yang sebenarnya pada Oliver. Dia tak bisa berhubungan dengan seorang pria seperti Oliver, apa lagi Merry ibu Oliver tak pernah setuju hubungannya. Selena bersiap siap pergi ke kantor, dia harus bisa berjuang menghadapi apa yang akan terjadi. No man, no cry itu lah prinsip Selena sekarang, buat apa berhubungan dengan seorang pria jika hanya akan berakhir dengan menyakitkan.
"Pagi Lena," sapa Riana dengan ramah.
"Pagi juga Riana."
"Selamat yaa Len kamu sekarang naik jabatan," kata Riana dengan semangat.
"Naik jabatan? Siapa? aku," kata Selena dengan tak mengerti.
"Iya kamu... kamu di angkat jadi sekretaris tuan Devan loh."
"Hah! Aku jadi sekretaris tuan Devan? Bukannya sudah ada pak Andi jadi sekretarisnya terus kenapa juga harus aku," ujar Selena tak percaya.
"Udah lah jangan cerewet, tuh bu Serly sudah menunggumu," ujar Riana menunjuk ke ruangan Serly.
Selena pergi ke ruangan manager keuangan bu Serly.
"Selamat pagi bu."
"Ooh Selena masuk, saya sudah menunggu kamu dari tadi," ujar Serly dengan ramah.
Selena mengerutkan dahinya, dia heran kenapa tiba tiba bu Serly menjadi ramah padanya. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan dia sekarang di angkat jadi sekretaris Devan.
"Kamu tentu sudah mendengar dari teman kamu kalau kamu di angkat jadi sekretaris CEO. Saya harap kamu bisa menjalankan perkerjaan yang baru ini dengan hasil yang memuaskan. Sayang sekali saya harus kehilangan salah satu karyawan terbaik saya di divisi keuangan. Sekali lagi selamat yaa Selena," ujar Serly menjabat tangan Selena.
"Bu, bisa kah saya menolak untuk naik jabatan."
"Kenapa kamu menolah naik jabatan? Bukan ini hal yang bagus untuk karir kamu, ga mudah loh menjadi sekretaris CEO dan kamu salah satu yang beruntung." Serly memberikan semangat untuk Selena.
"Tapi saya hanya ingin menjadi karyawan biasa di divisi keuangan bukan jadi sekretaris CEO bu. Tolong ijinkan saya untuk tetap di divisi keuangan bu," kata Selena dengan mata berkaca kaca.
"Maafkan saya Selena, jika saya bisa memutuskan hal tersebut tentu saya tidak mau kehilangan salah satu karyawan saya yang kompenten."
Selena hanya diam, dia sedang berpikir apa yang harus dia lakukan. Jika dia setuju dengan kenaikan jabatan ini hanya akan membuat dirinya menjadi terjebak bersama Devan, Devan akan selalu menggodanya, Devan akan selalu mengganggu hidupnya, dia hanya butuh ketenangan saat ini.
"Kalau gitu saya mengundurkan diri saja bu."
Selry kaget mendengarkan perkataan Selena yang ingin mengundurkan diri. Dia menatap kagum pada Selena, tak menyangka gadis ini begitu menyukai perkerjaannya di divisi keuangan.
"Kamu yakin mau mengundurkan diri... jaman sekarang susah loh mencari perkerjaan."
"Saya yakin bu."
"Baiklah. Kamu tunggu kabar dari saya nanti saya panggil kamu lagi, sekarang kamu kembalilah berkerja seperti biasanya."
"Baik bu. Terima kasih."
Serly menghubungi Andi sekretaris Devan karena dari Andi lah dia mendapatkan perintah tentang Selena menjadi sekretaris Devan. Pasti Selena begitu spesial di mata Devan sehingga secara langsung menyuruh Andi untuk membuat Selena menjadi sekretarisnya.
"Pak Andi, saya ingin memberitahu kalau Selena Handoko tidak bersedia menjadi sekretaris pak Devan dan ingin mengundurkan diri dari perkerjaannya." Serly memberitahukan Andi.
"Bilang pada Selena untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya langsung di hadapan CEO. Tuan Devan yang meminta langsung Selena menjadi sekretaris dan tuan Devan lah yang memutuskan untuk Selena boleh berhenti berkerja atau tidak," ujar Andi datar.
"Baik pak Andi." Serly menghela napasnya, entah mengapa urusan kenaikan jabatan Selena benar-benar menguras waktunya.
Selena kembali lagi ke kantor Serly.
"Selena, kamu harus memberikan surat pengunduran dirimu sendiri ke CEO."
"Bukannya pengunduran diri itu harusnya ke HRD bu tapi kok ke CEO."
"Karena ini permintaan langsung dari CEO jadi HRD tidak berani memutuskan."
Selena menggepalkan tangannya, dia sangat kesal pada Devan. Pria c***l itu benar benar membuat kesabarannya hilang.
"Baik bu, saya akan menemui CEO secara langsung," ujar Selena.
Selena sudah berada di lantai 18 di ruangan CEO. Dia melihat ada Andi yang duduk di dalam meja kerjanya.
"Permisi pak Andi. Saya ingin memberikan surat pengunduran diri, saya menolak kenaikan jabatan menjadi sekretaris CEO," ujar Selena dengan sopan.
Andi melihat Selena, wanita 300 juta ini benar-benar menarik. Baru ini dia tahu ada seorang wanita yang bisa menolak pesona seorang Devano Johanson.
"Silahkan anda memberikan langsung surat pengunduran diri ke dalam ruangan CEO. Tuan Devan sudah menunggu kedatangan anda," kata Andi dengan dingin pada Selena.
Selena merinding melihat Andi, Andi dingin dan selalu berbicara dengan formal tapi sangat sopan. Berbeda sekali dengan Devan yang suka menganggungnya dan seenaknya sendiri di tambah lagi Devan tidak memiliki kesopanan.
"Baik pak Andi. Terima kasih."
"Ikuti saya." Andi membuka kan pintu ruang CEO untuk Selena.
"Maaf tuan Devan, nona Selena sudah berada disini."
"Suruh dia masuk."
Andi meninggalkan Devan bersama Selena berduaan di ruang tersebut.
"Maaf tuan Devan, saya ingin mengundurkan diri dari Johanson Group. Ini surat pengunduran diri saya," ujar Selena lalu memberikan amplop berwarna putih di atas meja kerja Devan.
"Apa alasanmu mengundurkan diri."
"Saya ada masalah pribadi yang tidak bisa saya katakan ke pada anda."
"Aku kasih kamu kesempatan untuk cuti selama 3 hari untuk menyelesaikan urusan pribadi kamu lalu kembali lagi jadi sekretarisku," ujar Devan dengan dingin.
"Saya tidak butuh cuti tuan, saya ingin berhenti berkerja dan menolak menjadi sekretaris anda."
"Selena, kamu tau perusahaan Johanson Group banyak berkerja sama dengan berbagai
perusahaan-perusahaan di seluruh Indonesia bahkan sampai di luar negeri. Aku juga bisa memblacklist orang lain hingga tidak akan pernah mendapatkan perkerjaan dimana pun sampai dia mati."
Selena menelan salivanya ancam Devan membuatnya gentar. Dia sebenarnya sangat takut dengan apa yang Devan katakan tapi dia berusaha untuk tetap teguh dengan pendiriannya. Dia harus keluar dari perusahaan Johanson Group dari pada dia harus di tindas dan di perlakukan dengan tak layak oleh Devan. Dia tak akan membiarkan hidupnya di kontrol oleh orang lain.
"Kalau begitu saya permisi dulu tuan Devan. Terima kasih sudah memberikan saya kesempatan berkerja selama 3 tahun ini bisa berkerja di Johanson Group," ujar Selena dengan menegakkan kepalanya.
Selena membusungkan badannya, menegakkan pundak dan kepalanya. Dia harus terlihat berwibawa keluar dari perusahaan Johanson Group tanpa penyesalan. Selena akan membuka pintu di saat bersamaan Andi juga membuka pintu.
"Brug."
pintu sukses menghantam tepat di wajah Selena. Selena tak percaya dengan apa yang terjadi padanya.
Andi sangat kaget saat pintu mengenai wajah Selena, dia tak sengaja melakukan hal tersebut. Devan juga sama dia juga sama kagetnya dengan Andi dan berusaha untuk menahan tawanya.
Selena sangat-sangat malu dengan kejadian yang menimpanya. Dia tetap berjalan dengan kedepan tanpa menoleh kebelakang. Apa lagi sekarang dia mendengar suara Devan yang tertawa keras dengan kejadian yang menimpanya.
"Duh gusti, kenapa aku harus mengalami hal memalukan seperti ini sih," kata Selena sambil memegang keningnya dan meringis kesakitan.
***************