Part 9

1241 Kata
Selena akan pulang kantor tak sengaja bertemu Oliver yang sudah menunggunya di depan kantor tersenyum melihat Selena. "Aku antar pulang yaa," sapa Oliver dengan ramah. "Aku ingin pulang sendiri saja, ga perlu kamu jemput." Selena sedang tak ingin bertemu Oliver, dia masih sakit hati dengan Marry ibu Oliver. "Lena jangan begini... kenapa kamu berubah sayang." Oliver menarik tangan Selena. "Tolong lepaskan tanganku Oliver," ujar Selena menghentakan tangan Oliver. Selena berlalu pergi dari hadapan Oliver tapi saat dia akan pergi sebuah mobil berhenti didahapannya. Selena bingung mobil siapa yang berada di depannya. Kaca mobil perlahan terbuka dan ternyata Devan melihatnya dengan tajam. "Masuk," perintah Devan. "Ga mau," ujar Selena cuek. "Tuh, pacarmu menuju ke arahmu," ujar Devan. "Selena... Selena," panggil Oliver. Selena mendengar suara Oliver, dia ingin menghindari Oliver. Dengan cepat dia masuk ke dalam mobil Devan. Oliver terdiam melihat Selena masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam tersebut. "Itu mobil siapa yaa? Kenapa Selena masuk ke dalam mobil itu?" ujar Oliver pada dirinya sendiri. Selena hanya melihat Oliver dari spion mobil, ada perasaan sakit dan kecewa di dalam hatinya. "Tak usah memikirkan pria itu, dia pantas mendapatkannya," ujar Devan dengan sinis. "Apa maksudmu?" tanya Selena penasaran. "Aku tak akan mau menjawabnya kecuali kamu mau menemaniku." "Mimpi," ujar Selena pelan. "Lagi-lagi kamu berkata pelan. Bikin penasaran aja sih." Selena tak memperdulikan ucapan Devan. "Ini orang ambil kesempatan banget sih, bilang aja mau mengganggu aku," ujar Selena dalam hati. "Kamu ikut aku temani makan." Lagi-lagi Devan meminta pada dirinya dengan memerintah. "Kamu bisa ga sih meminta dengan baik baik bukannya main perintah begitu," ujar Selena dengan kesal. "Kenapa sekarang kamu tidak memanggilku dengan perkataan tuan atau anda?" tanya Devan. "Sekarang bukan jam kantor dan di luar kantor jadilah berbeda," sahut Selena. "Hmm, kamu memang macan betina yang susah dijinakan, yaa." Devan tertawa kecil. "Ga tau akh," jawab Selena ala kadarnya, dia sedang tidak ingin berdebat dengan Devan. "Dasar nih manusia ga tau malu, emangnya aku hewan apa pake dijinakan segala tapi itu nya udah sembuh belum yaa," ujar Selena dalam hati lalu melirik ke bagian bawah Devan. "Kenapa lihat-lihat juniorku? Kangen yaa sama juniorku ini yang perkasa," ejek Devan saat menyadari Selena memperhatikan juniornya. Wajah Selena mendadak memerah, dia tak menyangka Devan bisa berkata seperti itu. Dia jadi teringat peristiwa dihotel, memang Devan sangat perkasa. Dia saja sampai kewalahan dengan napsu Devan yang tidak ada capeknya di malam itu. Dering telepon ponsel Selena memecahkan keheningan di dalam mobil, Selena melihat ada Veronica tertera di layar ponsel. Devan melihat Selena, menunggu apakah Selena akan menjawab teleponnya. Dia berpikir itu mungkin Oliver, memikirkan nama Oliver membuat Devan menjadi kesal sendiri. Seorang pria menjual kekasihnya sendiri demi menutupi hutang judi ibunya, sungguh pria yang tak bermoral. "Hallo," jawab Selena. "Lena... aku putus dengan Devan," ujar Veronica dengan menangis. "Kenapa? Kok bisa putus?" "Dia marah aku ke Spanyol, lalu memutuskan aku." "Sabar yaa Ve, aku yakin pasti kekasihmu akan menerima kembali saat kamu sukses nanti." "Tapi sepertinya dia sangat marah ke aku, dia memblockir teleponku." "Ve, nanti aku telepon lagi yaa kalau sudah sampai di apartement, aku masih di jalan," ujar Selena yang merasa tak enak menerima telepon di dalam mobil Devan. "Iya Lena... hati-hati di jalan yaa." "I miss you, Len." "I miss you too, Ve." Selena melihat ponselnya, dia tak tega dengan sahabatnya yang baru putus cinta. Tapi saat Veronica mengucapkan nama Devan, dia jadi teringat dengan pria di sampingnya yang sedang mengemudi juga bernama Devan. Apakah ini Devan yang sama atau hanya nama saja yang kebetulan sama? "Siapa?" tanya Devan. "Temanku," jawab Selena. "Perempuan atau laki-laki?" "Perempuan." Selena berpikiran buat apa dia menjelaskan pada Devan dengan siapa dia berbicara, Devan bukan siapa-siapanya buat apa dia berkata seperti itu. Mereka sudah tiba di salah satu restoran Italia yang mewah, Selena masuk dengan canggung. Dia tak pernah makan di restoran mewah, pernah sih dia makan di restoran mewah tapi tak semewah restoran ini. Devan dan Selena duduk saling berhadapan, seorang pelayan restoran datang membawa menu. Selena bingung harus memesan apa, dia tak pernah makan di restoran Italia yang dia tahu hanya pizza. Selena melihat harga menu nya yang mahal membuat Selena berpikir tentang isi dalam dompetnya. Ada yang terlihat seperti mie tapi kalau makan mie nanti malam dia lapar, perutnya terbiasa makan nasi biar lebih kenyang. "Kamu pesan apa?" tanya Devan. "Nasi goreng," kata Selena dengan kaku. Pelayan restoran kaget dengan pesanan Selena dan Devan makin kaget lagi mendengar pesanan Selena yang meminta nasi goreng. "Maaf nona tidak ada nasi goreng di menu kami, " ujar pelayan restoran dengan ramah. "Pesan supreme sirloin steak medium aja dua," ujar Devan dengan lancar berbicara dengan pelayan restoran. Selena hanya melongo mendengarkan Devan berbicara dengan fasih menu-menu di sana. Selena hanya menghela napasnya, orang kaya mah bebas mau pesan apa aja, apa daya lah dia hanya remukan rengginang. "Kamu jangan begitu banyak memesan makanan seperti itu, uang ku ga cukup buat bayar steak. Bisa bisa aku puasa di akhir bulan nanti," ujar Selena dengan kesal. "Hari ini aku teraktir kamu nanti tinggal kamu yang teraktir aku," jawab Devan. "Nanti aja kalau aku udah gajian," jawab Selena. "Terserah padamu. Kalau kamu ga ada uang buat traktir aku, kamu bisa bayar pakai yang lain kok,"ujar Devan melirik nakal ke arah d**a Selena. Selena hanya bisa membalas dengan tatapan kesal pada Devan, pria ini benar benar isi nya cuma s**********n aja. Untung dari keluarga kaya dan tampan jika tidak mau jadi apa Devan ini. "Jangan terpesona begitu melihatku, aku tau aku ini memang tampan dan gagah di ranjang. Seingatku tentang malam itu kamu aja mendesah terus, loh." Devan menggoda Selena. "Perasaamu aja kali, aku ga mungkin begitu," ujar Selena dengan salah tingkah. "Mau di ulangi lagi? Nanti kita buat rekaman kamu yang mendesah, agar kamu tau tentang kelakuanmu." Wajah Selena kembali memerah lagi, Devan menyukai Selena yang mudah merona saat dia menggodanya. Makan sudah tiba mereka makan dalam diam, Selena tiba tiba penasaran tentang pacar Devan. "Hmm, Devan kamu sudah punya pacar?" tanya Selena. "Ga punya. Kalau kamu?" "Aku punya." "Si Oliver pria ga laki-laki rendah dan ga bermoral itu?" Selena hanya diam malas menjawab perkataan Devan. "Kalau mantan pacar?" tanya Selena lagi. "Mantan? Hmm mantan yang mana yaa... sudah lupa tuh," jawab Devan santai. "Kapan terakhir kali kamu pacaran?" "Kapan yaa? Aku juga bingung kapan karena aku bukan pria yang hanya bisa setia pada satu wanita. Wanita lebih banyak dari pada laki-laki jadi wajar kalau laki-laki mempunyai beberapa pacar atau istri," ujar Devan dengan santai. Mendengar jawab Devan yang dengan santai mengatakan hal seperti membuat Selena kesal. Rasanya ingin dia bumi hanguskan pria seperti Devan di muka bumi ini. "Tapi—" Devan berhenti melanjutkan perkataanya. Selena diam menunggu jawaban Devan, dia penasaran dengan jawaban Devan selanjutnya. "Tapi apa?" tanya Selena. "Kalau kamu jadi pacarku akan berbeda, aku akan selalu denganmu. Hanya denganmu," ujar Devan dengan wajah serius. "Gimana? Mau jadi kekasihku? Apapun kebutuhan kamu akan aku penuhi dan kamu akan selalu mendapatkan segala hal terbaik dariku tanpa perlu kamu bersusah payah berkerja. Aku memberikan semua fasilitas untuk kamu," kata Devan. Selena membulatkan matanya, dia tak menyangka pria yang berada di hadapannya sekarang meminta Selena menjadi kekasihnya . Entahlah apakah ini yang di namakan anugerah atau musibah. ***********
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN