Sudah tiga hari Selena mencari perkerjaan di luar perusahaan Johanson Group, tapi dia belum juga berhasil mendapatkan perkerjaan. Sudah 20 perusahaan dia melamar pekerjaan hasilnya juga sama dia tolak. Selena sangat yakin ini pasti ada 'sesuatu' Devan yang membuatnya tidak di terima saat melamar perkerjaan.
Hari sudah menjelang malam, matahari sudah digantikan bulan. Selena masih di jalan baru pulang setelah berputar-putar mencari lahan pekerjaan. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke apartemennya untuk beristirahat, mungkin nasibnya belum beruntung. Saat dia akan kembali keapartemennya lagi-lagi dia harus bertemu dengan Devan yang tersenyum melihatnya kelelahan.
"Ngapain kamu kesini?" tanya Selena dengan raut wajah kesal.
"Mau ketemu kamu," jawab Devan masih dengan senyuman.
"Tapi aku ga mau ketemu kamu, sana pulang jangan ganggu aku," usir Selena.
"Aku nangih janji kamu," kata Devan lagi.
Selena mengerutkan dahinya, dia ada janji apa pada Devan sampai mau di tagih.
"Aku tidak punya hutang sama kamu? ngapain kamu nagih janji ke aku." Selena melihat Devan heran.
"Kamu masih hutang aku makan dan sekarang aku tagih janji kamu," ujar Devan.
Selena terkejut mendengar perkataan Devan hingga mulutnya menganga, laki-laki ini sungguh tak punya malu. Dia saja baru keluar dari perusahaan Johanson Group sekarang sudah di tagih untuk membayar makan sang CEO.
"Aku ga punya duit lain kali aja."
"Aku belum makan dari tadi, aku sekarang kelaparan," ujar Devan dengan wajah memelas.
Selena menghela napasnya. Bukan hanya Devan yang lapar, tapi dia juga lapar. Untuk membeli makan untuk dirinya sendiri saja dia berhemat sekarang malah harus meneraktir Devan, sungguh dia tak sanggup menanggung beban seberat ini.
"Makan apa aja yang penting sama kamu," ujar Devan lagi.
"Yakin makan apa aja mau?" tanya Selena ragu.
"Yakin seyakin-yakinnya. Suer deh ga bohong."
"Baiklah, kamu ikut masuk ke apartementku nanti aku masakin masakan spesial ala chef Selena," ujar Selena dengan tersenyum licik.
Devan sangat senang akhirnya dia bisa masuk ke dalam apartement Selena. Apa lagi Selena akan masak makanan spesial untuknya, sudah terbayangkan oleh Devan betapa nikmatnya masakan Selena.
Devan masuk ke dalam apartement Selena. Dia melihat betapa kecilnya apartement Selena, mungkin masih lebih besar dari kamarnya.
"Kamu duduk di sana, jangan menanggung apapun yang ada di apartementku," ujar Selena menyuruh Devan untuk duduk di sofa ruang tamu.
Devan merasa tak nyaman duduk di sofa Selena, dia akan menyuruh Andi untuk membelikan Selena sofa yang baru dan mengganti semua perabotan dalam apartement Selena yang tak sesuai dengan seleranya.
Devan hanya menganggukan kepalanya saja, yang penting baginya bisa makan bersama Selena. Selena sibuk di dapur memasak makanan untuk Devan.
"Selena aku mau ke kamar mandi."
"Itu di sana masuk aja, pintu plastik warna coklat," ujar Selena tanpa melihat Devan.
Devan masuk kamar mandi dan melihat ada benda berwarna pink bergantung di balik pintu.
"Wow, ini kan pakain dalam Selena, aku kok jadi penasaran yaa." Devan mengambil bra Selena dan menciumnya.
Pakaian dalam Selena, menguarkan aroma sabun mandi yang lembut menelisik indra penciumannya, berbeda dengan aroma dari kebanyakan wanita yang pernah dia tiduri.
"Yaa ampun, ini perempuan bener-bener bisa membuatku b*******h tanpa perlu dia menggodaku," ujar Devan.
Devan menaruh kembali bra Selena ke tempat semula, dia sebenarnya ingin mengambilnya tapi takut di kira maling jemuran. Devan pun keluar kamar mandi dengan wajah sumringah, hari ini mungkin merupakan hari yang membuat dia bahagia. Sudah di masakin Selena lalu dapat bonus pakaian dalam bentuk kacamata bertali berwarna merah muda.
Selena sudah selesai masak dan menaruh makanan di meja makan kecilnya yang hanya ada dua kursi.
"Sini kalau kamu mau makan," ajak Selena.
Mata Devan berbinar-binar menunjukan kebahagiaan, dia akan makan sekarang. Betapa kagetnya dia saat melihat masakan Selena, wanita itu membuatkannya mie instant, tapi dia tak mempermasalahkannya, dia juga belum pernah makan mie instant. Devan mengambil mie dan pakai nasi lalu mengambil telur yang hanya ada satu, Selena melihat Devan mengambil telur tersebut dengan tak rela. Itu tinggal telur satu-satunya dan dia belum membeli lagi malah di makan Devan.
Selena melihat Devan makan dengan sangat nikmat tanpa mengeluh sama sekali.
"Wow ini enak banget," puji Devan.
"Enak? Cuma begini enak?" tanya Selena tak percaya.
"Iya enak banget, aku belum pernah makan mie instant pakai telur seperti sekarang,"
"Kamu hidup jaman kapan sih? Kok belum pernah makan mie, ini makanan sejuta umat," ejek Selena.
"Terserah kamu percaya atau ga tapi aku belum pernah makan mie instant dan di larang keras oleh nenekku. Pelayan di rumah juga tidak boleh makan mie instant, ini pertama kalinya untukku. Terima kasih chef Selena."
Selena lagi-lagi tak percaya mendengar perkataan Devan. Laki-laki ini memang old money, dia memang sudah kaya dari lahir beda dengan dirinya yang sampai bosan makan mie instant.
"Sekarang kamu udah kenyangkan. Sekarang saatnya kamu kembali kehabitatmu," usir Selena lagi.
"Ga baik mengusir orang pulang setelah makan. Ayo kita berbincang-bincang, angggap saja rumah sendiri yaa," ujar Devan dengan santai dan duduk kembali di sofa Selena.
Selena hanya bisa menggelengkan kepalanya, kenapa dia harus bertemu dengan bos yang tidak punya malu. Ingin rasanya dia menyeret laki-laki ini keluar dari apartementnya, dia tak rela Devan bersantai di apartement yang dia cicil dengan hasil kerja kerasnya selama ini.
"Apa kamu sudah memikirkan jawaban untuk menjadi pacarku. Ku harap mau jawaban itu sekarang."
"Aku sudah mengatakan kalau aku tidak mau jadi kekasihmu."
"Kalau kamu ga mau jadi kekasihku, biar aku yang menjadi kekasihmu."
Selena hanya bisa melihat tak percaya saat mendengar perkataan Devan. Laki-laki fix tak waras, bisa-bisa nya dia berkata seperti itu.
"Aku ga mau jadi kekasihmu!" Bentak Selena.
"Aku sudah mengatakan ke kamu, kalau kamu ga mau jadi kekasihku, aku yang akan jadi kekasihmu. Adil, 'kan."
"Ga adil! Ga ada yang jadi kekasih siapapun, baik kamu atau aku. Sekarang kamu pulang! Aku mau tidur dan istirahat, besok aku mau melamar perkerjaan lagi."
"Jangan sia-sia kan waktumu untuk melamar perkerjaan di tempat lain. Kamu tidak akan di terima di perusahaan mana pun dan jika kamu berkerja dimana pun aku akan buat kamu di pecat."
"Kenapa sih Dev, kamu menganggu hidupku terus, apa sih salahku ke kamu."
"Banyak banget kesalahan kamu tapi karena aku sudah menjadi kekasihmu. Aku memaafkan semua kesalahanmu padaku."
"Devaaaaan aku tak sanggup lagi harus berkata apa pun ke kamu," ujar Selena lalu berdiri dan menuju pintu apartementnya.
"Perhatian... perhatian... pintu keluar sebelah sini, harap tamu yang tidak berkepentingan segera keluar."
"Aku ga mau keluar," sahut Devan dengan cuek dan masih duduk santai di sofa Selena.
"Kalau kamu ga mau keluar, aku yang akan keluar,"
"Oke... oke... aku akan pulang, kamu jangan keluar malam-malam," kata Devan dengan berat hati beranjak dari sofa Selena.
Devan berdiri di hadapan Selena, dia memperhatikan bibir mungil wanita itu. Ingin sekali dia melumatnya. Tanpa berpikir panjang Devan menarik tubuh Selena, memegang leharnya dan mencium paksa bibir Selena dengan rakus.
Setelah puas mencium bibir Selena, Devan melihat wajah wanita itu. Dia mencium lagi untuk kedua kalinya, Selena yang terbawa suasana membalas ciuman Devan.
Devan membelai tubuh Selena dan melepaskan ciumannya. Devan sangat b*******h sekarang, tapi dia menahan gairahnya. Dia tak ingin meniduri Selena karena terpaksa.
"Sekarang aku akan pulang... sampai jumpa besok di kantor sekretarisku," ujar Devan lalu keluar pintu.
Setelah beberapa saat Selena menggelengkan kepalanya, dia kembali pada kesadarannya.
"Apa yang telah kulakukan," ujar Selena tak percaya pada dirinya sendiri. Dia membalas ciuman Devan, ini benar-benar diluar logikanya.
Devan berada di mobil tersenyum-senyum sendiri, dia sangat bahagia Selena tak menolak dan malah membalas saat dia mencium bibir wanita itu.
"Aku akan mendapatkanmu, Selena. Kamu harusnya bangga Selena, kamu wanita satu-satu yang sulit untuk aku dapatkan sampai aku menawarkan diriku sendiri menjadi kekasihmu, hal yang tak pernah ku lakukan sebelumnya," ujar Devan dengan semangat.