12.Komitmen

1051 Kata
Auhor's Pov, Luna dan Arsen masih berbaring di atas ranjang. Arsen enggan melepaskan Luna. Seakan komitmen yang mereka berdua katakan hanya sebuah ucapan saja. Luna hanya bisa pasrah dengan hal itu. "Kita rehat sejenak, sebentar lagi kita kembali ke apartement kamu bersama sama, aku ingin segera bertemu dengan Lion." kata Arsen. "Wait! Kita?" tanya Luna tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Arsen, "Hem... Kita akan tinggal bersama. Aku akan ikut kamu kemanapun kamu pergi. Aku rasa itu lebih baik" kata Arsen sembari membenamkan diri di dalam ceruk leher Luna, "Nggak bisa" tolak Luna, "Kenapa?" tanya Arsen tidak suka, "Aku butuh waktu buat menjelaskan apa yang terjadi kepada Lion. Aku gak bisa sembarangan bawa seseorang ke hadapan dia. Belum tentu juga dia mau terima kehadiran kamu semudah itu, aku minta kau bersabar untuk mendekati Lion," jawab Luna, "Sampai kapan?" tanya Arsen lagi, dengan nada sedikit melunak, "Aku ingin bersama kalian, aku ingin menebus semua kesalahan yang aku perbuat selama ini dan waktu yang terbuang selama 6 tahun kita berpisah, aku lihat, LIon menerima aku dengan tangan terbuka, Luna," aku Arsen penuh penyesalan. "Aku minta kamu bersabar" jawab Luna, "Sampai, kapan?" tanya Arsen sarat akan rasa tak suka. "Aku tidak tahu, tapi hubungan kita harus disembunyikan, Arsen." "Maksud kamu? Backstreet?" tanya Arsen tak percaya dengan apa yang Luna maksud. "Ya, aku harap kamu bisa mengerti," jawab Luna. "Apa aku se-memalukan itu, Luna?" tanya Arsen sembari menunjuk dirinya. "Tidak," jawab Luna cepat,"aku hanya tidak percaya diri untuk bisa bersama dengan kamu. Itu saja," "Kamu ibu dari anakku, Luna." kata Arsen yang mengingatkan kenyataan kepada Luna. "Aku tahu." "Luna, please,,," "Arsen, aku akan melakukan apapun yang kamu mau. Tapi, tolong kabulkan satu permintaanku itu." pinta Luna yang saat ini sedang memohon. Arsen menghela nafas panjang. Rasa ego yang besar kandas dengan tatapan mengiba Luna. Arsen menganggukkan kepala dengan lemah. Arsen tidak memiliki pilihan lain, selain mengikuti keinginan Luna. Arsen tiba tiba saja teringat akan gaya busana Luna yang bisa dibilang, terbuka. Arsen tak suka itu. "Ah... Iya, dan tolong rubah gaya berpakaian kamu. Aku gak suka!" titah Arsen sembari memperhatikan pakaian Luna yang tergeletak di lantai kamarnya. "Tsk, memangnya kenapa dengan gaya pakaian aku? Bukannya seorang pria dewasa suka akan hal itu," kata Luna, meskipun dia mengatakannya secara santai namun hatinya tercubit sakit,"bahkan Seina menggunakan pakaian lebih terbuka dari ini," kata Luna yang membandingkan dirinya dengan Seina. "Maksud kamu?" tanya Arsen merenggangkan pelukannya, menatap tak percaya ke pada Luna. Arsen terluka, ketika Luna mengatakan hal itu kepadanya. "Selama 6 tahun ini, aku tidak yakin kamu tidak melakukan hal itu dengan wanita lain, terlebih lagi kamu dekat dengan Seina, semua itu sudah aku dengar" kata Luna, "Aku setia dengan kamu, Luna. Aku dan Seina hanya teman saja. Tidak ada yang bisa menampik hal itu, Seina teman baikku, dia membantu aku untuk mengatasi traumaku dengan menorehkan tulisanku dalam bentuk n****+," kata Arsen membela diri, "Tsk, aku juga memiliki banyak teman baik, jadi jangan batasi jumlah teman laki laki yang aku miliki," ketus Luna, membuat Arsen terbangun dari tidurnya. Arsen membuat posisi mereka berhadapan, Luna di bawah kungkungan Arsen lagi. "Jangan berani lakukan itu!" kata Arsen dingin, Luna membuang muka, jengah. "Egois!" maki Luna, "Kamu hanya milik aku!" kecam Arsen, kemudian dengan kasar menyapu bibir Luna membuat Luna memberontak lagi, namun Arsen adalah Arsen. Keras kepala dan sulit di kontrol. Akhirnya, Luna hanya bisa mengikuti permainan panas antara Arsen dan dirinya. "Aku serius" kata Arsen sembari terengah-engah di sela-sela ciuman panas mereka, "Jangan buat aku gila, membayangkannya saja bisa membuat aku membunuh orang itu!" ancam Arsen dengan sorot mata penuh amarah. "Arsen, ini tidak benar. Jangan mudah tersulut emosi, kamu janji akan membiarkan aku rehat, namun nyatanya seperti ini," keluh Luna, "Luna, aku tidak menggunakan pengaman saat kita melakukannya tadi," Luna terdiam. Luna mencerna apa yang ingin Arsen katakan. "Oh, kamu tenang saja, Arsen. Aku tidak akan hamil, aku menggunakan implant untuk mengatasi masalah hal itu." jelas Luna yang membuat Arsen terperangah. "Kamu se-niat itu?" tanya Arsen, "Arsen, aku hanya menjaga diriku." jawab Luna yang membela diri. "Aku berharap kamu segera hamil anakku, ternyata kamu sudah menyiapkan segalanya. Curang," omel Arsen. Luna hanya bisa pasrah mendapatkan omelan Arsen yang bisa dikatakan tidak masuk akal. Luna segera turun dari ranjang, dan membersihkan diri. Luna terlalu lama meninggalkan unit apartementnya. Luna tidak ingin membuat Lion menunggu terlalu lama bersama Keysa sahabatnya. Luna menggunakan pakaiannya kembali, Arsen yang enggan berpisah dengan Luna memeluk tubuh Luna dari belakang,"aku masih merindukan kamu," bisik Arsen, "Tsk, jangan macam macam, aku harus segera kembali. Jangan lupa segra tanda tangani kontrak kerja sama kita, Arsen. " kata Luna yang memperingatkan Arsen akan hubungan pekerjaan yang akan mereka bangun nanti. "Ya, nanti aku akan kirim file-nya." jawab Arsen sembari mengecup pipi Luna. "Terima kasih," sahut Luna yang bergegas keluar dari kamar Arsen, namun tertahan oleh tangan Arsen yang tiba tiba menarik tubuh Luna dan membuat Luna menabrak tubuh Arsen," Arsen!" "Aku ingin mengecup bibirmu, sebelum kamu pergi," bisik Arsen yang membuat wajah Luna memerah. ** Sementara di unit apartement Luna, Lion tampak memandang Keysa yang tengah memasak menu makan siang untuknya. "Tante, apa ibuku masih lama?" tanya Lion yang mulai merindukan sang ibu. "Aku tidak tahu, Lion. Mungkin, sebentar lagi, ibu kamu akan datang." jawab Keysa sembari tersenyum. "Tante, aku ingin punya seorang ayah seperti teman temanku di sekolah. Aku tahu, ibu akan sedih mendengar hal ini," ucap Lion sendu. Keysa beranjak dari depan panci yang menyala, kemudian menghampiri Lion. "Ibu kamu butuh waktu. Kita doakan yang terbaik, Lion." "Yah. Aku harap begitu." ungkap Lion yang membuat Keysa tersenyum, "Ah, aku lupa. Apa Ayah Derik akan datang malam ini?" tanya Lion yang menanyakan kedatangan sang ayah angkat. "Em, aku rasa begitu. Hari ini dia terlihat tidak begitu sibuk." jawab Keysa yang membuat Lion tersenyum. "Aku akan bermain dengan Ayah Derik!" seru Lion dengan raut wajah berbinar binar. "Apa kamu senang, Lion?" "Ya, tentu saja. Om Derik berjanji akan memberikan seekor kucing lucu untuk menemani aku, jika aku kesepian di rumah," jawab Lion sembari memamerkan lesung pipi di kedua pipinya. Keysa hanya bisa tersenyum menanggapi hal itu. Derik salah satu sahabatnya yang dekat dengan Luna, Derik seorang dokter hewan yang memiliki paras tampan. Selama ini Derik selalu menunjukkan perhatian dan rasa suka kepada Luna, namun Luna belum menanggapi hal itu. Luna tidak terlalu peka untuk urusan percintaan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN