11.Aku Merasa Bodoh

1353 Kata
Luna's Pov, "Lepaskan aku! Aku mau pergi, sekarang!" kataku yang kini kesal dengan Arsen. Aku tidak ingin melunak lagi. Aku tidak ingin kehilangan Arion, aku tidak ingin Arsen berdalih dan merebut anakku, keluargaku di dunia ini. Arsen menatapku dengan kesal, kemudian Arsen menghempaskan tubuhku di ranjang. "Luna, kamu tidak akan pergi dengan mudah, kamu harus menjadi milikku, lagi." "Arsen, cukup!" "Kamu masih mencintaiku, Luna. Akui itu!" desak Arsen. Aku menatap Arsen. Kami berdua saling menatap satu sama lain, Arsen melumat bibirku dengan paksa. Dia membuat bibirku bungkam sesaat. Aku tidak habis pikir dengan diriku sendiri. Bagaimana bisa aku tidak menolak apa yang Arsen lakukan, bahkan aku dengan terang terangan menikmati apa yang Arsen lakukan. Arsen melepas tautan bibir kami, dan bibir Arsen telah beralih pada leher jenjangku, membiarkan aku mendesahkan namanya berulang kali. Semakin aku mendesahkan namanya. Semakin gencar Arsen memberikan gigitan dan hisapan lembut di setiap inci leher ku, Arsen juga meninggalkan jejak kepemilikan di leher jenjang milik ku. Warna kulitku yang cerah membuat tanda merah sedikit kehitaman yang Arsen buat tampak kentara. Refleks, aku meracaukan nama Arsen berkali-kali membuat Arsen semakin bersemangat untuk melakukan hal itu kepada tubuhku. Aku menyalurkan amarahku kepada rambut Arsen yang mengusik aroma penciumanku, sesuatu yang aku rindukan selama ini. Ntah mengapa aku sangat menyukai wangi rambut Arsen yang menguar di hidungku. Arsen mengambil alih kedua tanganku, kemudian mengikatnya di atas ranjang. "Arsen!" tegurku, yang membuat Arsen masa bodoh akan hal itu. Arsen melebarkan kakiku, membuat bagian inti ku terekspos bebas membuang penghalangnya yang berbentuk ikatan simpul, aku merasakan Arsen tidak ingin membuang waktu kami secara sia-sia. Meskipun hal ini bukan pertama kalinya bagiku dan Arsen. Tapi sensasi melakukan hal ini bersama Arsen sangat menyenangkan dan menegangkan. Aku seperti mengalami Dejavu dalam hidupku. Belum juga kami melakukan lebih dari ciuman dan hisapan di leher ku serta tangan Arsen yang bergerilya nakal. Namun aku telah merasakan sensasi yang luar biasa ketika Arsen menjamah tubuhku. Arsen menghentikan aksinya dan memandang wajahku yang setengah basah akibat ulahnya, memastikan diriku yang telah hanyut di dalam permainan cintanya, "Kenapa berhenti? " tanya ku akhirnya, setelah aku menahan rasa ingin tahu yang aku miliki. Jujur saja, tingkah aneh Arsen ini menggangguku. Karena ditengah-tengah aksi Arsen ingin bercinta, Arsen malah menghentikannya, membuat aku takut dengan pemikiranku sendiri. Jujur saja, aku tidak ingin pergumulan panas kami berhenti sampai di sini, aku menginginkan lebih dari ini, ntah mengapa aku begitu menggebu-gebu untuk menikmati kejantanan Arsen berada di dalam milikku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rupaku di depan Arsen. Aku menolak, tapi aku enggan untuk berhenti dan menginginkan lebih. Aku merasa kecewa pada diriku sendiri, sungguh. "Kamu selalu membuat aku tergila-gila saat kita bersama , apa kamu tidak tahu, aku sangat merindukan kamu, Luna?" tanya Arsen, "Aku tidak percaya itu," jawabku yang membuat Arsen meraih daguku, dan melumat bibirku secara paksa. "Nngh," aku tidak bisa bersuara banyak, Arsen mengunci bibirku. Arsen melepas tautan bibir kami. Pinggulnya mulai bergerak kembali, kemudian dia meracau, " Aahh... Luna.., I want you more than.... Aaah... " umpat Arsen sambil mencium bahuku secara berurutan dan mengigitnya ketika dia menginginkannya. Ntah mengapa aku merasakan perlakuan Arsen kepada diriku membuat aku tidak dapat mengontrol akal sehat yang ku miliki. Membuat aku lupa diri, karena aku tidak dapat menahan keinginanku untuk berhenti. Bahkan dengan tanpa sadar, aku menggerakkan pinggulku, mengikuti gerakan pinggul Arsen, terkadang tubuh kami beradu, membuat Arsen menggeram. "Jujur saja aku membenci diriku sendiri, Arsen. Aku tidak bisa menolak kamu, padahal jelas sekali aku marah dengan apa yang aku lakukan saat ini," omel ku, menerbitkan senyuman di bibir Arsen. "Aku tahu," sahut Arsen sebelum melumat bibir ranum milikku lagi, dengan rakus tidak memberikan kesempatan kepadaku untuk berhenti, menyesap setiap inci kenikmatan dari bibir ku. Ketika lidah Arsen dan milikku bertaut, kami berdua saling bertukar saliva merasakan kentalnya saliva yang berbaur menjadi satu. Tapi sensasi melakukan hal itu bersama Arsen sangat menyenangkan dan menegangkan bagiku yang sudah lama tidak melakukan hal ini, tentunya tidak untuk Arsen. "Ngggh-," aku melenguh, aku tanpa sadar melakukannya. Belum juga melakukan lebih dari ciuman dan hisapan di leher milikku, aku merasakan sensasi yang luar biasa menikmati tubuh indah Arsen dengan kedua tanganku yang berada di depan tubuh Arsen, tepatnya di bagian atas, aku merasakan kerasnya bagian tubuh Arsen yang aku sentuh . Tiba-tiba untuk kesekian kalinya Arsen menghentikan aksinya dan memandang wajah ku. Seolah-olah memastikan dirinya sedang tidak bermimpi, "Kenapa? Kamu sudah menyesalinya? " tanyaku kesal. Jujur saja, tingkah aneh Arsen ini menggangguku. Membuat aku salah tingkah, ditengah-tengah aksinya ingin bercinta,Arsen malah menghentikannya berulang kali, membuat aku takut dengan pemikirannya sendiri. "Kamu cantik " jawab Arsen, membuat aku mutarkan bola mataku jengah . Arsen meraih tanganku yang bermain di atas tubuh bidangnya. Kemudian Arsen menyematkan cincin yang dulu pernah aku kembalikan kepadanya. Kini di jari manisku melingkar cincin saat aku bersama Arsen dulu, ya walaupun itu semua belum resmi karena saat itu aku harus bertunangan dengan Kak Shaka. Tapi hal ini sudah menandakan bahwa wanita di depan Arsen ini, miliknya. Hanya milik Arsen. "Ini? " tanya ku seraya melihat tanganku yang telah disematkan cincin yang dulunya kembali pada sang pemberi cincin. Kini cincin itu kembali tersemat pada jari manisku. Tanpa sadar, air mataku jatuh. Aku terharu. "Aku bahagia bisa menyematkan cincin ini, aku tahu kamu tidak suka. Tapi, aku akan membuat kamu menerima semua ini, Luna. Aku ingin kita membangun semuanya dari awal," kata Arsen sambil mencium jari-jari tanganku secara bergantian. Air mata yang keluar dari kelopak mataku, membasahi pipi, dengan sigap Arsen mengecupnya. Aliran air mataku melewati bibirku. Arsen pun melumat bibir milikku, menyesap setiap inci kenikmatan dari bibirku. Rasa saliva dan asin air mata menjadi satu. Aku hanyut dalam suasana, dan mengalungkan kedua tanganku di leher Arsen. Kini tubuh kami saling berhadapan. Membuat Arsen mendapatkan akses untuk menikmati tubuh ku lebih leluasa daripada sebelumnya. Membuat Arsen tak tahan untuk mencoba merasakan gundukan lembut milik ku. Kemudian Arsen membisikkan sebuah kata kepada aku, sebelum akhirnya kami berdua bangkit dari ranjang, "Tolong nikmati milikku" membuat aku merona, namun melakukan perintahnya. Refleks aku berjongkok memandang sesuatu yang tak asing bagiku, mengigit paha dalam milik Arsen, membuat Arsen memanggil namaku. "Argh, Luna, kamu sedang memprovokasiku, Babe?" tanya Arsen yang mulai memanggil namaku dengan panggilan khas kami saat kami sedang berpacaran dulu. Arsen bersender pada lemari kaca,membuat aku dimanjakan dengan pahatan indah tubuh Arsen yang terpampang jelas di mataku ketika aku mengadah ke atas. Sungguh roti sobek yang sempurna dan kejantanan Arsen yang menegang terpampang jelas. Aku tidak dapat menahan keinginan liarku untuk tidak menyentuh roti sobek milik Arsen. Aku tidak bermain dengan batang Arsen melainkan aku mulai meraba keindahan pahatan roti sobek didepanku dengan gaya sentuhan yang sensual melalui lidahku. Membuat Arsen yang sudah dalam mode on semakin bersemangat untuk bercinta, Arsen menikmati setiap sentuhan yang aku berikan. Kini aku beralih kebagian leher Arsen, memberikan sengatan demi sengatan serta tanda kepemilikan di sana. Aku membuat sang pemilik leher, mengeluarkan desahan yang tak bisa tertahan. Aku tidak puas menyiksa Arsen lebih dari ini, aku bermain dengan batang tanpa tulang milik Arsen, aku sengaja melakukan itu, karena sejak tadi Arsen membuat aku kesal. "Aah.....Luna.. more..." desah Arsen menyalurkan kenikmatan yang diperolehnya dari bibirku, "Hmm..." gumamku disela-sela kegiatannya menjelajah tubuh Arsen mengabaikan erangan Arsen yang dinikmati tubuhnya oleh kenakalanku. Kini tangan aku sudah berada di depan batang milik Arsen, memegang batang tanpa tulang, kemudian aku memberikan sentuhan disana, mengurutnya naik turun seolah berirama , membuat Arsen meracau, "Aaah....Luna, Oooh...." kata Arsen dengan mata terpejam menikmati sensasi luar biasah dari kenakalan tangan dan bibirku. Perlahan, aku menuntun Arsen untuk berbaring di ranjang. Aku akan memimpin permainan kami kali ini. Aku membuat Arsen berada di bawah tubuhku. Aku mencoba mengeksplore tubuh Arsen. Aku mulai mengeksplore bagian leher Arsen, memberikan sengatan demi sengatan serta tanda kepemilikan disana. Membuat sang pemilik leher, mengeluarkan desahan yang tak bisa tertahan. "Aah...Luna, kamu ingin balas dendam rupanya, Aaaargghhh....," desah Arsen menyalurkan kenikmatan yang diperoleh dari aku. Aku tidak memperdulikan hal itu. Yang aku tahu, saat ini kami berdua memulai hubungan baru, aku harap, ke depannya hubungan kami tidak berjalan dengan buruk, terlebih lagi aku belum bertemu dengan keluarga Arsen dan Kak Shaka. Aku masih belum punya muka untuk melakukan hal itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN