14.Tidak Semudah Itu

1059 Kata
Arsen sengaja melompat ke arah balkon kamarnya kembali, kemudian membersihkan diri di apartementnya. Kemudian dia menuju ke arah apartement Luna yang kini disambut baik oleh bocah tampan yang tampak menggunakan seragam sekolahnya. "Wah, Lion tampan sekali!" puji Arsen sembari mengelus surai Lion. "Terima kasih," "Lion mau berangkat sekolah?" "Ya, tapi Ibu belum bangun," keluh Lion sembari mengerucutkan bibirnya, "Em, bagaimana jika Om Arsen yang mengantar Lion pergi ke sekolah," "Lion takut ibu marah," tolak Lion namun netra-nya tidak bisa berbohong, jika Lion menginginkan Arsen mengantarnya pergi ke sekolah. "Ibu tidak akan marah. Percaya sama, Om." kata Arsen yang mencoba membujuk Lion dengan rayuan mautnya. Lion tersenyum,"boleh, asalkan Om traktir Lion sarapan, Lion lapar," "Siap, Lion tinggal pilih mau sarapan apa pagi ini, nanti pulang sekolah, Om janji jemput Lion lagi," "Beneran?" tanya Lion bahagia, "Tentu saja," jawab Aren yang membuat Lion melompat girang. Arsen tersenyum lebar ketika rencananya berjalan dengan lancar. Luna menggeliat begitu merasakan cahaya mentari menyapa lewat celah celah jendela kamarnya pagi ini. Arsen menggapai anakan rambut Luna yang berantakan akibat ulahnya. "Hem, aku masih ngantuk, Arsen," kata Luna sembari menebak seseorang yang mengganggu tidurnya. "Bukannya kamu janji sama Arion kalau hari ini kamu mau antar dia berangkat sekolah?" tanya Arsen, membuat Luna langsung terjaga. Luna segera melihat jam di ponselnya yang kini sudah menunjukkan pukul 07.24 pagi. Luna segera berlari ke arah kamar mandi. Mengabaikan penampilannya yang tanpa busana melesat ke dalam kamar mandi, kebodohan yang terjadi berulang kali. Membuat Arsen tersenyum penuh kemenangan. Arsen segera menyusul Luna ke dalam kamar mandi. Wangi bunga semerbak menguar di indera penciuman Arsen, tampak Luna yang sedang merilekskan diri di dalam bathub. Luna berharap Lion tidak merajuk, ini semua karena ulah Arsen. Tiba tiba saja, Arsen bergabung bersama Luna membuat Luna terbelalak, "Kamu, ngapain sih! Semalam kurang puas?" kata Luna dongkol, Arsen hanya mengabaikan perkataan Luna begitu saja. Dia malah asik bermain dengan bahu Luna yang kini penuh dengan busa sabun. "Arsen, please.... Jangan sekarang," kata Luna memohon, "Kebiasaan buruk kamu gak pernah berubah, kamu lebih memilih melihat jam di ponsel kamu daripada jam dinding. Kamu tidak berubah, Luna" kata Arsen, membuat Luna mengernyitkan dahinya. Luna mencoba mencerna perkataan Arsen. Melihat jam dinding yang berada di atas westafel kamar mandi miliknya. Luna menepuk dahinya," Astaga! Jam 9 pagi, Lion terlambat sekolah," Kata Luna tak percaya. Luna bergegas keluar dari dalam bathub, namun tertahan oleh tangan Arsen. "Luna," "Arsen, Lion terlambat sekolah. Jangan halangi aku, please," "Aku sudah antar Lion ke sekolah," "Apa?" "Ya, kamu tidak salah dengar Luna, aku sudah antar Lion ke sekolah." "Kok bisa?" "Aku masih kangen sama kamu. Semenjak kita melakukan hal itu di apartement aku, kamu mulai menjaga jarak. Aku gak suka. Besok aku ada tugas ke luar kota beberapa hari, aku harus mengisi daya dulu supaya aku semangat kerja. Kamu, paham maksud aku, kan Luna?" Kilah Arsen sembari memeluk tubuh Luna dari belakang, "Ya tapi nggak kayak gini juga, semalam kamu udah main berapa ronde? Aku capek, Arsen..," keluh Luna memberi alasan yang bisa membuat Arsen berhenti mengajaknya untuk bercinta. "Tapi tubuh kamu gak nolak buat aku ajak bermain" sangkal Arsen, "Ah..." desah Luna ketika tangan Arsen bermain di lubang kewanitaan miliknya, "Arsen, please...." kata Luna seraya merapatkan kedua pahanya, "Please, untuk tidak berhenti?" tanya Arsen nakal, "Arsen.... Aaah..... Stoop, nanti Lion bisa dengar" kata Luna terbata-bata, menahan sekuat tenaga agar suaranya tidak terdengar oleh Ratu. "Just call me my name, Babe. Rion, sudah bermain bersama teman teman sekolahnya, sekarang...," bisik Arsen sembari mencumbu Luna di dalam bak mandi. Dengan cekatan Arsen mengangkat tubuh Luna, membuat posisi Luna berada di atas. "Ah.... I miss you Babe" racau Arsen, ketika dirinya membuat Luna bergerak naik-turun. Luna mengikuti irama permainan Arsen, mendesahkan nama mereka, mengeluarkan hasrat mereka secara bersamaan. Arsen memeluk tubuh Luna sembari meninggalkan jejaknya di bagian atas tubuh Luna lebih tepatnya di bawah ceruk leher jenjang Luna, bukan hanya satu kiss mark. Tapi beberapa puluh kiss mark yang menghiasi tubuh Luna. Bukan tanpa sebab dia melakukan hal itu, Arsen tidak suka melihat Luna menggunakan pakaian terbuka tanpa dirinya. Tubuh Luna hanya boleh dinikmati oleh Arsen seorang. —— Pergumulan panas antara Luna sudah berakhir, Luna hanya bisa bisa pasrah dengan menggunakan turtle Nick berwarna cokelat muda yang dia padupadan kan dengan celana jeans berwarna hitam. Tidak mengurangi pesona kecantikan Luna. Luna dan Arsen tampak sedang menikmati sarapan mereka di meja makan. Arse teah menyiapakan menu Brunch untuk mereka berdua. Setelah itu, mereka berdua bersiap untuk menjemput Lion di sekolah. Arsen menepati janjinya kepada Lion, dan sengaja datang setelah jam makan siang ke kantor. Arsen ingin menebus kesalahannya. "Aku akan pergi beberapa hari ke luar kota" kata Arsen tiba-tiba, "Terus?" tanya Luna tanpa memperhatikan Arsen yang menatapnya dengan serius. "Kamu tidak taku aku tinggalkan? Minimal, kamu harus khawatir, Luna...," tanya Arsen keki, "Kenapa juga harus khawatir, kamu udah dewasa. Jangan mulai, Arsen." tegur Luna. "Tapi di luar sana banyak wanita dewasa yang mencoba menarik perhatian aku!" protes Arsen, Luna menaruh ponselnya, dan kini netra mereka saling bertemu. "Semua gak akan terjadi kalau kalian tidak saling suka. Jadi plese, nggak usah banyak alasan!" jawab Luna membuat Arsen melipat kedua tangannya di depan d**a. "Tsk, aku kecewa sama kamu," Kata Arsen, "Lebay banget sih jadi orang. Jangan bikin masalah, kamu gak malu sama Pak Aden?" tanya Luna sembari menunjuk sopir pribadi Arsen yang akan mengantar mereka ke sekolah Lion sebelum Arsen bekerja. Arsen mendengus kesal. Dia membuang pandangannya ke luar jendela. Bukan tanpa sebab Arsen melakukan hal ini, justru dia melakukan hal ini karena dia berharap Luna merengek dan mengikuti kunjungan kerjanya ke luar kota. Sayangnya, Luna tidak berminat untuk hal itu. — Luna mengaduk jus alpukat di depannya, menatap malas minuman favoritnya akhir-akhir ini. Ntah mengapa, dia merasa kehadiran Arsen di hidupnya membuat dirinya ragu untuk berpisah. Luna yakin, dengan apa yang mereka lakukan, Luna tidak akan dengan mudah terlepas dari jerat Arsen. Luna tidak siap untuk bertemu dengan keluarga Arsen, dan Kak Shaka mantan tunangannya. "Luna," panggil Bimo yang saat ini sedang menatap rekan kerjanya, "Hm," "Dipanggil Pak Rama," kata Bimo sebelum meninggalkan Luna dan membuat Luna berjalan ke ruangan Rama. Luna mengetuk pintu ruangan Rama, Rama tampak sibuk dengan komputer di ruangannya. "Ada, apa Pak?" "Luna, masuk ! Aku mau bahas project kamu dengan Arsen." jawab Rama yang membuat Luna menganggukkan kepala. Kenapa, sehari saja, Luna tidak usah mendengar nama Arsen. Terlihat sulit sepertinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN