15. Bertemu Shaka

1085 Kata
"Kamu, udah baikan sama Arsen?" tanya Rama tiba tiba, "Tsk, atasan aku suka gosip ternyata," jawab Luna sembari mencibir Rama yang tergelak dengan ucapan Luna. "Aku hanya bertanya, karena Arsen tidak mudah diajak kerja sama," curhat Rama yang sebenarnya tak ingin Luna dengar. Luna tak ingin menanggapi apa yang ingin Rama katakan. Luna tidak ingin hubungannya dengan Arsen terekspose lebih dalam. "Ya," sahut Luna pendek, "Aku harap, kalian bisa bersama, ada Rion yang harus kalian jaga bersama," kata Rama yang membuat Luna menghela nafas dan menatap Rama malas, seakan tidak ingin menjaga perasaan Rama. Luna termasuk seorang wanita dingin, dan Rama tau akan hal itu. "Rama, aku nggak mau bahas masalah Rion," kata Luna, "Keluarga Arsen berhak tahu, anaknya bisa bikin anak," cibir Rama, "Ckckckck, kamu mau bahas kerjaan apa mau bikin aku kesal," "Luna," panggil Rama yang menginginkan Luna untuk berkata jujur. "Aku belum siap bertemu Kak Shaka," cuit Luna, "Arshaka berhak tau," desak Rama, "Nggak sekarang, aku nggak mau berhadapan dengan mereka. Aku tidak memiliki banyak keberanian, Ram." "Aku hanya bisa berharap kamu memiliki jalan yang terbaik," "Aku berjalan di jalan yang baik," "Kamu paham benar, aku tidak mengatakan hal itu." "Yap, sorry," Luna menganggukkan kepala, Rama memberikan rencana kerja yang dia susun untuk Luna, beserta proposal yang diberikan Luna beberapa hari yang lalu. "Ini?" tanya Luna sembari menunjuk proposalnya tanpa menyembunyikan senyum di wajahnya, "Ya, kamu berhasil mengambil project besar dengan menggandeng Arsen. Kamu pasti mendapatkan banyak bonus bulan ini," "Semoga saja begitu," "Aku harap, kamu memiliki keberanian untuk bertemu keluarga Arsen, terutama Arshaka," harap Rama yang menginginkan kebahagiaan Luna dan Arsen, "Tidak untuk saat ini," tolak Luna yang membuat Rama menggelengkan kepala, "Kamu akan menghindari Arshaka selamanya? Kamu dan Arsen berhak bahagia tanpa menjaga perasaan," bujuk Rama yang ingin Luna memiliki sedikit keberanian di dalam hatinya. "Ya, doakan aku untuk bisa melangkah lebih dari ini," kata Luna sendu, Luna menatap Rama kemudian mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela. Luna tidak ingin terlalu lama berdebat dengan Rama, sekalipun semua yang dikatakan Rama benar adanya. "Aku selalu berharap, kamu mendapatkan yang terbaik." aku Rama yang membuat Luna tersenyum. "Thanks," "Sama sama," sahut Rama,"aku kembali ke ruangan aku dulu," pamit Rama. Luna mengangkat ibu jarinya, menandakan persetujuannya. Tepat setelah Rama pergi, terdengar dering ponsel Luna, Luna menatap lekat nomer yang tertera di layar ponselnya. "Halo," "..." "Ah, baik, saya akan segera ke sana, terima kasih," sahut Luna sembari menutup ponselnya. Luna segera mengambil tas-nya dan segera beranjak dari ruangannya. * Luna datang ke sebuah rumah sakit, di mana tempat Luna memeriksa kesehatan Arion, putera semata wayangnya. Seakan dewi fortuna tidak berpihak kepadanya, seseorang yang Luna hindari selama ini berada di hadapan Luna. "Apa kabar, Luna? Bisa kita bicara sebentar?" tanya Shaka sembari tersenyum. Luna terdiam. Suara yang familiar, menyapa indera pendengarannya. Dengan gerakan slow motion, Luna membalikkan tubuhnya, tampak Saka sedang berdiri dengan senyuman teduhnya. "Kak Sa-ka," sapa Luna. Luna mengutuk dirinya sendiri yang tidak bergerak menjauh, ketika mendengar suara Saka. Luna mengekori langkah Saka yang membawa Luna ke sebuah taman kecil yang berada di area rumah sakit. Luna duduk di samping Saka. "Kamu, sakit, Luna?" tanya Saka sembari menunjuk beberapa obat yang berada di tangan Luna. "Nggak Kak," "Terus? Obat itu?" "Ini punya Rion," "Anak kamu?" "Ya, Kak Saka pernah ketemu dia," "Kenapa kamu nggak pernah ada kabar? Apa, semua karena aku?" tanya Saka yang enggan berbasa basi, Saka ingin Luna mengatakan apa yang terjadi selama ini. Saka mencintai Luna tanpa syarat, Saka ingin semua yang terjadi di masa lalu tidak membuat Luna dan Saka memiliki jarak di dalam hubungan mereka. "Aku-," "Luna, aku masih menunggu kamu untuk mengatakan apa yang terjadi. Jika memang tidak bisa, aku akan bersabar." "Kak, jangan terlalu baik dengan aku, aku tidak pantas Kak Saka perlakukan dengan baik," kata Luna, Saka yang tidak mengerti maksud ucapan Luna mengernyitkan kening, menatap Luna penuh tanya, "apa maksud kamu?" "Aku sudah mengkhianati Kakak, aku pergi begitu saja," "Luna, aku tahu kamu tidak beranjak dari sisiku, sampai aku dipastikan memiliki kondisi yang baik." "Aku tidak se-baik itu." elak Luna yang mencoba berdusta dan membohongi Saka. "Luna, aku tidak akan mengatakan sesuatu yang terdengar seperti omong kosong. Lintang mengatakan semuanya." Luna menghela nafas panjang," ya, itu karena aku memiliki tanggung jawab untuk itu." "Luna," "Kak, aku ingin Kak Saka membenciku," "Bagaimana bisa aku membenci kamu, sementara kamu tidak mengatakan alasan yang membuat aku membenci kamu." "Aku selingkuh, aku memiliki anak, anak yang aku dapatkan dari hubungan perselingkuhanku di belakang Kakak." "Apa kamu di jebak?" "Aku melakukannya dengan sukarela." jawab Luna yang lelah menjadi sosok wanita baik di depan Saka. "Siapa?" "Kak Saka nggak kenal dia, jadi please, jangan mendesak aku," jawab Luna yang enggan menanggapi Saka. Saka tidak puas dengan jawaban Luna, Saka menahan pergelangan tangan Luna yang akan meninggalkan Saka di taman,"apa kalian saling mencintai?" "Ya, tapi dia sulit aku rengkuh saat itu." jawab Luna jujur. Jawaban Luna membuat Saka tersenyum getir. Saka melepaskan tangan Luna,"aku berharap kamu bahagia," "Terima kasih," sahut Luna sebelum akhirnya meninggalkan Saka dan tidak menoleh ke arah Saka lagi. Air mata Luna lolos begitu saja, sosok yang melindungi Luna dalam diam, telah Luna sakiti saat ini. * Sementara itu, Arsen datang ke unit apartement Luna sembari membawa beberapa jenis makanan di dalam kotak makanan. Arsen sengaja membuatkan beberapa menu untuk Luna dan Lion. Arsen menatap Kayla yang membuka pintu unit apartement untuknya,"tsk, kamu datang untuk bertemu Luna?" tanya Kayla tanpa menyembunyikan rasa tidak suka-nya. Luna memiliki dua sahabat baik, Keysa dan Kayla, mereka berdua selalu men-support Luna sedari dulu. Kayla sosok yang paling membenci Arsen, karena menurut Kayla Arsen seorang pria pengecut yang menyakiti sahabatnya dengan mengatas namakan cinta. "Aku tidak perlu mendapatkan ijin kamu untuk menemui kekasihku," "Cih, mentang mentang kalian bersama kembali, kamu sudah berlagak," cibir Kayla yang meninggalkan Arsen di depan pintu. Arsen merasa kesal dengan sikap acuh Kayla yang tidak membantu membawakan paper bag yang berisi maha karyanya, "Kamu tidak berubah!" keluh Arsen, "Aku tidak akan bersikap baik kepada kamu, kamu akan semakin besar kepala. Aku masih ingat betul, kamu membuat Luna harus membesarkan Lion seorang diri," "Aku tidak tahu Luna hamil saat itu," "Seharusnya kamu menggunakan pengaman! Jangan anggap aku bodoh!" Aren meletakkan paper bag di meja makan,"aku tahu kamu tidak bodoh. Aku memang sengaja membuat Luna hamil, tapi aku tidak berekspetasi dia akan pergi dan membesarkan anakku seorang diri." "Ah, akhirnya Tuan Muda kita bicara yang sebenarnya, aku tahu kamu ingin mendapatkan Luna dengan cara yang kotor," "Aku melakukan itu karena aku sangat mencintainya," tandas Arsen yang membuat Kayla menggelengkan kepala.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN