Tujuan?

1009 Kata
Arion membagi cerita dengan Arsen, Arion tampak berceloteh dengan bahagia di hadapan Arsen. Bahkan tanpa segan Arion memeluk Arsen ketika dia memperagakan kejadian yang menimpa salah satu temannya. Arsen menatap Lion dengan senyum yang mengembang di bibirnya. Sementara Luna merasakan perasaan yang berkecambuk di dalam hatinya. "Bu, kita sudah sampai," tegur Lion yang menyadarkan Luna dari lamunannya. Luna terkesiap, dan mencoba menutupi kesalahan kecil yang telah dia perbuat. "Ah, maaf, Ibu sedang memikirkan pekerjaan Ibu, Lion. Ibu antar Lion masuk ke kelas," dusta Luna yang membuat Arsen menatap Luna sejenak dan pura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Luna. "Apa Om Arsen boleh ikut ke dalam?" tanya Lion polos dengan tatapan mengiba, "Om Arsen sibuk, dia pasti harus bergegas ke kantor," tolak Luna yang membuat Arsen mengambil inisiatif untuk mematahkan niat Luna, "Aku tidak sibuk. Aku bisa ikut kalian berdua masuk ke dalam," kata Arsen yang membuat Luna terdiam. "Benar, Om!" teriak Lion girang dan tangannya bergelayut manja pada Arsen. "Tentu saja, mulai sekarang kita berdua berteman, benarkan?" tanya Arsen yang membuat Lion tersenyum. Arsen menggandeng tangan kecil Lion, ntah mengapa, Arsen menyukai Lion. Luna merasa apa yang dilakukan Arsen tidak benar. Luna tidak ingin melibatkan Arsen dengan Lion, sungguh, Luna tidak ingin membuat perkara baru di dalam hidup Luna. "Lion!," Luna menginterupsi sang anak, untuk tidak melanjutkan apa yang Lion inginkan, seolah-olah mengerti isyarat dari Luna. Lion menundukkan wajahnya dan mengalah untuk masuk seorang diri ke dalam sekolahnya. Luna menatap Arsen dengan kesal, Luna membiarkan Lion untuk menghilang di balik gedung sekolah kemudian dia segera membawa Arsen menjauh dan berbicara empat mata dengan Arsen, "Kamu, mau apa?" "Maksud kamu, apa?" "Aku sedang bertanya, kamu malah balik bertanya, apa tujuan kamu datang dalam kehidupan aku dengan Lion?" "Aku hanya ingin tahu siapa Lion. Kamu tidak ingin menjelaskan hal itu dengan aku, Luna?" "Tidak ada hubungannya sama kamu." "Kamu pergi meninggalkan aku hanya karena kamu ingin menikah dengan orang lain?" tanya Arsen yang merasa Luna sedang mencari alasan untuk tidak mengatakan kebenaran kepadanya. "Tidak ada yang perlu aku jelaskan," jawab Luna. "Kalau begitu, sama. Tidak ada yang perlu aku jelaskan sama kamu, Luna." "Arsen. Arion bisa salah paham dengan adanya kamu, aku tidak mau Arsen berharap kamu-," "Aku ayahnya, benarkan?" tanya Arsen memotong pembicaran Luna yang membuat Luna meraup wajahnya sendiri dengan kesal,"apa benar, itu?" "Arsen," "Luna, aku sengaja melakukan hal itu dulu karena aku ingin kamu meninggalkan Kak Saka." "Arsen, aku kembali ke sini bukan untuk hal itu. Sungguh," ucap Luna, "Lalu, kenapa kamu kembali bersama Lion?" tanya Arsen yang mendesak Luna untuk berbicara jujur, "Aku ke sini untuk berobat." "Siapa yang sakit?" tanya Arion, "Arion. Dia membutuhkan dokter terbaik di kota ini. Aku tidak punya pilihan lain selain kembali ke sini," "Apa aku harus percaya dengan ucapan kamu?" "Tsk, terserah kamu." "Kenapa aku tidak boleh tahu penyakitnya?" "Karena ini tidak ada urusannya dengan kamu, jadi tolong, jangan ikut campur dengan masalahku." "Ayah dan Ibu merindukan kamu," kata Arsen yang membuat langkah Luna terhenti,"aku tidak bermaksud membuat kamu goyah Luna, setidaknya kamu menjenguk mereka," Luna mengurungkan niatnya untuk meninggalkan Arsen, langkahnya kembali ke tempat Arsen,"Lion mengidap Diabetes tipe 1, aku hanya ingin berada di sini dengan tenang, aku tidak akan mengganggu kehidupan kamu ataupun Kak Saka. Aku akan datang ke rumah kamu tanpa Lion. Jadi, rahasiakan keberadaan Lion." ucap Luna sembari menatap Arsen dengan tajam. Arsen dapat melihat tatapan Luna yang saat ini sedang meminta persetujuan Arsen untuk tidak mengungkapkan keberadaan Arion, "Baik, jika itu yang kamu inginkan, Luna." aku Arsen yang membuat Luna menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan Arsen seorang diri. Luna tidak menuju ke tempat kerjanya, karena hari ini Luna sedang bertugas di luar tempat kerjanya. Luna menyempatkan diri untuk bertemu dengan sahabatnya, Keysa. Keysa yang tengah menyiapkan segelas Americano dingin untuk Luna segera menghampiri Luna dan disambut dengan senyuman getir Luna, "Kenapa?" "Arsen mulai mendekati kami," jawab Luna lesu, "Dia masih mencintai kamu, Luna." kata Keysa yang mengingatkan Luna bagaimana Arsen mencintai Luna dulu, "Itu dulu, sekarang dia hanya merasa penasaran saja dengan sosok Lion, terlebih lagi aku tidak memiliki seorang suami." "Dia ayah kandung Lion," kata Keysa yang memperingatkan Luna tentang kenyataan yang selama ini mereka jaga berdua. "Tapi aku tidak ingin Arsen tahu hal ini," tolak Luna yang membuat Keysa kesal dengan keputusan sepihak Luna. Keysa tidak ingin Lion menanggung rasa egois yang dimiliki sang ibu. Lion berhak bahagia, terlebih lagi, Lion menginginkan sosok seorang ayah di sisinya. "Kamu akan menyimpan semuanya sendiri? Arsen harus tahu!" Keysa mulai membuka suara, Keysa ingin Luna lebih berani dan tidak menyimpan segalanya seorang diri. "Arsaka bisa terluka," aku Luna,"aku tidak ingin membuat hubungan mereka memburuk. Cukup satu kali aku melakukan hal itu. Aku tidak ingin bersikap egois seperti dulu," jelas Luna yang membuat Keysa geram dan menatap nyalang sahabatnya. "Itu resikonya! Kamu berani mencintai Arsen, kenapa kamu tidak berani menanggung resikonya?" "Aku tau, ini egois. Tapi kesehatan Arsaka..." "Aku lihat dia baik-baik saja sekarang. Jangan selalu berkorban untuk mereka, Luna. Kamu juga berhak bahagia!" tegur Keysa yang membuat Luna meraih sedotannya untuk menikmati Americano yang kini menyegarkan kerongkongannya. Keysa menatap iba sahabatnya yang kini tengah menghadapi masa lalu yang tak kunjung usai. Raymon menghampiri meja Keysa dan Luna yang tampak panas, membuat dua sahabatnya kini menatap dirinya,"kalian berdua tidak bosan berbeda pendapat terus?" "Dia egois, Mon! Arsen sudah tahu kalau Luna memiliki Lion," "Arsen tahu, kalau Lion anaknya?" tanya Raymon hati-hati, Keysa dan Luna kompak menggelengkan kepala membuat Raymon menghela nafas panjang dan menatap mereka berdua,"lalu, apa yang kalian ributkan?" tanyanya lagi, "Luna memilih untuk menyembunyikan kenyataan dari Arsen, karena kondisi kesehatan Arsaka. Aku nggak mau, Lion menanggung rasa egois yang Luna miliki selama ini, bagaimanapun juga, Lion harus tahu siapa ayahnya. Lion selalu berharap bertemu dengan ayahnya, meskipun kamu sudah mengisi kekosongan itu, tapi Lion ingin bertemu dengan ayahnya." jelas Keysa yang membuat Raymon duduk bersama mereka, "Keysa benar, Luna. Kamu harus melakukan itu demi Lion. Pikirkan Lion dan kesehatan Lion," bujuk Raymon yang membuat Keysa menundukkan kepala, "Aku tidak ingin menyakiti siapapun,sungguh..." aku Luna sembari menahan air matanya yang kini mulai menggenang di pelupuk matanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN