Ingin Mendekat, Tapi Aku Takut

1014 Kata
Arsen menatap Seina yang sedang berceloteh di hadapannya, saat ini Arsen tak ingin mnegecewakan Seina mengingat Seina yang selalu memberikan kebaikan kepada Arsen. Hanya saja, Arsen enggan untuk bersikap buruk kepada Seina, "Arsen," panggil Seina,"apa ada hal yang mengganggu pikiran kamu?" tanya Seina perhatian, "Tidak ada," "Ayolah! Jangan berbohong, Arsen. Aku tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu dari aku," desak Seina. "Aku hanya sedang memikirkan alur n****+ yang akan aku buat," dusta Arsen. "Ah, benar! Aku dengar, penggemar kamu saat ini membuat club khusus untuk membahas semua karya kamu dan banyak banget dari mereka yang mengusulkan meet and greet," "Iya, aku masih belum memutuskan untuk menyetujui rencana itu," kata Arsen. "Arsen, selain hobi, menulis juga salah satu bentuk untuk mengatasi rasa trauma kamu selama ini. Aku rasa, tidak masalah jika kamu memiliki rencana itu ke depannya," usul Seina, "Seina, aku masih belum bisa bertemu dengan banyak orang, kamu tahu itu," "Iya, tapi lebih baik kamu meluangkan waktu untuk mereka, agar karya kamu semakin menjulang tinggi," "Akan aku pikirkan," sahut Arsen. "Arsen, ibu aku ingin bertemu dengan kamu, apa kamu memiliki waktu luang akhir pekan ini?" tanya Seina penuh harap, Seina ingin Arsen memberikan kepastian hubungan mereka berdua. "Maaf, aku sibuk Seina," jawab Arsen yang menolak keinginan Seina untuk bertemu dengan anggota keluarga Seina, "Kamu selalu sibuk, Arsen," keluh Seina, "Aku tidak bisa memprediksi kapan aku tidak sibuk, karena ada beberapa date line n****+ online yang harus aku kerjakan, dan pekerjaan itu tidak bisa aku tunda. Aku juga harus membagi waktuku di hari kerja untuk membantu Kak Saka di perusahaan keluarga kami," jelas Arsen, "Arsen, aku ingin-," "Jika kamu keberatan dengan apa yang aku lakukan, kita bisa mengakhiri hubungan ini," potong Arsen kejam. "Arsen, kenapa semudah itu, kamu memutuskan hubungan kita?" tanya Seina dengan tatapan terluka, Arsen menatap Seina, "kamu tahu benar, Seina. Hubungan ini bisa berakhir kapan saja, kamu dan aku tidak memiliki sebuah komitmen yang pasti. Aku tahu, kamu membutuhkan aku untuk mendongkrak kepopuleran kamu, dan sebaliknya, aku membutuhkan kamu untuk membantu aku terhindar dari para fans fanatikku." jelas Arsen yang mengingatkan Seina untuk tidak terlalu berharap banyak kepada hubungan mereka berdua. Seina menundukkan kepala, menyembunyikan tetesan air mata yang nyaris keluar. Seina yang pandai menyimpan rasa sakit, mengerjapkan kedua matanya, dan bertindak seolah-olah tak terjadi sesuatu dengan dirinya. "Maafkan keegoisan aku, Arsen," aku Seina yang membuat Arsen menganggukkan kepala dan melanjutkan kegiatan makan siangnya bersama dengan Seina. Arsen melihat pergelangan tangannya, sang waktu menunjukkan jam 1 siang, Arsen segera bangkit dari tempat duduknya. Arsen tidak ingin terlambat bertemu dengan Lion, bocah yang menyita perhatian Arsen. "Aresn, kamu mau ke mana?" "Aku harus pergi ke suatu tempat, kamu juga harus kembali ke lokasi syuting, kan Seina?" tanya Arsen yang menggunakan kesempatan untuk kabur dari tempat dimana Seina mengurung Arsen. "Arsen, kamu belum menyelesaikan makan siang kamu," "Aku sudah kenyang," kata Arsen yang segera meninggalkan Seina. Seina hanya bisa terpaku di tempat duduknya sembari menatap kepergian Arsen. "Tsk, kenapa tiba-tiba Arsen berubah, aku harus mencari tahu apa yang sedang terjadi,"gumam Seina sembari menggenggam erat garpu di tangan kanannya. Tidak ada yang bisa merebut Arsen dari Seina. Arsen hanya milik Seina. ** Arsen segera membuka pintu mobilnya dengan terburu-buru, di depan Arsen tampak Luna yang sedang menunggunya di gerbang sekolah Lion. Mereka berdua berjanji akan menjemput Arsen pulang sekolah bersama, "Maaf, aku terlambat," sesal Arsen yang membuat Luna tersenyum dan menganggukkan kepala, "Tidak apa, Lion masih belum keluar, jadi dia tidak tahu jika kita tidak datang bersama," ungkap Luna yang membuat Arsen tersenyum getir. "Luna, apa setiap hari kamu melewati ini, sendiri?" Pertanyaan Arsen membuat Luna menatap Arsen sejenak, kemudian pandangan Luna kembali fokus ke depan, menatap gerbang sekolah Lion yang belum terbuka. "Aku menikmati setiap waktu bersama dengan Lion. Jadi, aku tidak pernah merasa keberatan akan hal itu," jawab Luna. "Luna, apa Arsen anak kita?" Luna terdiam. Pikiran Luna seketika berhenti untuk bekerja. Namun, Luna harus bisa melewati semua ini, karena Luna tak ingin satu-satunya anggota keluarga yang Luna miliki akan direnggut paksa oleh Arsen. "Aku tidak ingin membahas itu, Arsen. Aku tidak ingin dianggap sebagai seorang pembual yang mengumbar kisah sedihnya." jawab Luna cari aman. "Luna, kamu tidak memiliki hubungan lain selain dengan aku, hanya aku laki-laki yang bersama dengan kamu selama 5 tahun terakhir." "Dari mana kamu tahu? Kamu mulai menyelidiki aku?" tanya Luna yang membuat Arsen menekan rasa ingin tahunya tentang Luna. "Tsk, kenapa kamu selalu berfikir buruk tentang aku, Luna?" tanya Arsen balik. Arsen tak ingin Luna tahu, jika saat ini Arsen sedang menggali informasi Luna melalui seseorang. Arsen ingin memastikan siapa Lion, terlepas Lion anaknya atau bukan, Arsen ingin bersama dengan Lion dan Luna. Arsen ingin meraih mimpinya yang hilang, walaupun pada akhirnya Arsen harus menghadapi keluarganya sendiri. "Arsen," panggil Luna yang kesal dengan sikap Arsen. Arsen terkesan menghindari setiap pertanyaan penting yang Luna ajukan. "Em, sepertinya gerbang sekolah Lion sudah terbuka, lebih baik kita segera ke sana!" ajak Arsen yang mengalihkan perhatian Luna. Luna tak memiliki pilihan lain, Luna mengikuti apa yang Arsen katakan, Luna berjalan ke arah pintu gerbang dengan bergandengan tangan dengan Arsen. Luna menatap Arsen penuh tanya, namun Arsen mengabaikan tatapan Luna dan bergerak mengikuti Arsen. Lion yang melihat Arsen dan Luna segera berlari ke arah orang tuanya, raut wajah gembira tak bisa disembunyikan oleh Arsen. "Om, datang juga?" "Iya, aku harus menepati janjiku, benar kan?" tanya Arsen sembari menepuk bagian dadanya. Lion menganggukkan kepala, kemudian Lion mengarahkan kedua tangannya ke udara, Lion ingin berada di dalam gendongan Arsen. Luna menepis pelan tangan anaknya, membuat Lion memberengut kesal,"Ibu!" rajuk Arsen, "Jangan manja! Ada Ibu, apa kamu melupakan Ibu di sini?" tanya Luna yang kesal dengan sikap anaknya. "Ckckck, Ibu cemburu?" tanya Lion yang membuat Luna menatap garang ke arah Lion. "Lion!" "Bu, aku ingin bermain dengan Om Arsen, Ibu bisa bermain bersamaku sesuka hati Ibu, benar kan?" Luna kehabisan kata-kata, Luna tidak bergeming, Ucapan Lion membuat Luna tersingkirkan karena kehadiran Arsen. Arsen mengambil alih tubuh mungil Lion yang kini terlibat perdebatan sengit dengan sang ibu, Arsen membawa Lion ke dalam pelukannya,"Lion, jangan seperti itu, Ibu sangat menyayangi kamu, jadi Ibu tidak ingin membagi kamu dengan Om,"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN