10. Rasa Ego

1156 Kata
Luna mulai hanyut dalam kerinduan hati yang selalu dia pungkiri selama ini. Jujur saja, Luna merindukan setiap kecupan yang diberikan Arsen untuk Luna. Kini Arsen dan Luna berada di dalam ruang tidur Arsen, Arsen meletakkan tubuh Luna dengan perlahan. Mengecup setiap inci tubuh Luna, membuat Luna mengeluarkan suara yang memprovokasi Arsen untuk melanjutkan hal yang lebih dari sekedar sentuhan biasa. Tiba tiba saja, Luna tersadar, bangun dari mimpi indah yang pernah Luna rasakan. "Arsen. Ini salah!" tegur Luna, berusaha terlepas dari kungkungan Arsen. Namun Arsen lebih dulu menggenggam tangan Luna erat. Arsen dengan berani menggenggam tangan Luna, dan meletakkan kedua tangan Luna di atas kepala Luna. "Tidak ada yang salah, Luna. Kita saling menginginkan satu sama lain," kata Arsen yakin. "Tapi-, " Arsen segera membungkam bibir Luna dengan bibirnya. Membuat Luna tidak bisa melanjutkan pembicaraan mereka. Sedangkan tangan kanan kanan Arsen sibuk bermain dengan inti tubuh Luna, membuat Luna menggelinjang akibat ulahnya. Arsen membuat Luna melenguh dan keningnya basah oleh peluh keringatnya. Arsen tersenyum puas, dia segera membuka kaitan ikat pinggangnya. Bergegas menyatukan junior miliknya bersama milik Luna. Luna tidak menolak. Karena dia juga amat menginginkan hal itu. Arsen menghentakkan miliknya membuat irama penyatuan tubuh mereka terdengar di kamar mereka. Setelah mencapai titik klimaksnya, mereka berdua saling menyeruakkan nama masing-masing. Arsen merebahkan tubuhnya di samping Luna. Memeluk Luna yang masih terengah-engah akibat kegiatan panas mereka. "Terima kasih, kamu nggak akan pernah bisa lari dari aku lagi" kata Arsen, "Em... Aku boleh minta tolong?" tanya Arsen, membuat Luna menoleh ke arahnya sembari menatap penuh tanya, "Aku mau minta tolong ambilkan air. Aku haus" kata Arsen lagi, membuat Luna menatap tak percaya dengan apa yang didengarnya, "aku pikir, tenaga aku masih tersisa setelah kita melakukan-, " belum juga Arsen menyelesaikan perkataannya, Luna segera berdiri dan menutupi tubuhnya dengan selimut bergegas mengambilkan segelas air untuk Arsen. Luna meninggalkan Arsen dengan wajah yang memerah, bukan menahan emosi. Tetapi menahan rasa malu yang luar biasa. Dia segera meletakkan gelas di meja makan dan menuangkan air dingin ke dalamnya. Jujur, Luna ingin menyembunyikan diri di kutub saja saat ini, bisa bisanya Luna terpedaya oleh pesona Arsen, ayah Arion. "Aish, Aluna, apa yang kamu pikirkan, dasar wanita t***l!" maki Luna pada dirinya sendiri, membuat Luna secara tidak sadar memukul kepalanya. Melampiaskan kekesalannya kepada dirinya sendiri, "Harusnya kamu nolak,kan? Bukannya menikmati malah kebablasan bercinta sama Arsen. Astaga, kamu datang untuk bekerja, Luna. Bukan untuk bercinta, bodoh!" gumamnya lagi. Sementara itu Arsen yang merasa haus, tanpa berbasa-basi mengambil celana boxernya dan berjalan ke luar dari dalam kamar tidurnya. Melihat Luna memaki dirinya sendiri dan memukul kepalanya. Arsen tersenyum geli di tempatnya. Dia segera menghampiri Luna yang sibuk dengan dunianya, sehingga tidak menyadari kehadirannya. Arsen yang gemas dengan tingkah Luna, segera memeluk tubuh Luna dari belakang. Membuat Luna terkejut. Kemudian segera menoleh ke belakang, memastikan siapa sosok seseorang yang memeluknya. "Kamu ngapain? Lama banget ngambil airnya? " tanya Arsen sembari mengecup bahu Luna yang terekspose bebas di depannya. "Ini" kata Luna memberikan segelas air tanpa menatap Arsen, berusaha terlepas dari kungkungan Arsen. Arsen menghabiskan air dingin dalam sekali teguk. Melampiaskan rasa hausnya yang dia tahan sedari tadi, karena ada hal lain yang lebih menarik dari rasa haus yang dia redam. "Terima kasih" kata Arsen sembari mengecup singkat pipi Luna, "Ka-mu, sengaja, Arsen! " tunjuk Luna "Ah... Aku lapar, kita makan dulu ya! Sepertinya, Rama sudah menyiapkan makanan untuk kita," ajak Arsen tanpa merasa bersalah, dia segera duduk di kursi meja makan. Meninggalkan Luna yang mematung di tempatnya. Arsen mulai menyantap sajian fast food yang dipesan Rama untuknya. Walaupun masakan sudah dingin, hal itu tidak mempengaruhi rasa lapar yang Arsen rasakan, nafsu makan Arsen semakin bertambah. Baginya makanan itu sebuah energi untuk melahap Luna kembali. Ya, jika Luna bersedia tentunya. Arsen menyantap semuanya dengan lahap. Jika kalian penasaran, mereka berdua sedang menikmati sarapan, dengan kostum yang bisa dibilang absurd. Luna dengan selimut yang dia lilitkan untuk menutupi tubuhnya sedangkan Arsen hanya dengan boxer saja, tolong di catat Arsen masih setia memamerkan roti sobeknya di depan Luna. Seakan memprovokasi Luna dengan tubuh indahnya. "Besok kamu ada acara?" tanya Arsen, "Besok aku lembur," jawab Luna jujur, karena dia tidak ingin menutupi keberadaannya lagi. "Oh" sahut Arsen singkat, "kalau begitu, aku besok jemput kamu kerja, atau aku bisa menemani Arion saja di apartement kamu," "Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri. Arion akan di rumah sahabatku, Keysa. Terima kasih " potong Luna, membuat Arsen mengernyitkan dahinya. Dia tidak suka dengan penolakan Luna kepada dirinya. "Arion. Dia anak aku kan?" tanya Arsen hati-hati, membuat Luna menghentikan kegiatannya sejenak. "Menurut kamu?" tanya Luna setenang mungkin, "Kenapa kamu membuat aku menebak, dan tidak menjawabnya saja, Luna?" tanya Arsen kesal, "Em, aku tidak ingin mengatakan hal yang akan membuat kamu menyudutkan aku. Aku tidak ingin kamu merasa terbebani dengan apa yang aku lakukan di masa lalu, karena itu keputusan yang aku buat," jawab Luna yang membuat Arsen kesal akan jawaban yang Luna lontarkan. "Aku rasa, kamu salah paham. Aku gak butuh penjelasan itu, aku hanya butuh kamu kembali dengan aku, dan kita mulai semuanya dari awal. Aluna." kata Arsen dingin, Luna menghela nafasnya lelah. Dia yakin kini Arsen sedang dalam keadaan tidak baik, jika mereka berdua membahas masa lalu. Luna memilih untuk menikmati makanannya dalam diam. "Bagaimana kalau kita, menikah. Aku rasa, itu bukan ide yang buruk, Luna." kata Arsen, membuat Luna tersedak. "Uuhuk.. Aapa?" tanya Luna tak percaya, "Kita menikah, keputusan itu yang terbaik bagi Arion. Dia hidup dalam keluarga yang lengkap dengan hadirnya, ayah dan ibu di sisinya," kata Arsen, "Lagian, dengan apa yang kita lakukan barusan. Aku yakin kamu masih menginginkan aku. Kita berdua menikmatinya, kamu dan aku masih single jadi-," Tiba-tiba saja Luna berdiri dari tempat duduknya, membuat Arsen berhenti berbicara "Kamu pikir semudah itu? Kamu berkata seperti itu seolah-olah semuanya mudah kita hadapi" kata Luna, "Kamu yang mempersulit semuanya. Kamu memilih untuk pergi tanpa menjelaskan apa yang terjadi sama aku. Kamu buat aku haus perhatian kamu. Kamu buat aku sampai hampir gila dan tidak bisa berpikir. Setiap hari aku selalu bertanya pada diri aku sendiri. Apa salahku? Tapi kamu memilih untuk bersembunyi. Apa yang terjadi kamu tetap pilih bungkam kan?" cecar Arsen, membuat Luna menatapnya nanar. Luna memilih untuk pergi dari ruangan itu. Segera bergegas ke kamar Arsen untuk mengambil pakaiannya yang tercecer dan pergi dari apartement Arsen. Luna tidak ingin bersama dengan Arsen. Arsen tidak tinggal diam, dia segera mengejar langkah Luna. Mengunci dirinya dan Luna di dalam seperti yang Rama lakukan kepadanya. Arsen melempar kunci ke sembarang arah. Arsen tidak peduli jika dia dan Luna harus terkurung di dalam. Arsen meraih tangan Luna dan menghempaskan Luna ke atas tempat tidurnya. Mata Luna membulat, mendapatkan serangan tiba-tiba dari Arsen membuatnya tidak bisa berkutik. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Luna, "Meminta apa yang harusnya masih menjadi milikku, selama ini." "b******k!" maki Luna, akhirnya kata makian yang Luna pendam terlontar juga. "Maki aku sesuka kamu, itu tidak akan merubah apa yang akan kita lakukan sebentar lagi. Kamu hanya milikku" kata Arsen.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN