Tinggal Sama Mertua

1284 Kata
"Siapa kamu?! beraninya kamu ikut campur?! " seru Bastian. Bukannya mendapatkan jawaban,tangannya malah dipiting oleh Ustadz Hafiz. "Ahkk sakit!! ampun!! tolong aku!! " "Ada apa ini? " seorang guru tiba-tiba masuk menegur mereka. Anak-anak langsung membubarkan diri dan duduk di kursi mereka masing-masing. Ustadz Hafiz melepaskan Bastian dengan sedikit mendorongnya. "Ustadz Hafiz? lama tidak berjumpa. Ada urusan apa kamu datang kesini? " tanya pak Fahmi. "Kabarku baik, aku kesini ingin mengantarkan dompet istriku. Maaf jika aku membuat keributan, anak laki-laki ini mencoba untuk menyentuh istriku Nadia. " jawab Ustadz Hafiz. Nadia menyumpahi Ustadz Hafiz di dalam hatinya. Kenapa Ustadz Hafiz harus mengakui kalau mereka adalah suami istri. Semua teman-temannya berbisik-bisik membicarakannya dan menghakiminya sekarang. Kening pak Fahmi berkerut, " Nadia istrimu? apa aku tidak salah dengar? " "Nah berarti video itu benar, Nadia dan Ustadz Hafiz memang berbuat m***m di hotel makanya mereka menikah, " ucap Bastian mengompori seluruh teman-temannya. "Dasar nggak tau malu! masih ada muka kamu datang kemari Nadia? kalau aku pasti nggak bakal mau datang ke sekolah lagi. Menjijikkan! " ucap salah satu temannya yang lain. "Itu semua fitnah! aku dan Ustadz Hafiz gak seperti yang kalian tuduhkan! " Nadia ingin membela dirinya tapi tidak ada seorangpun yang percaya padanya. Melihat kondisi yang semakin memanas, pak Fahmi langsung turun tangan, " Hafiz, Nadia ayo ikut saya sebentar. Dan kalian semua jangan ribut, tetap di kelas dan baca buku Agama halaman 102 tentang sejarah peradaban Islam. Bapak akan kemari lagi mengajukan pertanyaan untuk kalian satu persatu. " "Iya pak! " sahut mereka. Nadia dan Ustadz Hafiz keluar dari kelas mengikuti langkah Pak Fahmi sampai masuk ke dalam ruangannya. Mereka bertiga duduk disana untuk membahas masalah ini. "Jadi kalian benar-benar sudah menikah? " tanya pak Fahmi memastikan. "Iya kami kemarin baru saja menikah, " jawab Ustadz Hafiz tanpa menceritakan kronologinya karena itu merupakan aib bagi mereka. Pak Fahmi menghela nafas berat, " Kalau begitu Nadia tidak bisa sekolah lagi disini. Karena peraturan di sekolah ini sangat ketat. Murid yang hamil dan menikah otomatis akan dikeluarkan." "Apa?! dikeluarkan?! pak saya mohon tolong bantu saya. Beberapa bulan lagi saya bakal ujian kelulusan. Saya mohon jangan keluarkan saya! " Nadia memohon agar pak Fahmi tidak mengeluarkan dia dari sekolah. Hidupnya bisa hancur jika dia dikeluarkan. "Nadia akan tetap bersekolah disini. Paman saya adalah pemilik yayasan sekolah ini. Saya akan memintanya memberikan keringanan untuk Nadia. " ucap Ustadz Hafiz. "Baiklah kalau begitu Nadia silahkan kamu kembali ke kelasmu. " perintah pak Fahmi. "Iya pak, " Nadia melangkah keluar tapi Ustadz Hafiz menahan tangannya. "Dompetmu, " Ustadz Hafiz memberikan dompet pink bergambar hello kitty kepada Nadia. Nadia mengambil dompetnya tanpa mengucapkan terima kasih dan kembali melangkah keluar dari ruangan. *** Hafiz membawa Nadia untuk pindah bersamanya kerumah orang tuanya. Nadia langsung menolak dengan keras. "Gak mau! aku mau tetap tinggal disini sama mama dan papa! mereka juga tidak akan mengizinkan aku pergi dari sini!! " "Siapa bilang mama dan papa akan menahanmu disini? justru kami senang kamu bisa pindah, " ucap mamanya. "Mama! kok mama ngomong begitu sih?! mama gak sayang ya sama Nadia?! " rajuk Nadia sambil menghentakkan kakinya kesal. "Kamu kan sudah menjadi seorang istri, jadi sudah sepatutnya kamu ikut pindah bersama suamimu. " giliran papanya yang berbicara. "Papa! kok papa juga pengen aku cepet-cepet pindah sih?! apa aku ini cuma anak pungut makanya kalian mau membuangku?! " tanya Nadia dengan mata berkaca-kaca karena dia tidak mau berpisah dengan orang tuanya. "Iya emang kamu anak pungut. Kamu itu dipungut oleh mama di kolong jembatan hehe," goda kak Andre sambil merangkul bahunya. Nadia mendorong kakaknya, "Apaan sih sana pergi! mama papa, aku nggak mau pindah pokoknya nggak mau!! " "Nadia jangan merengek seperti anak kecil, mulai sekarang kamu harus tinggal bareng suami kamu. Nanti kamu bisa tetap main kesini kok, " bujuk mamanya. "Tapi ma.. " belum sempat Nadia bicara mamanya langsung menyelanya. "Kamu sekarang bukan tanggung jawab mama dan papa lagi. Kamu itu tanggung jawabnya Ustadz Hafiz. " Nadia tidak bisa menolak lagi, dia seperti terusir dari rumahnya sendiri. Apa tidak ada seorangpun yang sayang padanya di rumah ini? sesenang itu mereka sampai ingin melihatnya pergi? "Baiklah aku akan pergi biar kalian puas!!" Nadia lebih dulu keluar dari rumahnya tanpa mengucapkan salam. Ustadz Hafiz hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Nadia. "Ustadz Hafiz tolong jaga Nadia ya. Kami percayakan dia padamu mulai saat ini. Kami percaya bahwa kejadian kemarin hanyalah sebuah fitnah. Namun kami memang menginginkan Ustadz Hafiz menjadi menantu kami. Nadia adalah anak yang pembangkang, keras kepala, semaunya, dan egois. Kami harap Ustadz bisa bersabar menghadapinya ya, " ucap Azizah dengan penuh harap. Semoga saja dengan pernikahan ini Nadia bisa berubah. "Iya bu insyaallah saya akan menjaga dan mendidiknya dengan baik. Maafkan sikap tidak sopannya. Lain kali saya akan menegurnya, " balas Ustadz Hafiz. "Kami yang salah karena selama ini kami terlalu sibuk bekerja sehingga kurang memperhatikannya. " ucap Bagas menyesal karena selama ini dia tidak bisa menjadi orang tua yang baik untuk Nadia. "Sudah tidak apa-apa, yang sudah terjadi tidak perlu disesali lagi. Saya pastikan Nadia akan berubah dan menjadi anak yang penurut. Kalau begitu saya pamit dulu ya pak, bu, Andre.. Assalamualaikum, " Ustadz Hafiz bersalaman dengan mereka sebelum dia pergi memboyong Nadia ke rumahnya. "Iya walaikum salam hati-hati ya di jalan, " mereka mengantarkan Ustadz Hafiz sampai di halaman rumah. Ustadz Hafiz masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudinya. Sebelum mengendarai mobil, dia kembali berpamitan, " Kami jalan dulu ya. " "Iya Ustadz Hafiz, kalau sudah sampai kasih kabar ke kami ya, " pesan Azizah. "Iya bu, " sahut Ustadz Hafiz seraya tersenyum. Nadia tidak peduli dengan apa yang mereka bicarakan dan fokus memainkan ponselnya. Setelah mobilnya melaju agak jauh barulah Ustadz Hafiz menegurnya. "Kamu tidak boleh bersikap seperti itu, mereka kan orang tua kamu. Kamu tidak akan pernah ada jika mereka tidak melahirkan kamu dan membesarkanmu. " "Pak Ustadz jangan ceramah disini ya, aku lagi gak mau denger ceramah apapun! " Nadia terlihat kesal sekali, mood nya sedang buruk tapi Ustadz Hafiz malah menceramahinya. "Mereka sayang kok sama kamu. Tapi kamu bukan anak kecil lagi. Mulai saat ini kami harus belajar untuk hidup mandiri." "Sudah gak usah ngomong lagi! aku lagi bete tau pas Ustadz! bisa gak sih ngerti kali ini aja!! " Nadia membuang wajahnya ke arah jendela sambil memejamkan matanya. Mendengarkan perkataan Ustadz Hafiz membuatnya semakin badmood saja. Tak terasa mobil mereka berhenti di sebuah rumah mewah. Nadia terbangun dan membuka matanya. Ustadz Hafiz dan Nadia turun bersama-sama dari mobil. Nadia tidak berniat membantu Ustadz Hafiz untuk menurunkan kopernya. Jadi Ustadz Hafiz menurunkannya sendirian. "Ayo masuk, " ajak Ustadz Hafiz sambil mendorong dua koper dan memegang satu tas milik Nadia. Dengan malas Nadia mengikuti langkahnya dari belakang. "Assalamualaikum, " ucap pak Ustadz Hafiz saat memasuki rumahnya. "Walaupun salam, " jawab seorang wanita tua berumur 50 tahunan dengan berhijab panjang dan gamis syar'i. Sepertinya itu adalah mamanya Ustadz Hafiz. "Umi kenalkan ini istrinya Hafiz umi, namanya Nadia. " ucap Ustadz Hafiz memperkenalkan Nadia pada uminya. Umi Ainun melihat Nadia dari atas sampai bawah dengan tatapan tidak suka. Nadia terlihat seperti cewek yang gak bener di matanya. Ustadz Hafiz menyenggol tangan Nadia, " Ayo salim sama Umi. " Nadia menghampiri Umi dan mencium tangannya lalu dia kembali mundur dan berdiri di samping Ustadz Hafiz. Di waktu yang bersamaan seorang wanita cantik berhijab panjang berumur sekitar 25 tahun turun dari tangga sambil menuntun tangan seorang bocah perempuan berusia 5 tahun. "Abi Hafiz!! " bocah perempuan itu berlarian ke arah Ustadz Hafiz dan memeluknya. "Aira sayang, papa kangen Aira, " Ustadz Hafiz menggendongnya dan mencium pipi gembulnya. Nadia sempat bingung dan bertanya-tanya di dalam hatinya. Apakah Ustadz Hafiz sudah memiliki seorang istri dan anak? kenapa Ustadz Hafiz tidak pernah bilang sebelumnya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN