Menggoda Pak Ustadz
"Siapa yang berani menggoda Ustadz Hafiz maka akan mendapatkan mobil terbaru milikku!! " tantang Clarissa pada ketiga temannya yakni Nadia, Wulan, dan Ratih.
Ide gila itu tiba-tiba terlintas di otaknya. Dia dan teman-temannya memang suka bertaruh dengan imbalan. Tapi kali ini imbalannya sangat besar yakni mobil barunya yang dibelikan oleh papanya bulan kemarin.
"Kamu sudah gila Clarissa? dia itu Ustadz loh. Mana mungkin dia tergoda dengan kita bertiga. Aku tidak mau ikutan, " Wulan langsung menolaknya. Tantangan ini jelas sulit. Dia tidak akan bisa memenangkannya.
Mereka baru saja selesai mengikuti kajian ceramah di sebuah hotel. Penceramahnya adalah Ustadz Hafiz Al-Bukhari. Perawakannya tampan, tinggi, dan memiliki jambang di wajahnya mirip seperti orang Arab. Wanita manapun yang melihatnya pasti akan tergila-gila dan memujinya.
"Iya aku juga nggak mau ahk takut nanti kena azab gimana? walaupun nakal begini aku gak mau ngerjain Ustadz," Ratih juga menolak mengikuti rencana gilanya Clarissa karena takut kualat dan langsung diazab oleh Allah.
"Alah kalian semua pada penakut, aku mau melakukannya! " ucap Nadia berani menerima tantangan ini. Dia hanya berusaha untuk menggodanya saja kan? itu bukan sesuatu yang berat untuk dilakukan.
Wulan dan Ratih menatapnya tak percaya. Nadia adalah orang yang pantang menyerah kalau sudah menginginkan sesuatu.
Nadia Khairunisa adalah gadis 18 tahun yang sangat cantik, berkulit putih, wajahnya mungil, dan tingginya hanya 150cm. Orang tuanya sangat kaya raya dan Nadia adalah anak paling bungsu dari tiga bersaudara. Tapi dia adalah anak yang paling nakal, bandel, suka melawan, dan membangkang. Orang tuanya sampai pusing tujuh keliling mengurusnya.
Dia bersahabat dengan Clarissa, Wulan, dan Ratih sejak kelas 1 SMA. Biasanya mereka ini suka clubbing dan party, namun hari ini mamanya memaksanya untuk ikut kajian ceramah Ustadz Hafiz agar sikapnya berubah. Tapi bukannya mendengarkan ceramah dia malah asyik nonton drakor di hapenya sepanjang kajian ceramah berlangsung.
"Baiklah kalau begitu temui Ustadz Hafiz di kamarnya nomor 307 lantai 5 dan cium dia. Jika kamu berhasil maka kamu akan mendapatkan mobil milikku, " ucap Clarissa sambil menggoyangkan kunci mobilnya di depan Nadia.
"Oke aku akan melakukannya sekarang juga, " Nadia langsung menyamar sebagai house keeping hotel dengan membawa peralatan bersih-bersih yang sudah dia ambil secara diam-diam. Sementara Clarissa dan yang lainnya memantau dari kejauhan.
Tok tok tok
Nadia mengetuk pintu kamarnya pak Ustadz Hafiz. Tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka lebar. Nadia sempat terpanah saat melihat ketampanan Ustadz Hafiz yang sedang berdiri di depannya. Wajahnya seolah-olah memancarkan cahaya. Saat ceramah tadi Nadia tidak terlalu memperhatikannya.Ternyata Ustadz Hafiz benar-benar sangat tampan jika dilihat dari dekat dan bertubuh tinggi. Kepalanya hanya sebatas d**a Ustadz Hafiz. Apalagi aroma parfumnya begitu harum dan menenangkan.
"Maaf kamu siapa ya? " tanya Ustadz Hafiz membuat lamunannya tersadar.
"Sa.. saya adalah house keeping yang bertugas untuk membersihkan kamarnya pak Ustadz, " jawab Nadia mendadak gugup dan takut.
"House keeping? " kening Ustadz Hafiz berkerut heran saat melihat penampilan Nadia yang tidak seperti house keeping kebanyakan di hotel ini. Namun dia tetap mempersilahkannya masuk ke dalam kamarnya tanpa rasa curiga.
Setelah Nadia berhasil masuk ke dalam kamarnya, dia memberanikan diri untuk mencium pipinya Ustadz Hafiz. Sontak Ustadz Hafiz langsung mendorongnya.
"Astaghfirullah apa yang kamu lakukan?!" tanyanya terkejut dan marah.
Wajah Nadia memucat, dia sudah berbuat sampai sejauh ini demi mendapatkan mobilnya Clarissa dan tidak akan mundur lagi.
BRAKK
Pintu kamarnya dibuka oleh seseorang dari luar. Pak Kiai Abdul dan petugas hotel membuka paksa pintu kamarnya setelah mendapatkan aduan dari seseorang kalau Ustadz Hafiz berduaan dengan seorang wanita di dalam kamarnya. Ternyata itu memang benar. Mata pak Kiai Abdul melotot marah saat melihat bekas lipstik di pipinya Ustadz Hafiz.
"Hafiz apa yang sudah kamu lakukan?! apa kamu berzina dengan gadis ini?! " tanya pak Kiai Abdul murka. Ustadz Hafiz adalah anaknya. Wajar saja jika dia menjadi semarah ini.
"Abi ini hanya salah paham, gadis ini yang duluan.... " belum sempat Ustadz Hafiz membela dirinya, Kiai Abdul sudah lebih dulu memotong omongannya.
"Jangan berusaha menyangkal Hafiz!! Abi benar-benar kecewa sama kamu. Kamu itu seorang Ustadz! seharusnya kamu bisa menjaga dirimu dari zina! Kamu sudah berbuat dosa dengan gadis ini. Sebaiknya kalian cepat-cepat menikah sebelum berita ini menyebar!! "
"Aku tidak mau menikah dengannya Abi, ini benar-benar hanyalah salah paham saja. Dia adalah house keeping di hotel ini dan bertugas untuk membersihkan kamarku, " bantah Ustadz Hafiz.
"Maaf dia bukan house keeping di hotel kami pak Ustadz, " ucap petugas hotel membantu meluruskan.
"Apa?! " Ustadz benar-benar terkejut saat mendengarnya. Pantas saja baju yang dikenakan gadis itu tidak seperti baju house keeping di hotel ini.
Pak Kiai Abdul sudah kehilangan kesabaran, " Hari ini juga kamu akan aku nikahkan dengan gadis ini Ustadz Hafiz. Dan kamu siapa namamu? " tanya pak Kiai Abdul pada Nadia.
"Nama saya Nadia pak. Maafkan saya sebelumnya, jangan nikahkan kami karena saya melakukan hal ini demi mendapatkan taruhan. Saya tidak mau menikah dengan pak Ustadz Hafiz. Umur saya masih muda dan masa depan saya masih panjang pak Kiai. " Nadia juga menolak pernikahan ini. Dia hanya ingin mendapatkan taruhan mobil bukannya malah menikah dengan Ustadz Hafiz.
"Saya tidak ingin mendengar alasan! kalian sudah melakukan zina! buktinya sudah jelas di pipinya Hafiz. Sekarang kamu hubungi orang tuamu. Hari ini juga kalian akan menikah! " perintah pak Kiai tanpa bisa diganggu gugat.
Nadia kalang kabut saat akan dinikahkan dengan pak Ustadz Hafiz. Bukannya malah dapat mobil tapi malah mau dikawinin, "Pak Kiai jangan nikahkan saya dengan Ustadz Hafiz! Saya benar-benar berkata jujur kalau saya dan Ustadz Hafiz tidak melakukan zina. Saya murni melakukan hal ini demi taruhan semata. Jika pak kiai merasa ragu maka saya akan memanggil teman-teman saya untuk membuktikan kalau perkataan saya memang benar."
Nadia menemui teman-temannya lalu membawa mereka untuk menemui pak Kiai, Ustadz Hafiz dan petugas hotel untuk meluruskan masalah ini.
"Clarissa katakan bahwa ini hanyalah taruhan kita saja. Katakan pada mereka, " pinta Nadia memohon.
"Apa yang kamu bicarakan Nadia? aku tidak mengerti taruhan apa yang kamu maksud? kamu tiba-tiba menghilang begitu saja dan menuduh aku sebagai kambing hitamnya. Akui saja kesalahanmu Nadia jangan malah menyalahkan kami, " ucap Clarissa berpura-pura tidak tau seakan-akan dia adalah korban fitnah nya Nadia.
Mata Nadia terbelalak mendengar perkataan Clarissa. Kenapa Clarissa berbohong? apa jangan-jangan Clarissa memang sejak awal ingin menjebaknya saja?
"Kenapa kamu bicara seperti itu Clarissa?! kenapa kamu memfitnahku?! Wulan, Ratih! katakan sesuatu. Kenapa kalian hanya diam saja? " tanya Nadia pada mereka.
Wulan dan Ratih hanya diam sambil menundukkan kepala mereka berdua. Nadia merasa curiga kalau teman-temannya memang bermaksud untuk menjebaknya.
"Nadia teganya kamu mengkambinghitamkan kami bertiga? bukannya kamu bilang kamu naksir dengan Ustadz Hafiz? " tuduh Clarissa.
Nadia menggelengkan kepalanya dengan mata berkaca-kaca. Wulan dan Ratih sama sekali tidak mau bicara yang sebenarnya. Kalau begini dia akan dinikahkan dengan Ustadz Hafiz.
"Sudah kalian jangan ribut! dan kamu hari ini juga akan saya nikahkan dengan Ustadz Hafiz! antar kami ke rumah orang tuamu sekarang! " tegas pak Kiai Abdul.
Nadia tidak bisa menghindar lagi dari situasi ini. Dia menatap Clarissa dengan penuh kebencian. Tunggu saja setelah ini dia akan membalas perbuatannya!