Banyak Luka Di Tubuh Cyril

1078 Kata
Denzel membawa Cyril dengan hati-hati ke dalam mansion, terlihat khawatir karena luka di kaki Cyril itu yang belum terungkap sebelumnya. Mereka berdua memasuki ruang tamu yang elegan, di mana Lea dan Julian juga mengikutinya dari belakang dengan kekhawatiran yang sama. "Mom, kita harus segera memeriksa lukanya, jadi panggilkan dokter sekarang," kata Denzel serius, yang masih membawa Cyril me kamar tamu. Lea mengangguk setuju dan segera memanggil dokter keluarga Klan Kingsford. Ruangan dipenuhi ketegangan saat mereka menanti kedatangan sang dokter. Lima adik Denzel yang ada di ruang tengah tampak melihat ke arah sang kakak yang memanggul Cyril ke dalam kamar. "Ada apa lagi?" tanya Garyan. "Sudah lama keluarga kita tak seheboh ini. Aku suka keributan," jawab Lilyan sambil memakan buah apelnya. Beberapa saat kemudian, dokter pun datang dan memasuki ruangan kamar tamu dengan penuh dedikasi. "Apa yang terjadi?" tanyanya sambil menatap luka di kaki Cyril. "Hanya dia yang tahu," jawab Denzel dan dokter melihat dengan cermat memeriksa luka tersebut. Wajahnya serius saat menyampaikan diagnosa. "Luka ini cukup dalam, akan serius jika dibiarkan. Akan memerlukan beberapa jahitan, dan aku akan memberikan obat untuk mencegah infeksi. Namun, perlu pemulihan yang baik," ujar dokter. Lea tampak masih gelisah mendengar kabar itu, dan khawatir melihat Cyril harus menjalani proses pemulihan. Denzel yang duduk di samping Cyril melihat ke arah luka goresan dalam itu. "Kami akan membantu dalam penyembuhan lukamu, Cyril. Dan mau tak mau kau harus ditinggal di sini," kata Lea. Lalu dokter mulai mengobati luka Cyril setelah menyiapkan peralatannya karena sebelumnya, Lea sudah mengatakan kondisi luka Cyril pada dokter. "Ini tebasan dari pisau lipat, kan?" tanya dokter pada Cyril. Cyril tak menjawab dan hanya memalingkan wajahnya ke arah jendela yang terbuka di sampingnya. "Dari mana kau mendapat luka ini?" tanya Denzel yang masih ada di samping Cyril. Cyril tetap tak menjawab apa pun dan diam seribu bahasa. "Cyril, bisakah kau memberitahu kami apa yang terjadi? Please," mohon Lea akhirnya. Cyril menoleh pada Lea lalu menggeleng dengan mulut yang masih terkatup. "Tak perlu memaksanya jika Cyril tak ingin mengatakannya," kata Julian. Dokter itu masih berkutat menangani luka Cyril. "Gunting celananya, Denzel," kata Dokter. "Hmm," sahut Denzel dan menggunting celana itu sampai selutut. Namun ketika Denzel melihat kaki Cyril, sebaris tato panjang yang menghiasi kaki Cyril dari paha samping sampai betisnya. Denzel menautkan alisnya melihat pemandangan itu. Sedangkan Cyril tampak tak peduli dan masih melihat ke arah jendela seakan sedang memikirkan sesuatu. "Bisakah kalian keluar?" kata Cyril pada Denzel dan kedua orang tuanya. "Baiklah, kami akan keluar agar kau merasa lebih nyaman," kata Lea. Lalu mereka bertiga keluar dari kamar tamu dan membiarkan Cyril dengan dokter paruh baya itu. Cyril melihat ke arah pintu yang kini sudah tertutup. Lalu Cyril membuka hoodie abu-abu lusuhnya itu. Dokter melihat ke arah Cyril. "Setelah selesai, obati punggung dan bahuku juga. Tak perlu mengatakan hal ini pada mereka,," kata Cyril. Dokter itu kembali menjahit luka di kaki Cyril. "Kau anggota geng?" tanya Dokter itu. "Dokter, apakah aku boleh merokok?" tanya Cyril tanpa menjawab pertanyaan Dokter. "Tak boleh. Aku benci asap rokok," jawab dokter berambut putih itu. "Bagaimana dengan wine?" tanya Cyril yang sebenarnya sedang menahan rasa sakitnya. "Hmm, minumlah jika kau memang punya," jawab dokter. Cyril mencari tas ranselnya dan dia baru ingat bahwa tadi tas nya terjatuh di halaman depan. "Damn!” Umpatnya berbisik dan menghela nafasnya dengan pasrah. Setengah jam kemudian, luka di kakinya sudah dijahit oleh dokter. Setelah itu, Cyril pun membalikkan tubuhnya dan membuka kaos birunya yang di bagian belakangnya terlihat bekas darah. "Oh my God ... Kau baru berperang di mana?" ucap dokter itu sambil menggelengkan kepalanya melihat luka di punggung dan bahu Cyril. "Ayahku memiliki hutang dengan salah satu pejahat di kotaku. Dan aku melawan para penjahat itu. Aku hebat, bukan?" kata Cyril. "Seharusnya kau mengatakan ini pada keluarga Kingsford. Semua masalahmu akan selesai," jawab dokter dan mulai membersihkan luka di punggung Cyril. Cyril tak menjawab apa pun karena ada sesuatu yang sudah direncanakannya nanti. "Aarrrhh!!! s**t!!!" teriak Cyril ketika Dokter mencabut sisa pecahan kaca yang masih tersisa di punggung Cyril. "Sorry, aku lupa memperingatkanmu," jawab Dokter itu dengan santai dan masih membersihkan luka itu. "Itu sangat sakit, Dokter," sahut Cyril yang matanya tampak berkaca-kaca karena rasa sakitnya sudah tak tertahan lagi. "Setidaknya kau sudah mengumpat padaku tadi," jawab Dokter. Cyril meremas sprei yang didudukinya dan menutup matanya untuk menahan rasa sakit itu. "Tato yang bagus, di mana kau membuatnya? Di kelompok Yakuza Jepang?" tanya dokter ketika melihat punggung Cyril yang cukup banyak tato dan agar Cyril lebih rileks. "Bisakah memberiku suntikan penahan rasa sakit?" tanya Cyril. "Sudah baru saja, dan beberapa menit lagi baru akan bereaksi.” Dokter itu masih membersihkan luka Cyril. CEKLEK Tiba-tiba pintu terbuka. “Semua baik-baik saja?” tanya Denzel yang tadi mendengar teriakan Cyril yang cukup keras. “Tidak, ternyata tak hanya satu luka yang harus kutangani, Denzel,” sahut dokter itu. “Dokter! Kau sangat tak bisa dipercaya,” kata Cyril kesal sambil masih menahan sakitnya. Denzel masuk ke dalam kamar dan dia cukup terkejut dengan apa yang ada di punggung Cyril. “Apa yang sebenarnya terjadi, Cyril?” tanya Denzel serius. “s**t!! Dokter, itu sakit,” umpat Cyril lagi sambil memegang kepalanya yang kini terasa migrain. “Bisakah kau memberiku wine, Denzel?” ucap Cyril pada Denzel yang kini ada di belakang dokter. “Tak boleh, aku sudah menyuntikmu pereda nyeri,” sahut Dokter. “Tapi ini sangat sakit,” kata Cyril. Denzel berjalan maju ke depan Cyril. Cyril menutupi dadanya dengan hoodie lusuhnya dan sedikit membungkuk untuk menahan rasa sakit yang dirasakannya. “Mengapa kau tak ke rumah sakit sebelum ini? Luka di punggungku hampir saja infeksi,” kata dokter. “Cyril, apakah kau terkena masalah sebelum kemari?” Denzel masih penasaran apa yang terjadi pada Cyril. “Just shut up, Denzel!!” bentak Cyril karena dia sedang tak ingin beramah tamah saat ini akibat sakit di punggungnya. Denzel akhirnya diam dan masih duduk di depan Cyril. Hingga beberapa menit, reaksi suntikan itu mulai terasa dan luka itu tak perlu dijahit karena tak terlali dalam, namun banyak pecahan kaca kecil di lukanya. “Aku dijual oleh ayahku sebelum dia mati dan aku memberontak,” kata Cyril akhirnya ketika dirinya sudah lumayan tenang. Ya, Cyril berbohong, karena bukan itu alasan sebenarnya. “Karena hutang?” tanya Dokter. “Hmm,” sahut Cyril. Denzel mengerutkan keningnya dan menatap wajah Cyril yang masih terdapat gurat kesakitan di sana. “Jangan bertanya secara detail karena ayahku sudah mati dan aku tak mau membicarakannya,” lanjut Cyril.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN