Gazebo

1001 Kata
Widi harus bangun sangat pagi karena itu sudah menjadi peraturan yang selama ini diatur oleh istri pertama suaminya. Widi sebenarnya sangat malas bahkan untuk beranjak dari ranjang saja ia harus berpikir ratusan kali karena masih sangat mengantuk, ia tidak memikirkan suaminya yang sedang ke luar kota, ia tidak pernah menanyakannya, bahkan untuk sekedar bertanya kapan dia pulang. Sementara tiga istrinya itu sudah gelisah dan terus bertanya-tanya kapan suami mereka pulang. Ini bukan sesuatu yang Widi inginkan, ini hanya sesuatu yang Widi harus lakukan demi hidup keluarganya meskipun ia harus mengalah untuk menjadi istri ke-empat dari seorang pria yang usianya cukup muda. Widi melangkah bersama Ida, asistennya. Ia enggan sarapan bersama ketiga istri suaminya karena ia tidak mau mendengarkan perkataan mereka yang sok senior di rumah ini. Widi tahu bahwa ia orang baru, Widi juga tahu jika ia adalah istri ke-4. Widi duduk di area taman yang agak jauh dari rumah utama, ada berapa paviliun di rumah ini dan tidak ada yang menempati, Widi baru menginjakkan kakinya ke taman ini, ia tidak pernah tahu taman belakang akan seluas dan sejauh ini dari rumah utama. Widi duduk seraya melihat kolam ikan di depannya sementara Ida sang asisten berdiri di sampingnya, Widi mendongak dan berkata, "Ida, kamu duduk di sini aja temenin aku." "Saya tidak berani, Miss, saya tidak bisa sejajar dengan Miss," jawab Ida. "Tidak sejajar? Maksudnya gimana?" "Karena Miss adalah majikan saya," jawab Ida. "Dan, Tuan Muda pasti akan sangat marah kalau tahu saya duduk disebelah Anda." "Di sini hanya ada kita berdua, jadi kamu tidak perlu khawatir, duduk saja dan menjadi temanku, karena di rumah ini. Aku hanya mengenalmu dan dekat dengan kamu, jadi siapa lagi yang akan aku ajak berteman jika bukan kamu?" "Jika Miss membutuhkan sesuatu katakan saja, tapi saya mohon maaf karena saya tidak bisa duduk sejajar dengan majikan saya." Ida tetap saja menolak. "Ya sudah terserah kamu." Widi tak mau memaksa lagi. Ida tidak berkata apapun lagi, karena ia sudah mengecewakan Widi yang ingin ia duduk di sebelahnya dan bercerita. "Ternyata di rumah ini ada taman bunga yang begitu luas dan besar seperti ini. Indah lagi," kata Widi. "Taman ini dirawat dengan sangat baik dan memiliki pekerja yang secara khusus menjaga Taman ini. Taman ini adalah tempat yang sangat nyaman untuk menjauh dari kebisingan," sambung Ida "Dan, Tuan Muda juga suka sekali berada di sini setiap weekend. Tuan Muda pasti akan duduk di sini seraya membaca koran, ada juga gazebo di sebelah sana, biasanya Tuan makan siang bahkan makan malam di sana sendiri tanpa istri-istrinya." "Kamu tahu alasan tuanmu itu menikah sampai 4 kali?" tanya Widi. "Maaf, Miss, saya tidak tahu." "Soalnya aku baru melihat seorang pria menikah sampai 4 kali." Widi menggeleng. "Banyak kok, Miss. Apalagi di kota ini," kata Ida. "Tapi yang tidak membuatku menyangka itu adalah aku menjadi istri ke-4, kalau bukan karena hutang Budi orang tuaku, aku tidak akan mungkin menikah dengan seorang pria yang tidak akan pernah menghargai seorang wanita. Jika seorang pria menghargai seorang wanita dan mencintainya, ia pasti hanya akan menikah hanya sekali dan pada satu wanita." "Apakah Miss begitu penasaran pada alasan Tuan Muda yang menikah hingga 4 kali? Bagaimana jika pernikahan yang terjadi sampai 4 kali itu bukan seperti yang Miss pikirkan?" "Maksudnya?" "Usia Tuan Muda masih sangat muda, jika dibandingkan dengan memiliki istri sampai 4, bagaimana jika tuan muda sebenarnya melakukan itu karena sebuah tuntutan keluarga atau mungkin untuk menolong orang-orang?" "Memangnya alasannya seperti itu sehingga tuan muda menikah sampai 4 kali atau jangan-jangan nanti akan aja istri ke-lima, ke-enam, hingga seterusnya?" "Meskipun Tuan Muda menikah hingga 4 kali tapi Tuan Muda tidak pernah terusik oleh salah satu istri beliau, bahkan Tuan Muda lebih nyaman tidur sendiri dibandingkan tidur dengan istri-istrinya, meskipun sudah ada jadwal yang diatur setiap malam tapi Tuan Muda lebih menyukai kesendirian, itu artinya Tuan Muda memang belum menyukai atau tidak menyukai salah satu istri." "Sepertinya kamu tahu segala hal tentang Tuanmu itu." "Saya hanya menilai seperti apa yang saya lihat selama ini dan mohon maaf jika saya bercerita seperti ini. Seharusnya saya tidak menceritakan tentang majikan saya," geleng Ida. "Kamu bercerita tentang majikan kamu kepada majikan kamu juga dan majikan kamu itu adalah suami dari majikan kamu juga." Ida tersenyum dan menganggukkan kepala. "Apakah Miss membutuhkan sesuatu?" "Kamu siapkan sarapan dan bawa ke gazebo itu, saya juga akan sarapan di sana." Widi menunjuk dua gazebo dan salah satunya akan menjadi tempatnya untuk sarapan ikut dengan suaminya. Ida menganggukkan kepala dan melangkah pergi meninggalkan Widi yang masih duduk dan menikmati pemandangan indah didepannya. Widi merasa bisa hidup lebih lama di rumah ini ketika ia duduk di sini dan memandangi pemandangan indah didepannya. Ada kolam ikan, ada bunga melati, buka tulip, buka mawar beberapa warna, sungguh ini adalah surga di akhirat. Widi merasa sedang berada di taman surga. Tak lama kemudian, Ida datang dan berkata, "Miss, makanan Anda sudah siap di gazebo," kata Ida. "Okay." Widi lalu bangkit dari duduknya dan melangkah pergi menuju gazebo dimana semua makanannya sudah siap di persiapkan di atas sana. Widi menoleh melihat Ida dan berkata, "Apa yang akan aku lakukan di sini, Ida? Kamu seperti mau membuatku makan siang atau makan malam. Makanan sarapan ini terlalu banyak." "Seperti ini lah biasanya kami menyiapkan sarapan, Miss," jawab Ida. "Astaga. Ini aku, Ida. Bukan siapa-siapa, jadi siapkan seadanya saja. Bahkan makanan di sini gak ada yang aku sukai. Aku lebih suka ikan asin dan sayur asem. Bukan seperti ini." "Miss, kami menyiapkan menu sarapan itu berbeda-beda, jadi Anda harus menerimanya, Tuan muda tidak suka dengan bau ikan asin, jadi beliau tidak akan pernah bisa menerima siapa pun untuk makan itu di sini," jawab Ida membuat Widi tertawa kecil dan menggelengkan kepala. "Duh. Tuanmu benar-benar ya, kayak gak tahu saja kalau ikan asin itu enak banget loh." "Benar. Enak banget, Miss," kata Ida membuat Widi tersenyum dan menganggukkan kepala. "Padahal enak. Dan, semua orang pasti suka," kata Widi seraya naik ke gazebo dan dua wanita yang mengenakan seragam maid langsung melayaninya dengan baik. Begitu lah sikap mereka semua kepada istri-istri majikan mereka.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN