Widi masuk ke ruang makan dimana semua istri-istri dan Adan sudah duduk di kursi masing-masing dan seperti biasa ada kursi kosong yang di persiapkan untuknya. Widi menggeleng dan menoleh sesaat melihat Adan yang menatapnya genit. Widi tak tahu bagaimana bisa terlepas dari masalah ini.
Menjadi istri ke 4 dari pria tampan itu sungguh mimpi buruk baginya. Bukan ketampanan yang Widi butuhkan, namun seharusnya ia menjadi istri satu-satunya.
Widi duduk di hadapan semua orang dan menoleh sesaat melihat Adan lagi yang masih menatapnya genit.
“Kami semua menunggumu untuk sarapan. Apa kamu tidak bisa cepat sedikit? Rumah ini memiliki aturan loh. Kamu harus bangun setidaknya pukul 6 dan bersiap-siap, lalu jam 7.30 untuk sarapan.” Juliana menatap kesal Widi yang sudah mengambil posisi duduknya itu. Harga dirinya sebagai istri pertama malah terinjak-injak hanya karena hadirnya orang baru di antara mereka.
Mimpi buruk bagi Juliana juga karena suaminya itu terus menikah.
“Maaf,” ucap Widi.
“Maaf saja tidak akan membuat perut kami kenyang,” geleng Kelly.
“Sudah. Kalian tidak usah ribut. Saya mau sarapan,” kata Adan menghentikan perdebatan istri-istrinya itu.
Mereka berlima lalu sarapan bersama, sementara asisten-asisten mereka sudah berdiri di belakang mereka. Karena mereka memiliki tugas satu persatu untuk melayani majikan mereka. Satu asisten mengurus satu istri Adan, istrinya ada 4, jadi asisten istrinya ada 4, lain dengan asistennya sendiri.
“Sayang, kamu pulang cepat kan hari ini?” tanya Juliana pada Adan yang saat ini mengunyah makanannya.
“Hem? Sayang? Kamu panggil saya dengan sebutan ‘Sayang’?”
“Maksud saya … Tuan Muda.”
“Saya mau pulang cepat atau tidak, saya tidak perlu memberitahu kalian.”
“Paling mau cari istri ke 5 lagi,” gumam Widi, membuat Adan menoleh dan melihatnya, Adan tentu mendengar apa yang di katakan Widi, karena Widi duduk paling dekat dengannya. Posisi duduk itu awalnya dimiliki oleh Juliana.
Adan tersenyum dan sesaat memalingkan wajahnya, ia tidak mau jika senyumannya itu di sadari oleh ke empat istrinya. Adan mendesah napas halus dan kembali fokus melihat istri-istrinya.
“Saya akan ke luar kota hari ini, sepertinya saya kembali dua hari lagi,” kata Adan masih fokus dengan makanannya.
“Tuan Muda tidak mengajak kami ke luar kota?” tanya Kelly.
“Untuk apa? Ini urusan pekerjaan.”
Semuanya terdiam, Widi melihat istri-istri Adan yang lainnya terlihat menundukkan kepala setelah Adan mengatakan bahwa untuk apa mereka ikut. Widi menggelengkan kepala, Widi merasa bahwa Adan memang lebih baik pergi dari sini, agar ia bebas untuk melakukan apa saja.
Juliana melihat Widi yang saat ini tidak perduli pada Adan dan tidak tertarik untuk ikut seperti mereka bertiga.
Yang menjadi pertanyaan di kepala Widi adalah … mengapa seorang pria yang usianya 31 tahun telah memiliki empat istri? Apa yang sebenarnya Adan cari?
"Selama saya keluar kota, saya harap tidak ada yang bertengkar dan saya juga harap kalian damai," kata Adan membuat ke empat istrinya itu mengangguk dan mengiyakan.
"Baik, Tuan Muda," jawab ketiga istrinya, sementara Widi diam saja dan tidak mengiyakan.
"Oh iya kalian harus bersikap sebaik mungkin agar saya bisa menilai dan memilih diantara kalian yang akan ikut saya ke acara makan malam keluarga besar yang setiap bulan dilaksanakan, saya tidak mau membawa keempat istri saya sekaligus, jadi salah satu dari kalian akan menemani saya ke acara tersebut, siapapun yang terpilih itu artinya dia pantas dan yang tidak terpilih jangan berkecil hati karena akan ada kesempatan lain."
"Seperti sedang audisi aja, semoga saja bukan aku yang terpilih," gumam Widi yang jelas didengar oleh suaminya. Adan hanya tersenyum-senyum dan tidak menanggapi. Karena ia tahu sendiri bagaimana sikap istrinya itu setelah beberapa hari bersama.
Setelah sarapan bersama keempat istri Adan, mereka semua langsung mengantarkan suami mereka ke garasi, dimana semuanya sudah menunggunya.
Ketiga istrinya melambaikan tangan hingga suami mereka tidak lagi terlihat sementara Widi diam saja ia tidak menanggapi apapun yang dibicarakan di depan meja makan karena Widi tidak tertarik sama sekali.
Sepeninggalan Adan, ketiga istrinya lalu berbalik menatap Widi yang saat ini terheran-heran melihat tatapan mereka.
"Dasar carmuk," kata Kelly bersedekap didepan Widi.
"Carmuk? Aku?"
"Selain carmuk kamu juga tidak sopan dan selalu mengatakan sesuatu yang tidak enak didengar. Tuan Muda memang tidak melawan perkataanmu, tapi yang harus kamu tahu Tuan Muda itu tidak akan pernah terima jika seseorang menghinanya.
"Menghina dalam artian kata seperti apa?Aku tidak sedang menghina siapapun apalagi Tuan Muda Adan." Widi menggelengkan kepala karena merasa tuduhan istri-istri dari Adan benar-benar memfitnahnya.
"Sini kamu." Juliana menarik tangan Widi dan membawanya masuk ke rumah mereka yang mewah.
Widi merasa kesakitan dengan tarikan tangan Juliana yang membawanya ke ruang tengah. Widi menautkan alis melihat sikap Juliana yang begitu seolah ingin membunuhnya sekarang juga. Widi paham karena sebagai istri pertama sudah pasti memiliki hati yang begitu kuat tapi tidak akan menerima dengan senang hati jika suaminya berpoligami.
Istri mana yang akan menerima suaminya menikah lagi, jangankan tiga istri, satu saja sudah membuat sedih.
"Satu hal yang harus kamu ingat, jangan berusaha mencari perhatian Tuan Muda Adan. Jika kamu melakukannya kamu akan berurusan dengan kita bertiga. Dan, yang harus kamu tahu, bahwa aku adalah orang yang tidak hanya mengancam tapi bisa melakukan sesuatu seperti mafia pada umumnya." Perkataan Juliana terdengar seperti sebuah ancaman.
"Emangnya kenapa kalau aku mencari perhatian suamiku sendiri? Aku juga sama dengan kalian, aku juga istri dari Tuan Muda Adan, lalu apanya yang berbeda?" geleng Widi.
"Kamu itu masih junior di sini, kamu baru masuk ke rumah ini dan kamu tidak sopan," sambung Kelly. "Jadi, kamu harus menghargai kami sebagai senior kamu, karena kami ini adalah istri-istri yang sudah lebih dulu ada di sini, dibandingkan kamu. Sopan lah sedikit."
"Coba katakan, seperti apa aku tak sopan? Aku sudah sopan dan tak pernah mengusik kalian. Kalian jangan berlebihan dong, Adan itu juga suamiku, Adan—"
Plak.
Tamparan mengenai pipinya yang merah, sungguh tamparan yang diberikan Juliana itu sangat lah perih dan sakit. Sehingga wajah Widi merah padam karena menahan amarah.
"Itu tamparan karena kamu memanggil Tuan Muda Adan dengan sebutannya. Dan, satu hal yang harus kamu tahu, harusnya kamu memanggilnya dengan sebutan 'Tuan Muda'." Juliana menatap tajam ke arah Widi.
Plak.
"Ini tamparan untuk kamu yang tak sopan. Dan, tak menunjukkan sisi menyesalmu." Juliana melanjutkan sementara Kelly dan Lila terkejut melihatnya.
Bagaimana tanggapan Adan jika melihat Widi ditampar? Akankah Adan marah besar?