Aisshhh... Tubuhku pegal semua gara-gara tidur di sofa bed. Ah... dasar Ardigo! Punya apart sendiri malah numpang tidur disini! Aku merenggangkan otot-otot sendiku yang kaku, lalu berniat ke kamar untuk melihat keadaan Ardigo. Walaupun aku masih kesal dengannya, tapi di lain sisi aku masih memiliki sifat perhatian. Saat aku membuka handle pintu kamar, ternyata pria itu masih di dalam mimpi indahnya. "Bangun! Sudah pagi," teriakku di telinganya. Ardigo menggeliat, namun, matanya tetap masih terpejam. Aku menghela nafas, lalu aku berniat membuka tirai kamar, supaya cahaya matahari menerangi kamarku. Walaupun cahaya mentari pagi menyilaukan wajahnya, tetap saja dia masih memejamkan kedua matanya. Aku berdecak sebal, lalu menarik selimutku yang dipakainya. "Apaan sih, ganggu orang tidur saj