Chapter 8

1185 Kata
“??huuh??? Paman raja???” “Paman raja???” Airina menatap anaknya dengan dahi yang berkerut ketika seorang pemuda berpakaian rapih memanggil anaknya dengan kencang, dan sepertinya anaknya kenal dengan pria asing yang satu itu. Tapi apa katanya tadi?? Paman raja?? Dia?? Bukannya bermaksud menghakimi, namun gadis yang perempuan yang satu itu bahkan baru tahu jika seorang raja bisa berkeliaran tanpa menggunakan atribut kerajannya. Pria yang tengah menghampiri mereka itu benar benar terlihat sangat polos –tampilan- bak orang kantoran biasa dengan kemeja dan celana bahan hitam. Lagi pula, bagaimana bisa anaknya yang masih kelas satu sekolah dasar ini memiliki relasi dengan er.... seorang raja?? Tunggu dulu, jangan jangan dia penipu yang mencoba menculik anaknya dengan embel embel raja?? Oh tidak.. anaknya sangatlah polos. Dengan sigap, Airin langsung menarik pelan Aiden agar berdiri dibelakang tubuhnya, menatap takut juga bingung pada pria yang kini balik menatap dirinya dengan bingung. “Siapa kau??” tanya Airina dengan galak sembari tangan yang satunya lagi sudah siap dibalik tas kecilnya untuk mengambil stunt gun yang selalu ia bawa kemana mana. “mama mama” Aiden yang melihat reaksi ibunya mencoba menarik ujung bajunya untuk mendapatkan perhatian. “Tak apa, dia bukan orang jahat. Paman itu adalah raja” Airina yang merasa anaknya berhasil dikelabuhi oleh om om tidak jelas sedikit berjalan dari sana untuk mencari tempat yang lebih ramai –meskipun jelas jelas disana tak ada tempat yang sepi karena ini area pembelanjaan di hari minggu-, berjongkok sedikit agar level mata anaknya sepantaran dengannya dan mengelus pipinya pelan. “Anak kesayangan mama, jangan cepat percaya dengan orang asing ya?? Hmm?? Bisa saja itu penjahat atau penculik yang akan menculik Aiden dari mama. Aiden tidak mau kan kita berdua terpisah??” “Tidak” senyum di wajah Aiden luntur sedikit. “tapi paman tadi benar benar paman raja. Dia dan paman pengawal bahkan kesekolahanku saat itu” “Kapan?? Aiden tumben tidak bercerita kepada mama??” “hehehe.. Aiden lupa” kekehnya sembari menggaruk lehernya pelan. Claude yang sedari tadi diam diam menguping apa yang dibicarakan anak dan ibu itu tersenyum kecil mendengarnya. Ia berjalan pelan menghampiri yang sejujurnya malah membuat perempuan dua puluh tujuh tahun itu tersentak kaget. “mau apa kau??” galaknya. Masih galak bahkan setelah Aiden menjelaskan tadi. “Kurasa anakmu tadi sudah memberi tahu siapa aku??” Senyum Claude masih juga belum luntur, namun tak dapat menyamarkan kilatan tajam dari mata Airina. “Anakku pintar, namun polos. Kau masih mengguna guna dia kan?? Mengaku kau penculik” todongnya dengan kepalan tangan. Orang orang yang melewati mereka saling melirik dan berbisik bisik. Karena sejujurnya –dan jika Claude boleh kembali narsis- semua orang tetap akan mengenalinya meskipun ia tidak memakai atribut kerajaan. Dipikiran mereka, siapa wanita gila itu berani menodong yang mulia Claude sebagai penculik?? “Hm.. bagaimana caraku membuktikannya, ya??” Claude jadi bingung sendiri. “Jika kau masih tak percaya, kau boleh liat laman khusus mengenai anggota kerajaan. Wajahku terpampang jelas disana. Pun jika malas, aku bisa mencari wajahku di laman penelusuran biasa, wajahku akan muncul sepersekian deti ketika kau mencari kata kunci raja Aristides” Enggan langsung percaya, Airin benar benar membuka ponselnya dengan terus menggenggam erat Aiden dan memposisikan bocah tujuh tahun itu dibelakang tubuhnya. Ketika matanya bergulir menuju laman kerajaan yang dimaksud, barulah mata tajam itu sedikit melunak dan bingung harus menatap kemana. “Ah...” gumamnya “Sekarang kau percaya, kan??” “Y-ya terus, mau apa kau dengan anakku??” ucapnya gagu sedikit takut karena dikira tak sopan dengan orang nomor satu di negara mereka itu. “maksudku, mau apa yang mulia bertemu dengan anakku??” koreksinya lagi menjadi lebih sopan. Barusan, matanya tak sengaja bergulir menuju pria berambut hitam yang berdiri tak jauh dari mobil mewah dan terlihat jelas membawa sebuah senapan. Jika ini diera era zaman dulu, Airin berpikir mungkin pria itu akan membawa bawa pedang besar dan tajam. Hiii mengerikan sekali. “Aku... sejujurnya aku tak tahu ingin apa” ujar Claude yang juga kebingungan. “Aku pernah dua kali bertemu anakmu. Dan dalam pertemuan singkat itu, dia menarik perhatianku karena cerdas dan pemikiran luar biasanya. Jadi, ketika mataku tak sengaja menangkapnya tadi, aku refleks meminta supirku berhenti dan menuju kalian” jelasnya. “Aku minta maaf jika telah membuatmu terkejut. Kau ibunda dari Aiden, kan??” “Ya, aku ibunya” ujar Airin singkat dan tak membalas ucapan maaf dari pria itu. Lagi pula, ia belum bermaksud untuk memaafkan, kok. “kalau begitu, kami pamit pergi, yang mulia” ucapnya sebelum terburu buru angkat kaki dari sana, membuat Aiden juga kebingungan karena dikiranya sang ibu akan membiarkannya berbicara dengan paman raja. “Tunggu dulu!!” tidak, Claude tidak menahan tangan ibu satu anak itu. Dia masih menjunjung tinggi sopan santun dan tak akan menyentuh orang lain tanpa seizin si pemilik tubuh. “kalian akan kemana, boleh aku ikut??” jangan tanya mengapa pria dewasa satu itu bisa bersikap seclingy ini. Victor yang mendengarnya saja langusng membelalakan matanya terkejut, apalagi Airina yang kini menatapnya sebagai orang aneh. Persetan dengan statusnya sebagai raja di negeri ini. Baginya, pria ini hanyalah pria aneh pada umumnya. “mama akan mengantarku ke toko alat tulis dan membelikanku buku baru” ujar Aiden riang. Tak tahu bahwa Airina diam diam memberi kode padanya agar tidak membeberkan apapun agar mereka berdua bisa menjauh dari pria freak ini. “Wah, kebetulan sekali aku pun akan membeli alat tulis baru” Apa tadi katanya?? Baiklah. Kini biarkan Victor menghantamkan kepalanya ke pintu mobil mendengar alibi bodoh yang diberikan oleh tuannya itu. Sejak kapan, sang raja mengurus sendiri alat alat tulisnya?? Sudah dibilang kan segala sesuatu yang berhubungan dengan kerjaan di pesan khusus agar tidak ada yang meniru dan memalsukan dokumen. Pun, apa apaan pria yang satu itu?? Tidak kah ia menyadari bahwa masih banyak berkas dan surat yang harus ia tanda tangani, dan akan dikirim sore ini juga?? “Aiden, mama rasa mama tiba tiba tak enak badan. Bisakah kita pulang saja? Esok, kita minta bibi untuk mengantarmu mencari buku. Bagaimana??” bujuk Airina yang tentu saja berpura pura. Aiden yang amat sangat menyayangi ibunya tentu saja langsung memasang wajah khawatir dan menatapnya penuh cemas. “Mama sakit??” “Ngg” gumam Airin sembari berakting sedikit kesakitan. “Mari aku antar” kekeuh Claude yang kini mau tak mau harus membuat Victor turun tangan agar teman semasa kecilnya itu tidak bersikap sebagai om om aneh yang mengincar seorang ibu dan anak. “Ingin kupanggilkan taksi, nyonya??” ucap Victor yang diam diam mencubit tangan Claude pelan guna berusaha membuat pria berambut perak itu kembali kealam sadarnya. “Tak apa. Kami bisa sendiri” Siapapun kau pria tinggi berambut hitam, Airina amat sangat berterimakasih. Dengan sedikit menunduk sopan, kedua ibu dan anak itu beranjak pergi dari sana, terburu buru menuju halte bus terdekat yang untungnya langsung ada bus dengan arah dan tujuan kerumah mereka. Meninggalkan Victor yang kini tengah ditatap sebal oleh Claude, namun pria itu malah balik menatap tajam sang raja. “Kau terlihat seperti om om m***m, Claude” bisik Victor yang tentu saja dibalas bisikan sebal dan tertahan oleh sang raja. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN