Chapter 15

2071 Kata
“Selamat datang” suara riang menyapa dari balik meja kasir ketika mendapati sepasang suami istri muda beserta dua anak balitanya yang terlihat kembar memasuki kafe dengan senyum manis. “Ada yang bisa kubantu??” mengingat kedua rekan kerja satu shiftnya tengah istirahat lebih dahulu dan pergi entah kemana, mau tak mau perempuan berambut panjang hitam lurus itu bolak balik antara belakang mesin kasir dan kaca display kue. “Aku ingin kue ini dan ini dan ini dan iniiiiii” salah satu dari si kembar tadi melonjak kegirangan ketika melihat kue kue cantik yang terpajang dengan apik didalam lemari kaca. Jika ada hal yang akan dibanggakan oleh Airin mengenai kafe tempatnya bekerja ini selain harga yang murah untuk kalangan menengah kebawah dan tempat lega nyaman, menu menunya pun sangat cantik tanpa melupakan rasa yang harus enak. “Aku ingin es kriimmmm” Si ibu yang melihat anaknya kegirangan langsung mengiyakan saja apa yang diinginkan putrinya. Toh jika tidak habis oleh kedua bocah itu, ia dan suaminya bisa membantu mereka menghabiskan. “kami ingin keempat kue yang tadi. Mmm... lalu aku ingin flower tea. Kau ingin apa, sayang??” tanya wanita tadi kepada suaminya yang terlihat tengah memilih beberapa jenis menu. “tolong berikan aku vanilla late dingin saja” “Tunai atau debit?” Airin yang me-list pesanan tadi di mesin kasir langsung saja memberi tahu jumlah yang harus sepasang suami istri itu bayar dan menyerahkan kembali debit yang sehabis digunakan karena tadi sepasang manusia itu lebih memilih cashless. “Ketika pesanannya sudah siap, alat ini akan bergetar. Silahkan duduk” ujar Airin lagi dengan senyum manis di bibirnya. Yosh! Sekarang mau tak mau ia fokus dengan minuman yang harus diraciknya. Mengingat si barista sedang tidak ada di tempat. Meksipun ia menjadi kasir, bukan berarti ia tak tahu bagaimana cara mengoperasikan mesin mesin pembuat minuman itu. Selama bekerja disana, jika bosan ia memperhatikan rekan rekan kerjanya ketika mereka sibuk dengan job masing masing. Pun tak jarang dari mereka merengek meminta Airin menggantikan shift mereka jika Airin kedapatan libur dari pekerjaannya sebagai sales di supermarket. Hal pertama yang dilakukan gadis itu adalah mengambil satu buah cup besar untuk membuat minuman latte yang tadi dipesan pelanggannya. Ia memasukkan sejumlah bubuk kopi kedalam mesin, menekannya kemudian membiarkan mesin itu bekerja hingga liquid kehitaman yang sudah dipastikan pahit keluar dari sana. Selesai dengan cairan kopi tadi. Ia memasukkan sejumlah es batu kedalam cup besar tadi, menuangkan sejumlah vanilla kemudian diakhiri dengan memasukkan kopi yang baru saja ia buat di cup yang sama. Tipikal single shot dengan bubuk vanila yang tidak terlalu banyak. Selesai dengan yang satu itu, Airin mengelap meja –takut takut jika ada liquid yang jatuh dan membuat meja kotor. Kebersihan adalah hal yang sangat penting!!-, ia menyingkirkannya lebih dahulu untuk membuat pesanan yang lain. Yang dipesan oleh wanita anggun tadi adalah flower tea yang merupakan teh serunai. Airin mengambil alat untuk memanaska teh, memasukkan bunga bunga kering tadi kedalamnya kemudian mengisinya dengan air panas. Bunga bunga kering tadi langsung mekar ketika terkena air panas dan penutup alat tadi ditutup demi menahan panasnya. Karena tadi merupakan bunga yang bisa dimakan atau edible flower, maka dengan perlahan, warna dari air panas tadi berubah menjadi kemerah mudaan yang jujur saja amat sangat terlihat cantik. Airin menunggunya larut selama tiga menit, kemudian menuangkan teh serunai tadi disebuah cup yang sudah berisikan es batu didalamnya. Menaruh segelnya kemudian memastikan bahwa segelnya terpasang di cup tadi menggunakan mesin khusus. Selesai dengan minuman, ia kini disibukkan untuk mengeluarkan kue kue yang tadi dipesan oleh manusia manusia cilik nan menggemaskan. Untuk kue, biasanya para baking sudah menggunakan alat khusus yang ditempel diatas kue sehingga krimnya membentuk delapan potongan yang jelas. Jadi, Airin kini hanya tinggal mengikuti bentuk potongannya saja dan memotongnya dengan rapih menggunakan pisau khusus. Kue yang dipesan tadi adalah empat jenis kue berbeda. Kue pertama yang ditunjuk adalah roll cake cantik dengan gambar cherry sebagai pelapisnya. Bukan hanya gambar, namun benar benar kue tersebut. Airin pun bingung bagaimana caranya baker kafe mereka bisa membuat kue secantik dan seindah ini. Hahh.. memiliki skill yang keren seperti itu pasti memerlukan proses yang panjang. Kini, perempuan yang satu itu memotong roll cake tadi menjadi bagian satu porsi. Menaruhnya diatas piring kecil khas kue kemudian memisahkannya ke nampan. Kue yang kedua adalah kue kukis dan krim. Kue dengan signaturenya hitam putih itu diambil satu porsi kemudian diletakkan dengan hati hati keatas piring saji. Sisanya ditaruh kembali didalam lemari kaca yang sebenarnya memiliki pendingin itu untuk menjaga kualitas tiap tiap kue. Kue ketiga dan keempat adalah kue pelangi dan kue lemon yang tentu saja rasanya tetap manis. Selesai menaruh dua buah minuman tadi dan keempat kue barusan keatas nampan, maka saatnya mengeksekusi menu terakhir. Ice Cream. Ia mengambil satu buah cone dan melapisinya dengan kertas double agar tidak meluber, menuju ke mesin es krim dan menekannya hingga cairan kental khas dari es krim vanila wangi muncul dari sana. Dengan bentuk yang diusahakan cantik sedemikian rupa, ia melapisi es krim yang tidak masuk kedalam cone dengan hancuran pisang beku dan kukis. Menaruhnya diatas tatakan khas es krim cone, kemudian wallla!! Sudah selesai. Airin menekan salah satu tombol yang mebuat alat yang ada di meja pasangan tadi bergetar. Memberikan pesanan yang sudah dipesan tadi dan tak lupa mengucapkan terima kasih dengan senyum yang terpasang manis. Senyum yang tanpa sadar membuat sahabat baiknya ikut tersenyum tak jauh dari sana. “Ada apa sih??” heran Airin yang melihat Claire tersenyum senyum aneh seperti tengah kerasukan sesuatu. “Tidak apa apa” ujarnya yang masih saja cengar cengir seperti orang bodoh. Airin yang melihatnya bukannya ingin ikut tersenyum –karena senyum itu katanya menular- malah menatap sahabatnya itu dengan ngerti. “kau terlihat seperti psikopat yang mengetahui bahwa mangsamu terpojok” ujar Airin dengan dahi yang mengerut. Belum sempat Claire membalas ucapan gadis yang jauh lebih muda darinya itu, suara tawa dari pintu belakang kafe membuat ucapannya terhenti di tenggorokan. Dua orang yang sudah selesai istirahatnya kini memasuki kafe dengan perut kenyang dan mata layu mengantuk. “Aku akan istirahat, tolong jaga kasir dengan baik” ujar Airin yang sudah menghitung segala pengeluaran dan pemasukan di kasir sampai jam itu, bahkan uang cash yang ada di dalamnya. Seluruh pekerja kafe memang baik baik dan bukan tipikal orang yang akan mencuri. Namun.. kau tahu lah, lebih baik mencegah dari pada mengobati. Jadi, ketika Airin masuk ke ruang istirahat para staff karena ia membawa bekal untuk makan siangnya, Claire mengikuti dengan diam dan tahu tahu sudah duduk dengan manis disampingnya dan MASIH terus menatapnya dengan aneh. “Ada apa sihh?? Sial, aku takut sekali” umpat Airin yang hampir saja tersedak makan siangnya. Claire yang melihat hal itu malah bermain main dengan menjauhkan air mineral dari temannya itu. “Hehehhe... tidak apa apa. Aku hanya teringat sesuatu” elaknya. Sebenarnya tidak tiba tiba teringat juga sih. Semalam, entah mengapa ia bermimpi mengenai sahabatnya ini. “tentang inseminasimu” tutur Claire lagi ketika raut wajah Airin terlihat jelas bahwa ia bertanya tanya meski mulutnya hanya mampu mengunyah bekal makan siangnya. Ah.. inseminasi kala itu. Ya, Airina memang melakukan inseminasi, sekitar tujuh hingga delapan tahun yang lalu. Inseminasi sendiri adalah sebuah teknik medis dimana membantu proses reproduksi dengan cara memasukkan s****a kedalam rahim menggunakan kateter. Ya, Airina melakukan hal tersebut. Ini semua dahulu dimulai ketika bibir kurang ajarnya berkata sembrono pada gadis yang tak memiliki daya yang cukup untuk hidup. Yang sial atau beruntungnya malah disanggupi oleh gadis itu. Gadis yang kini berubah menjadi ibu satu anak, sekaligus sahabat baiknya, Airina. Dahulu, Claire mengenali seseorang yang tengah kesusahan mencari tubuh untuk dijadikan alat penampung bayi mereka. Pasangan yang amat saling mencinta, namun harus ditampar kenyataan pahit bahwa rahim si istri rusak. Pasangan yang merupakan clientnya itu sempat bercerita bahwa mereka rela membayar berapapun untuk wanita yang siap menampung anak mereka dirahimnya. Karena dari pembicaraan yang didengarnya itu, akhirnya Claire dengan spontan memberikan ide sinting yang malah diiyakan oleh Airina. Airin yang saat itu tengah terlilit hutang yang sangat banyak, hidup dalam ambang kematian hingga nyatanya lambung dan ususnya rusak karena terlalu sering menahan lapar pun tak berpikir panjang ketika mendengar imbalan yang sangat banyak. Apalagi ketika Claire mempertemukannya dengan sepasang suami istri tersebut. Kedua berkata bahwa kebutuhan hidup Airin selama hamil nanti akan ditanggung oleh mereka. Baik makanan hingga vitamin yang akan menunjang bahwa bayi mereka akan baik baik saja dan terlahir sehat. Airin dengan segala macam kesusahan dalam hidup berpikir bahwa itu adalah peluang yang tak akan ia dapatkan di lain waktu. Airin menerima penawarannya. Setelah banyak proses di rumah sakit, berkali kali check up hingga akhirnya proses inseminasi tersebut dilakukan, Airin baru hanya diberikan uang muka lebih dahulu. Tak masalah, pikirnya. Toh selama hamil dirinya akan dibiayai sedemiakian rupa. Setelah lahir, ia akan diberikan uang sisanya. Airin dua puluh tahun berpikir senaif ini. Sepolos itu karena seakan tahu jalan pikiran Tuhan. Seakan tahu bagaimana kehidupannya satu menit kemudian. Siapalah kita manusia berani berpikir bahwa apa yang kita inginkan akan terjadi dengan pasti?? Kita manusia bisa dengan bebas bermimpi, namun sisanya dipasrahkan kepada Tuhan setelah berusaha sedemikian rupa. Karena nyatanya, dibulan kelima kehamilannya, dimana Airin berusia dua puluh tahun tengah mengandung, harus menerima fakta yang amat menyakitkan hati bahwa sepasang suami istri yang sudah lima bulan mengenalnya itu tewas seketika di kecelakaan beruntun. Kecelakaan yang membuatnya seakan ikut mati saat itu juga. Jika ini sebuah film, mungkin beberapa jenis penonton akan berpikir mengenai skenario skenario selanjutnya. Apakah gadis yang satu itu akan menggugurkan kandungannya?? Akankah gadis yang satu itu ikut membunuh dirinya?? Akankah gadis yang satu itu berusaha sedemikian rupa untuk mendapatkan sisa harta dari sepasang suami istri tadi dengan alasan imbalannya belum diberikan sepenuhnya?? Maka scene selanjutnya adalah jawaban atas pertanyaan pertanyakan tadi. Airin, yang saat itu tahu bahwa kedua manusia yang saling mencinta itu tewas, lantas langsung melirik kearah perutnya yang sudah membuncit. Perut yang terkadang merasakan ngilu akibat ditendang atau tertendang terlalu keras oleh sosok tak berdaya didalamnya. Perut yang menemaninya selama lima bulan kebelakang ini. Perut yang diam diam ternyata memberikan ia harapan untuk hidup kembali setelah masa masa kelam lima hingga enam bulan kebelakang. Yang Airin lakukan saat itu adalah kembali ke kafe tempat dimana ia diselamatkan dahulu. Tempat dimana Claire menatapnya bingung karena Airin datang dengan basah kuyub akibat hujan, dengan posisi tangan yang menahan bawah perut dan terlihat jelas bahwa ia tengah hamil. Airin yang saat itu memiliki tujuan lain untuknya terus hidup. “Tolong bantu aku melahirkan dia” ujar Airin kala itu kepada Claire ketika wanita itu membawanya ke ruang istirahat staff. Claire yang saat itu juga mendengar kabar buruk mengenai kecelakaan tersebut langsung menutup mulutnya terkejut dan menatap gadis dihadapannya dengan nanar. Gadis yang seharusnya memiliki masa depan yang cerah, namun entah kenapa Tuhan seakan terus ingin memberikan musibah musibah yang berat padanya. Claire pun saat itu bertanya, apakah gadis dihadapannya itu ingin mengugurkan kandungannya saja, karena ia tahu bahwa Airin baru diberikan uang muka dan uang bulanan saja sebelum ia berhasil melahirkan bayi tersebut. Meskipun tak bertemu selama lima tahun ini, moment ketika ia mempertemukan gadis ini dengan kedua clientnya itu adalah moment yang tak dapat ia lupakan. Namun jawaban Airin mengenai ia akan mempertahankan bayi itu membuat Claire semakin termenung. Dengan sungguh sungguh, Airin memohon padanya untuk membantunya hingga bayi ini lahir. Ketika sudah lahir, Airin berkata ia akan mencari kerja dimanapun untuk menghidupi bayi ini dan dirinya sendiri. Ada satu hal yang diuntungkan dengan kejadian inseminasi ini. Uang muka yang ia terima saat itu, semuanya memang ludes untuk membayar hutang hutang beserta bunganya, mengingat ia berhutang pada lintah darat dengan jumlah bunga yang bahkan kini lebih banyak dibandingkan jumlah hutangnya. Jadi, yang dimaksud Airin mengenai meminta bantuan kepada Claire adalah memastikan bahwa Airin terus hidup dan membantunya untuk membiayai persalinannya. Gadis yang kala itu masih berusia dua puluh tahun lebih memilih berhutang pada wanita asing untuk menghidupi janinnya dibandingkan menggugurkannya dan menjalani hidup normal bak gadis dua puluh tahunan lainnya. “tiba tiba sekali??” ujar Airin dengan mulut yang masih penuh, membuat Claire kembali kealam nyata setelah beberapa menit termenung mengingat masa lalu. “sisi mana yang sedang kau ingat tentang inseminasi itu??” tanyanya lagi yang sejujurnya malah jadi penasaran. Claire yang mendengar hal tersebut lantas terkekeh kemudian bergumam. “hmm.. banyak hal. Sepertinya dari awal” ucapnya pun tak ragu. “Aku teringat ketika kita berdua- ah, lebih tepatnya kau struggle menghadapi masa masa setelah kedua orang itu tewas hingga akhirnya Aiden terlahir”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN