Chapter 16

1028 Kata
Ini kisah sekitar tujuh tahun yang lalu, dimana seorang gadis berusia dua puluh tahun sibuk menahan perut dan memijat pinggangnya yang dirasa sakit karena sedang ada dalam fase hamil tua. Kisah dimana jika gadis yang satu itu adalah orang terpandang dengan status tinggi atau penemuan yang memukau –bukannya malah hamil tanpa alasan yang jelas dimata publik-, mungkin ceritanya ini akan dijadikan biografi dan dicetak ratusan hingga ribuan ekslempar karena fenomena hidupnya yang fantastis. Dari semenjak permintaan tolongnya pada wanita pemilik kafe hingga dua bulan yang lalu, ia masih bisa bekerja kasar di beberapa tempat demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan nustrisi janin yang ada di perutnya. Pekerjaan apapun itu. Mulai dari membagikan selebaran di bawah terik matahari tengah hari yang panas, mencuci piring di beberapa kedai makan, hingga sesekali membantu Claire di kafe. Jika ada yang penasaran mengapa orang bisa semudah itu memberikan pekerjaan pada orang asing, jawabannya adalah mereka kasihan. Mereka kasihan pada sosok yang terlihat jelas dari wajahnya bahwa dia adalah anak kecil, namun perutnya menunjukkan bahwa anak kecil ini akan memiliki anak kecil. Sebagian memang kasihan, namun sebagian lagi malah memandangnya penuh cemoohan karena berpikir yang tidak tidak mengenai alasan macam apa tentang bocah yang kemungkinan hamil diluar nikah itu. Well.. Airin tak ambil pusing. Memikirkan orang orang tak berguna seperti itu tak akan membuat perutnya kenyang. Toh, wajar saja jika mereka berpikir seperti itu padanya. Maka, ketika kehamilannya sudah mencapai bulan ketujuh, ia mulai banyak diam apartemen kecil yang disewakan oleh Claire padanya. Apartemen yang akhirnya menjadi tempat tinggalnya bersama si anak hingga tujuh tahun kemudian. Kala itu, Airin sesekali berada dibalik etalase toko, mulai dari memperhatikan Claire bermain kasir, hingga minta diajarkan beberapa hal karena ia merasa bosan jika diam saja. Jika Claire sedang tak ada, ia dengan inisiatif mengelap meja, menyapu, mengepel, melakukan apapun yang membantu tanpa bermain main dengan produk yang dijual atau pelanggan. Pernah ada suatu masa dimana salah satu karyawan Claire –yang mana saat itu Claire hanya memiliki dua karyawan yang digaji sangat pas pasan- bertanya mengapa Airin terus berada di kafe mereka. Ia membantu disana malah membuat Claire terlihat seperti owner kafe yang kejam dengan memperbudak wanita yang tengah hamil tua. Pun, keadaannya disana pun tidak membantu banyak. Claire tak menjawab apapun. Benar benar tak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya tersenyum kemudian membawa masuk Airin kedalam ruangan khusus staff. Didalam sana, Airin pun bertanya hal yang sama, yang sejujurnya ia pun sudah bimbang sejak lama apakah ia lebih baik dirumah saja atau ikut membantu di kafe. Toh pengeluarannya setiap bulan dibantu ole Claire. Airin takut jika ia sok sok an membantu, ia malah membuat Claire terkena masalah besar, seperti misalnya ia tak sengaja memecahkan gelas, atau malah kesakitan dan membuat repot seisi kafe. Disini lah Airin tahu alasan mengapa Claire menolong Airin sebegini jauhnya. Claire yang saat itu hampir di ujung kepala duanya sudah menikah selama beberapa tahun. Dengan suaminya yang terus setia padanya sampai saat itu, keduanya jatuh bangun untuk membuat keluarga kecil mereka hidup dengan lebih nyaman. Kala itu, Claire belum memiliki restaurant. Ia hanya memiliki kafe kecil ini. Suaminya pun masih menjadi bawahan pada umumnya. Jika kalian berpikir bahwa Claire menolongnya karena merasa sesama ‘orang kecil’, maka jawabannya adalah tidak. Diumur pernikahan Claire yang sudah menginjak empat tahun, sepasang manusia saling mencinta itu tak kunjung memiliki anak. Segala macam proses dilakukan oleh keduanya, mulai dari pengecheckan kesehatan hingga senam dan obat tradisional untuk memperbesar kemungkinan Claire hamil, namun belum juga berhasil. Jadi, ketika ia tahu bahwa Airin tengah hamil namun tertimpa masalah besar, Claire sangat takut. Amat sangat takut bahwa gadis itu akan mengugurka kandungannya. Maka, ketika Airin berujar meminta bantuan, tanpa bertanya dahulu mengenai pendapat suaminya, Claire akhirnya memantapkan diri untuk membantu Airin. Toh, ternyata ketika si suami tahu, ia sama sekali tak protes. Jadi, ketika Airin tengah menahan teriakan sakitnya di ruang bersalin, ketika suara nyaring tangisan khas bayi keluar, bukan hanya Airin saja yang menangis ketika tahu bahwa anaknya lahir, Claire dan suami pun ikut menangis bahagia. Dipikiran mereka, jika memang mereka terus gagal memiliki anak, anak dari Airin akan mereka anggap seperti anak pula. Dan Airin sama sekali tak masalah dengan hal itu. Tapi kau tahu kan ucapan mengenai perbuatan baik akan menghasilkan hal baik pula?? Ketika melihat bagaimana sayangnya Claire pada Airin dan anaknya, akhirnya Tuhan mau menitipkan salah satu ciptaannya pada rahim Claire. Claire akhirnya ditemukan hamil satu bulan setelah Airin melahirkan. Pun, tak mungkin, kan Airin langsung bisa mencari kerja pasca ia melahirkan? Anaknya butuh asupan asi, pun tubuh Airin belum mampu untuk bekerja kasar. Akhirnya Claire dan suaminya memutuskan untuk memaksa Airin diam dirumah selama satu tahun, dan membiarkan sepasang itu memenuhi kebutuhan Airin dan Aiden. Setahun kemudian, Claire pula lah yang membantu Airin bisa mendapatkan pekerjaannya sebagai sales indoor perusahaan besar yang ditempatkan di supermarket besar dengan berbagai macam alasan kepada client clientnya. Kala itu, Claire memang masih bekerja meskipun ia sudah berhasil membangun kafe kecil. Omong omong, itulah salah satu alasan –selain Airin harus menghidupi dirinya dan anaknya, juga alasan umur dan latar belakang hidup dan tingkat pendidikan tentu saja- mengapa Airin terus bekerja diperusahaan itu. Meskipun lingkungan kerjanya membuat ia tidak nyaman, meskipun ia lelah dilecehkan berkali kali baik verbal maupun non verbal, meskipun ia rasanya ingin berteriak memaki dan keluar dari sana, Airin tetap menahan buncahan amarahnya dan terus memasang senyum formal pada pelanggan demi memenuhi tugas pekerjaannya. Lagi dan lagi perbuatan yang tidak meminta balasan itu malah dibalas hal yang lebih indah dari Tuhan. Ketika Claire sudah melahirkan Kael- anaknya-, Claire berhasil membangun restaurant dengan hasil kerja keras tabungannya. Suaminya pun naik jabatan. Hingga akhirnya tujuh tahun kemudian, restaurant itu menjadi restaurant elite yang biasa disambangi para bangsawan, pun kafenya menjadi kafe ternama yang tidak pernah sepi. Entah siapa yang harus berterima kasih paling banyak. Airin dengan segala bantuan yang diterimanya dari Claire, atau Claire yang merasa bahwa Airin adalah hidden triggernya yang membantunya untuk bisa bangkit setinggi ini. Yang bisa dipastikan adalah, keduanya kini memiliki satu sama lain. Keduanya bisa saling bersandar. Keduanya akan saling sedih atau bahagia dengan apa yang dirasakan oleh masing masing dari mereka. Bahwa, Claire menyayangi Airin seperti Airin menyayangi Claire. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN