Chapter 10

2177 Kata
“SELAMAT PAGI BIBI CLAIRE” yang disapa penuh semangat dan teriakan hampir saja mengiris jari telunjuknya sendiri saking terkejutnya. Wanita diusia tiga puluh tahunannya itu mendelik sebal kearah bocah dibawah umur yang membuka pintu kaca cafenya dengan terlalu bersemangat. “Kau hampir menyakitiku dengan teriakanmu, tahu” ujar wanita itu gemas sembari membawa bocah tadi kedalam gendongannya dan dipeluk peluk gemas hingga rasanya ingin mengigit. Airina yang baru saja melangkahkan kakinya masuk kedalam cafe lantas tertawa kecil sembari menghampiri keduanya. “sampai kapan kau akan meneruskan agenda kanibal mu itu terhadap anak anak kecil, Claire” tawanya. “kau malah membuat seluruh anak kecil yang datang kesini ketakutan dan memaksa orang tua mereka untuk tidak datang lagi kemari” “mereka akan terus datang kemari, tenang saja” ujar wanita tadi angkuh. “dimana lagi mereka bisa mendapatkan makanan seenak ini dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan coffee shop menjamur dengan kualitas biasa saja dan harga yang tinggi itu” ucapnya angkuh. Well.. Airin tidak dapat mengelak, sih. Memang benar apa yang dikatakan sahabatnya itu. Wanita muda yang satu ini sukses membangun cafe incaran anak anak muda yang ingin memanjakan dirinya sesekali dengan budget yang tak terlalu banyak. Membuat cafe ini menjadi bahan gandrungan food blogger, yang secara tak langsung memberikan marketing gratis untuk si pemilik. “Hari ini Kael berangkat bersama Aiden, kan??” tanya Airin sembari menggunakan apron cokelat disana. Ya, perempuan yang satu itupun bekerja disana. Hmm.. entah harus berterima kasih bagaimana lagi, namun sejujurnya pendapatannya sebagai staff di cafe ini setidaknya cukup membantunya untuk memenuhi kebutuhan tersier dirinya dan anaknya, seperti buku buku baru disetiap bulan atau makeup yang harus terus ia gunakan karena pekerjaannya sebagai sales. Tidak. Airina tidak keluar dari pekerjaannya sebagai sales yang ditempatkan di supermarket itu, kok. Namun, setiap orang pasti memiliki shiftnya masing masing. Airin yang tidak mau membuang buang waktunya –dan sebenarnya amat sangat membutuhkan uang itu- akhirnya memohon pada sahabatnya agar dirinya dibiarkan bekerja dicafe terkenal sahabatnya itu untuk menambah uang jajan sehari hari. Dengan berbagai macam argumen dan pertengkaran, akhirnya Claire membiarkan Airin untuk bekerja disana dengan berbagai macam catatan. Ketika Aiden sakit atau minimal benar benar membutuhkannya, perempuan satu itu harus melupakan pekerjaannya dan mengurus anaknya lebih dahulu. Pun jika dirinya sakit akibat terlalu banyak bekerja, jangan coba coba untuk mengelak dan terus bekerja di cafe hingga akhirnya tumbang. Claire amat sangat galak, melebihi Airina jika kalian mau tahu. Kalian sudah tahu, kan, mengenai sosok kaya raya yang menjadi bahan gosip sebagai temannya Airina?? Ya, jawabannya adalah Claire. Claire dan suaminya amat sangat kaya raya hingga sejujurnya mereka bisa saja memenuhi kebutuhan Aiden dengan mudah. Namun, Airin bukanlah tipe orang yang berpasrah dan ingin merepotkan orang lain seperti itu. Jadi, akhirnya sepasang orang kaya itu memperbolehkan Airin bekerja bersama mereka. Lebih mudah pula mereka memantau anak anak mereka karena kedua ibunya saling dekat satu sama lain. “Kau shift sore ya hari ini??” Jam kerja Airina di kafe bergantung pada jam kerja dirinya sebagai sales. Jika shift pagi, maka ia akan ke kafe sore hari hingga malam. Jika shift sore, maka ia akan berada di kafe dari pagi hingga jam masuk kerja sales. Jika Airin harus terus berada di supermarket hingga jam tutup toko –yang mana artinya hampir tengah malam itu-, Aiden biasanya dibawa kerumah Claire untuk menginap. Jika Airina berada di kafe hingga malam, Aiden akan belajar di ruang Staff kafe dan menemani Airina hingga masa kerja dia habis dan keduanya bisa pulang. “Ya, tolong jaga anakku yaa” “memangnya kapan sih, aku tidak menjaga anakmu” ujar Claire memutar bola matanya malas, yang dibalas kekehan oleh yang lebih muda. “Omong omong, tumben Kael berangkat sekolah sendirian??” ujar Airina bingung. Biasanya, Kael akan diantar oleh salah satu orang tuanya untuk berangkat kesekolah. Terkadang Aiden ikut, dan terkadang tidak. Aiden tipe orang yang bangun pagi dan berangkat pagi, sedangkan Kael –anak Claire dan suami- adalah tipe anak yang amat menyukai tidur dan sering kesiangan. “Lalu, memangnya Kael sudah sembuh dan pulang?? Seharusnya jika sudah pun, lebih baik ia masih beristirahat dahulu dirumah sebelum kembali bersekolah” celotehnya. Kael yang memang beberapa minggu kebelakang itu diam saja selama menunggu smebuh dirumah sakit sepertinya sudah bosan dan langsung merengek kepada kedua orang tuanya agar ia sekolah sehari setelah ia keluar dari rumah sakit. “kau tahu sendiri kan betapa kerasa kepalanya anak yang satu itu. Huh.. dari mana sih, munculnya sifat itu” sebalnya yang malah membuat Airin menahan tawa. Sudah jelas jelas sifat itu muncul dari dirinya sendiri. Suami Claire adalah orang paling sabar yang pernah Airin temui karena bisa tahan hidup bertahun tahun dan tetap awet bersama Claire. “Ethan sedang ada meeting penting. Tengah malam tadi, ia langsung berangkat ke bandara dengan penerbangan secepatnya. Sepertinya kali ini ia mendapat partner kerja sinting yang sama sekali tak tahu jam istirahat orang lain” sungutnya. “lalu aku sehabis ini harus langsung pergi ke resto. Ada masalah besar. Sepertinya orang yang aku percayai diam diam malah mencuri uang resto setiap harinya sedikit sedikit tanpa diketahui bagaimana cara dia memanipulasi data” ujar Claire sembari berbisik di ujung kalimat dan memijat pelipisnya pusing. Ah, omong omong, Claire ini adalah wanita hebat yang berhasil membangun resturant besar elite juga kafe yang satu ini. Sedangkan suaminya adalah pemilik perusahaan konsultasi sekaligus jasa web designer sekaligus copywriting yang membantu banyak orang dengan marketing online buatan mereka. Jika kalian bertanya tanya,  mengapa dua orang kaya dan orang sepenting ini tak memiliki supir untuk mengantar jemput anak mereka, jawabannya adalah mereka trauma. Dahulu salah satu supir yang sudah bekerja bersama mereka bertahun tahun nekat menculik anaknya hanya karena mendengar bahwa bisnis keduanya melejit tinggi dan menginginkan banyak uang untuk meneruskan hidup. Memang sedari dahulu, keduanya tidak memiliki orang lain selain supir –maksudnya staff pembantu rumah tangga-, jadi ketika supir ditiadakan, mereka hanya bersisa bertiga dirumah. Claire dan suami adalah orang yang mau anaknya bertumbuh dan berkembang bersama mereka, bukan orang lain. Toh karena dua duanya sama sama bos pemilik, jadi dua duanya bisa melakukan pekerjaan remote dan cukup banyak waktu dirumah, meskipun harus bergantian jikalau salah satunya harus dinas jauh beberapa hari. Hal hal ketika keduanya sibuk hingga tak bisa mengantar anaknya seperti ini adalah hal yang amat jarang terjadi. “Kami sudah siaaapppp” riang Kael yang kini terlihat bergandengan tangan bersama Aiden keluar dari ruang staff. Lengkap dengan seragam dan tas gendong masing masing milik mereka. Aiden tadi memang memberontak dan memilih untuk berlari ke ruang staff dibandingkan harus digigiti oleh teman ibunya itu. Hiiii.. sepertinya lebih seram dari pada mimpi mimpi buruknya selama ini. Claire yang melihat keduanya sudah siap lantas menelepon ponsel anaknya ke ponsel dirinya. Hal yang selalu ia lakukan jika anaknya terpaksa pergi menggunakan bus. Jadi, apapun yang terjadi selama perjalanan, Claire bisa terus mendengarnya. Pun, ia sudah mengaktifkan mode yang menunjukkan dimana posisi anaknya berada. Jadi dirinya bisa bekerja dengan tenang. “kalian akan baik baik saja, kann??” ini bukannya yang pertama kali. Namun, wanita itu tetap saja khawatir akan hal hal seperti ini. “tenang saja bibi, kami akan baik baik saja” ujar Aiden menenangkan yang dibalas anggukan yakin dari Kael. Setelah selesai dengan berbagai macam wejangan, akhirnya kedua bocah sekolah dasar itu pergi menggunakan bus umum menuju sekolah elite mereka. Huh, elite sepertinya tak terlalu berguna. Seharusnya, jika elite, minimal memiliki bus penjemputan anak anak sekolah atau apalah gitu yang membuat uang yang para orang tua keluarkan berbanding lurus dengan fasilitas yang didapatkan. Ingatkan Claire untuk protes jika ada acara rapat orang tua nantinya. Melihat temannya sibuk dengan barang barang berupa dokumen yang terlihat penting dan mencoba memilah untuk dimasukkan ke tas, pandangan Airina berlabuh di kaca kafe yang kini tengah memantulkan cahaya kuning matahari pagi. Panas, memang, namun panasnya lebih ke membuat orang yang disirami sinar merasa nyaman. Bukannya panas yang membuat tubuh orang orang terbakar dan rasanya ingin para pada seluruh dunia. Efek pada indranya memang berbeda beda. Kulitnya merasa hangat tipis membawa nyaman, berpengaruh pula pada hatinya yang entah kenapa menjadi lebih ringan pagi ini, membuatnya melupakan perasaan tak nyaman yang ia rasakan seharian kemarin. Hidungnya membaui bun coffee yang baru saja dikeluarkan dari dalam oven oleh staff yang bertugas membaking. Ah, aku lupa berkata bahwa Airina adalah staff kasir bersama seorang lagi kasir lainnya yang bertanggung jawab penuh atas keuangan kafe selama shift dan keluar masuk barang selama mereka bekerja. Jika ada yang berpikir bahwa ia bisa berada di posisi sepenting itu karena ulah temannya, jawabannya adalah salah besar. Airina adalah sesosok pintar, namun dengan nasib yang kurang mujur. Claire menempatkannya dikasir setelah ia mengetest berbagai macam hal yang perlu dilakukan seorang kasir kepada temannya itu. Tenang saja, Claire adalah orang yang profesional. Berbanding terbalik dengan perasaan nyaman yang dirasakan hati dan kulitnya, matanya sedikit merasakan tak nyaman akibat silau dari pantulan sinar matahari itu, yang ternyata diam diam membawanya kedalam kilas balik yang rasanya ingin ia lupakan. Kala itu, sekitar tujuh hingga delapan tahun yang lalu, dengan situasi, suasana dan ambiance yang cukup mirip karena lokasi kejadian adalah didepan kafe, Airina dengan tubuh penuh luka berlarian tanpa alas kaki dengan tak tahu arah. Orang orang melihatnya dengan berbagai macam tatapan. Ada yang kebingungan, merasa aneh, kasihan, ada pula yang takut karena dengan adanya sosok ini, memancing tiga orang pria berbadan besar yang tengah berteriak teriak memanggil namanya. Saat itu pukul sepuluh pagi. Terik matahari pagi yang bersatu dengan aroma kue yang baru selesai dipanggang membuat perutnya seketika berbunyi. Tapi peduli apa dengan kondisi perutnya?? Ia tentu saja akan lebih peduli dengan kondisi nyawanya yang mungkin saja akan hilang pagi ini. Haruskah ia mencuri makanan?? Mungkin saja makanan itu akan menjadi makanan terakhirnya sebelum ia pergi dan bertemu Tuhan. Tapi nyatanya tidak. Ketika lengannya ditarik kasar, mata yang awalnya berkunang kunang malah menjadi menggelap karena darah yang terus mengalir dari setiap lukanya membuat tubuhnya kekurangan darah. Dia pikir, oh, malaikat maut sudah menghampiri dirinya. Namun anehnya ia malah mencium aroma dari kopi manis, yang tidak ditemukan di seduhan kopi kopi pada biasanya. Ketika pengelihatannya sedikit demi sedikit mulai kembali, disanalah ia bisa menatap mata jernih kebiruan milik sosok yang kini mengubah hidupnya. Claire. Maupun dulu hingga sekarang, Claire adalah sosok sebenarnya yang berhasil mengubah hidupnya menjadi sedikit demi sedikit lebih baik atas apa saja yang sudah ia lakukan terhadapnya. Claire yang saat itu hanyalah seorang gadis manis diusia kepala duanya. Claire yang saat itu hanyalah pemilik kafe kecil biasa yang bahkan mungkin belum bisa menutupi seluruh modal yang ia keluarkan. Claire yang berani menantang maut dengan mencoba menolong orang asing yang tengah dikejar kejar kumpulan para preman diluaran sana. Saat itu, hal awal yang dipikirkan Airina adalah semoga orang orang yang menatapnya tadi diluaran sana tak ada yang memberi tahu para preman bahwa ia dibawa kedalam sini. Kedalam ruang khusus staff kafe kecil yang sepertinya baru buka beberapa bulan yang lalu itu. Bukan, bukan karena ia bersembunyi disana. Airina hanya tak ingin gadis cantik dihadapannya itu terluka hanya karena mencoba menolong seseorang sepertinya. Dari sana, pertemanan mereka dimulai. Airina diperbolehkan menginap didalam kafe sembari menunggu luka lukanya sembuh. Claire memberikan pilihan kepadanya, apakah ia akan terus disana atau akan keluar sesudah lukanya sembuh. Airina adalah sesosok keras kepala yang dilahirkan sebagai dominan di tubuh wanita. Jiwa dan egonya tinggi jika ia harus mengemis kehidupan begitu saja. Ia terluka di berbagai sisi, namun ini tak memberikannya alasan untuk terus diam mengangkat tangan agar dikasihani. Maka setelah lukanya sedikit menghilang, Airina keluar. Keluar mencari penghidupannya sendiri, dengan wejangan bahwa ia bisa kembali kesana jika ada hal yang dirasanya membutuhkan bantuan. Atau sekedar jika gadis itu membutuhkan teman untuk bercerita. Sempat Airina bertanya pada Claire, mengapa ia dengan berani beraninya mencoba menampung orang asing. Bagaimana jika Airina adalah orang jahat atau psikopat yang berpura pura meminta bantuan?? Bagaimana jika orang yang ditolongnya malah menjadi parasit yang mengganggu hidupnya?? Bagaimana jika ia kehilangan segalanya akibat mencoba menolong orang lain??? Claire yang saat itu bukanlah siapa siapa menjawab karena pertanyaan dirinya kepada Airina mengenai akan diam saja atau keluar, adalah sebuah test pada dirinya. Jika memang orang yang ditolongnya akan keluar, maka sudah jelas bahwa ia masih memiliki jiwa dan keinginan untuk terus hidup dengan sendirinya. Jikalau orang yang ditolongnya memilih untuk tetap diam dan dikasihani, maka Claire akan terus memantaunya diam diam untuk mencari tahu apakah ia benar benar butuh pertolongan atau tidak. Sebut saja Claire bermain gambling, karena memang terlihat seperti itu. Ketika Airina saat itu pamit setelah melontarkan terima kasih sebanyak banyaknya, sebelum kakinya melangkah keluar, ucapan Claire kala itu berhasil mengubah hidupnya. Secara literal benar benar mengubah hidupnya seratus delapan puluh derajat. Terlihat menyedihkan, namun Airina berterima kasih akan hal itu. “Jika kau dahulu tak menyarankan itu, mungkin aku kini seperti manusia yang sudah setengah mati karena tak memiliki tujuan hidup” gumam Airin yang ternyata masih didalam lamun kilas masa lalunya. Claire yang sudah lima menit ini berkutat dengan dokumen dan tasnya melirik singkat kearahnya dan ikut bergumam. “Hm?? Menyarankan apa katamu??” tanya Claire yang tidak fokus mendengar. “Inseminasi”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN