Chapter 11

2252 Kata
Ini pukul tiga sore ketika kakinya yang terasa letih membawanya memasuki sebuah ruangan khusus dimana hanya boleh para petinggi agama tertentu yang bisa masuk kesana –dan kini dirinya adalah pengecualian-, menempatkan bokongnya untuk duduk di salah satu sofa dan menahan dirinya agar tidak mengerang nyaman ketika tubuhnya sedikit merasakan nyaman setelah lelah yang cukup panjang sedari pagi. Sebuah kebohongan besar jika ia mengatakan bahwa kegiatan hari ini tidak melelahkan. Amat sangat melelahkan, namun ketika ber jam jam tadi dijalani, ia seakan lupa jenis kata lelah karena senang melakukannya. Segala bentuk protes yang dikeluarkan tubuhnya terasa ketika semua aktifitas itu selesai dan dia hanya berdiam diri sampai semua prosedur penutupan selesai hingga akhirnya ia bisa pulang. “Lelah sekali ya??” ujar salah satu pria paruh baya pemuka agama yang masuk kedalam ruangan dan tahu tahu memberikannya satu gelas kopi yang terasa jelas bahwa itu bukanlah kopi kemasan. Ah.. pria jangkung yang satu ini malah merasa tak enak diri karena seakan akan sudah diam saja sedangkan orang lain yang mengurus keperluan dirinya –ini didalam konteks selain kerajaan-. Ya... meskipun tentu saja orang dihadapannya itu akan memandangnya sebagai bagian penting dari kerajaan. Toh ia adalah rajanya. “Biasanya tidak serepot tadi, karena tiap minggunya kami memiliki banyak pekerja sukarelawan. Namun sebagian dari mereka adalah mahasiswa/i yang tak dapat hadir hari ini karena jadwal ujian telah tiba” lanjut pria yang kerut matanya sudah terlihat jelas itu ketika ia terkekeh renyuh. “mereka bahkan membujukku agar membujukmu bisa kembali kemari lagi saat mereka ada. Mereka sedih ketika tahu bahwa mereka harus berada di kampus ketika kau disini” Claude yang mendengarnya ikut tertawa renyah. Menenggah sebagian kecil dari cairan pahit itu sebelum kembali melontarkan suara. “ucapkan pada mereka bahwa aku tak berjanji jika dalam waktu dekat” ungkapnya jujur. “mengenai lelah, aku bahkan baru merasakan bahwa aku lelah itu sekarang. Sedari tadi, yang aku rasakan adalah suka cita karena sudah lama aku tak beraktifitas kembali seperti ini” ujarnya tak bohong. Claude memang tahun ini, bahkan dimulai dari hari hari pertama tahun baru hingga bulan lalu disibukkan untuk keluar masuk banyak negara demi kepentingan diplomatis. 300an acara diplomatis yang diceritakan sebelumnya adalah acara diplomatis yang benar benar harus alias wajib ia datangi tak peduli alasannya apa karena biasanya undangan dari para kepala negaranya langsung, hitungan rata rata pertahunnya. Jika ingin menghitung acara acara lainnya yang harus ia datangi lainnya, maka jawabannya adalah dua ribuan acara –yang seharusnya dibagi bagi keseluruh anggota keluarga kerajaann, namun karena hanya tersisa dirinya dan sang ayah, maka hanya dua orang itu saja yang melakukannya itu itu amat sangat melelahkan- pertahunnya. Dengan rata rata tamu atau orang yang harus mereka jumpai adalah sekitar tujuh puluh ribu orang pertahunnya, bisa dibayangkan betapa Claude merasa amat sangat kelelahan semasa kerjanya. Kau tahu, terkadang memang ada beberapa acara yang sejujurnya tak terlalu penting untuk ia datangi, seperti acara makan malam atau minum teh bersama orang orang kaya –yang sejujurnya, Claude lebih memilih menghabiskan waktunya untuk acara seremonial lainnya-. Namun, mau tak mau beberapa diantara mereka tetap harus ia datangi karena orang orang kaya itulah yang sedikit banyaknya menyumbang beberapa hal berguna untuk negara mereka ini. Hahh.. asal mereka membayar pajak dengan benar, mungkin Claude tak dahulu protes untuk saat ini. Omong omong kegiatan tahunan, ia bahkan bisa harus membaca, membalas dan menandatangi sekitar seratus ribu ribu surat setiap tahunnya. Baik surat yang terlihat jelas bahwa itu surat atau berkas dokumen penting diplomatik atau surat surat dari general public lainnya. “Hahaha.. baik, akan kusampaikan pada mereka. Mungkin saja ucapanmu itu memacu mereka agar terus melakukan pekerjaan sukarelawan disini sembari menunggumu kembali datang dan mengunjungi kami” candanya. “Ah.. aku rasa aku tak bisa menahanmu lebih lama jika kau punya banyak pekerjaan yang menunggu” katanya lagi. “aku melihat pengawalmu itu beberapa kali melongok ke arlojinya, sepertinya kau punya hal yang tak bisa dilewatkan” ucapnya yang membuat Claude meringis merasa bersalah, namun disisi lain senang juga bahwa ia tak perlu mengeluarkan basa basi untuk bisa segera pulang. Merasa sudah cukup dengan beberapa kalimat pengantarnya pulang, Claude menjabat tangan pria tadi dan akhirnya pergi dari sana dengan Victor sebagai supirnya kali ini –ya, lagi dan lagi ia melakukan tugas yang bukanlah tugas utamanya- kembali ke kediaman mereka. “langsung kerumah??” tanya Victor yang hanya dijawab anggukan singkat oleh Claude. Rumah yang dimaksud olehnya tentu saja ‘rumah’nya di area kerajaan. Bangunan yang bukan bangunan utama, namun tentu saja beberapa puluh kali lebih besar dibandingkan rumah warga sipil biasanya. Mengingat bangunan ini sudah dibangun sejak berabad abad yang lalu, yang mana dahulu masih ramai sanak saudaranya. Hahh.. mungkin karena ini juga sang ayah ingin segera dirinya memiliki pendamping dan keturunan agar mereka hanya tidak berdua. Meskipunnn tentu saja didalam sana sebenarnya ada ratusan orang karena banyaknya staff dan pengawal. Ini masih pukul empat lebih lima belas menit di sore hari ketika mobil memasuki gerbang besar, yang tentu saja maish harus bergerak selama beberapa menit lagi sampai akhirnya bisa terparkir dengan rapih di bangunan khusus yang ia dan ayahnya tempati untuk tidur. Masih ada waktu sekitar empat puluh lima menit lagi sampai akhirnya ‘jam kerjanya’nya selesai, maka ia menghabiskan waktunya untuk kembali ke meja kerja dan membuka dokumen dokumen yang belum sempat ia baca dan tanda tangani. Untuk dokumen yang jarak waktu pentingnya hari ini hingga tiga hari kedepan, sudah rapih dan dipisahkan untuk asisten atau sekretarisnya urus agar bisa sampai ke tangan yang tepat. Pun, terkadang ia menghabiskan sepanjang sorenya jika tidak ada perjalanan dinas untuk membaca laporan apa saja yang terjadi di parlemen hari itu, atau mengunjungi perdana mentri di sela sela kegiatannya dan diusahakan satu minggu sekali. “Apakah aku ada dinas keluar negeri dalam bulan ini??” tanya Claude pada asistennya yang kebetulan ada didalam ruangan setelah memberikan beberapa dokumen lainnya. Yang ditanya langsung menjawab karena terbiasa bekerja bahwa jadwal penting sang raja yang benar ebnar penting –misalnya berhubungan dengan representing their country- tanpa harus melihat jadwal. “ya, anda memiliki jadwal ke negeri lain dengan urusan organisasi amal yang diselenggarakan secara resmi, dan nantinya akan dihadiri oleh banyak kepala negara” jawabanya dengan pelan dan sopan. Organisasi amal ini sendiri ada banyak jumlahnya, mungkin bisa mencapai jutaan. Namun, yang biasa didatangi oleh para orang orang penting hanya sekitar tiga puluh ribu saja di seluruh dunia ini, yang mau tak mau tetap harus didatangi karena mewakili kerajaan dan negara mereka. Setelah jam kerjanya selesai di pukul lima sore, ia akhirnya bisa istirahat sejenak dari status rajanya itu. Meminta beberapa pelayan untuk mengambilkan sandwich atau kue pengganjal lapar dan pergi ke ruang yang lebih nyaman, misalnya ruang bacanya atau kamar pribadinya untuk membaca laporan pribadinya diluar bahasan diplomatik negara. Terkadang, banyak yang mungkin bertanya kan mengenai dari mana buncahan uang itu muncul dan bisa menghidupi biaya biaya royal family. Maka inilah jawabannya. Selain ‘gaji’ yang diberikan dari hasil uang pajak rakyat –tentu saja bukan hanya pada royal family melainkan jajaran staff pemerintahan pula seperi para menteri dan lain lain-, pun selain uang untuk akomodasi seperti mobil dinas, pesawat untuk keperluan dinas dan diplomatik sebagainya, banyak yang heran dari mana benda benda yang dihasilkan lainnya dalam bentuk pribadi misalnya banyaknya tanah dan rumah yang mereka miliki dan lain lain. Jika bicara rumah, tanah dan aset aset lainnya, Claude akan amat sangat bersyukur karena ia hidup di generasi yang sudah memiliki ‘bagian’ atas apa yang nenek dan kakek moyangnya hasilkan dahulu. Mulai dari assest, hingga pekerjaan –misalnya jika salah satu keturunan tak mendapatkan bagian perusahannya, maka ia bisa saja mendapatkan bagian di jabatannya- tentu saja sudah banyak terbagi bagi dari jaman kakek neneknya, namun semakin lama, para keluarga yang merasa bahwa mereka terbebani dengan status royalnya memilih untuk keluar dari lingkaran ini setelah mendapatkan aset masing masing, dan tak ingin berkecimpung didalam urusan diplomatik yang mana akhirnya membuat kakek nenek Claude lah yang menjadi orang yang mengurusi negara mereka ini, lalu akhirnya diturunkan padanya beberapa tahun yang lalu. Pun, beberapa orang sudah banyak yang menetap di negara berbeda, dan mungkin menjadi royal family disana atas pernikahan pernikahan yang mereka lakukan itu. Lalu, selain aset yang diberikan leluhurnya, dari mana lagi mereka mendapatkan uang sehingga dirinya bahkan dinobatkan  salah satu dari sepuluh anak muda dengan harta pribadi terbanyak saat itu. Maka jawabannya adalah Claude sendiri pun memiliki bisnis dan hal hal lainnya yang membuat ia bisa tetap menjadi kaya raya meskipun ia benar benar keluar dari lingkaran kerjaan ini, misalnya. Selain bisnis yang dibuat oleh kakek nenek juga ayah ibunya dahulu, Claude kini pun memiliki bisnis sendiri di bidang properti. Jangan lupakan buncahan kekayaan yang ia miliki dari saham sahamnya, baik dalam negeri maupun luar negeri. Ayahnya pun menurukan bisnis real estate kepadanya yang tentu saja mau tak mau harus ia kerjakan dengan baik. Caludius Zevane adalah definisi dari anak yang terlahir dengan sendok emas dalam mulutnya. Omong omong, jangan lupakan mengenai properti pribadi mereka yang nyatanya kini dijadikan tempat wisata. Tentu saja pemasukannya masuk kedalam kantung pemuda berusia dua puluh sembilan tahun itu. Belum lagi ada aturan mengenai bahwa raja tidak diperlukan membayar pajak atas gaji yang ia dapatkan. Namun tenang saja, Claude sedang membicarakan ini dengan ayahnya mengenai bagaimana jika hal ini diganti. Karena mengapa orang berlebihan uang sepertinya tak membayar pajak pendapatan, sedangkan orang orang pas pasan lainnya diharuskan membayarkan pajak atas gaji yang mereka dapatkan dengan susah payah. Apakah bisa merubah aturan keluarga royal seperti itu?? Sulit, namun Claude yakin pasti bisa. Dahulu sekali, ada salah satu aturan royal family yang menurut pria itu aneh, yaitu royal family diperbolehkan menculik. Terdengar gila bukan?? Claude tak tahu alasan pendahulunya membuat aturan itu untuk apa –yang untungnya saja tidak pernah dilakukan-, namun raja raja selanjutnya sedikit demi sedikit ‘mewaraskan’ aturan aturan yang ada. Dan kini giliran Claude pula. “Victor” panggil Claude sembari matanya tetap fokus pada berkas yang ada di hadapannya. Sebut Claude tak sopan, tapi memang iya. Namun tenang saja, ia tak akan melakukan hal tak sopan itu kepada orang lain. Kalian kasihani saja Victor yang memang sering diperlakukan semena mena itu oleh Claude. “Ada apa yang mulia??” “Apakah aku tak ada jadwal untuk mmm... mengunjungi area pendidikan di negara kita lagi?? Seperti sekolah dasar, misalnya???” ujar Claude ambigu yang malah membuat pengawalnya itu mengerutkan dahinya bingung. Pertama, ia bukanlah asistennya yang tahu mengenai banyaknya jadwal sang raja. Kedua, tumben sekali rajanya ini meminta jadwal yang spesifik?? Biasanya ia akan pasrah saja dengan jadwal yang ada karena ini bersangkutan dengan urusan diplomatik negara. “Akan aku tanyakan kepada sekretarismu nanti, yang mulia. Ia sudah tak ada disini karena jam kerjanya sudah habis” ah, ya. Claude memang memperlakukan pekerjanya secara manusiawi, kok, tenang saja. Kecuali Victor sepertinya. Hahaha.. kasihan sekali pria tampan yang satu itu. “Bolehkan aku bertanya, yang mulia??” “Ya??” “Ini maksud ucapan anehmu itu sebenarnya kau hanya ingin bertemu dengan bocah yang waktu itu ya??” tanya Victor dengan wajah datar. Claude yang merasa diserang langsung membelalakan matanya terkejut dan menengok kearahnya dengan cara dramatis. Hampir saja membuat Victor memutar bola matanya malas karena rajanyua itu bahkan bisa masuk ke sinema layar lebar akibat perilaku berlebihannya. “Kau tahu dari mana?” ujarnya shock. “Bagaimana aku tak akan tahu” Victor tersenyum datar tanpa nyawa di matanya. “kau hampir setiap hari mengeluh ingin bertemu bocah itu” mendengar hal itu, pria berambut perak tadi terkekeh pelan kemudian melanjutkan adegan membaca laporannya. “Habisnya aku benar benar merindukannya” “Ini pertama kalinya kau seperti itu, omong omong” suara Victor terdengar lagi. “kau sudah bertemu ribuan anak, yang sama lucunya bahkan banyak yang lebih lucu dari bocah itu, namun baru kali ini aku melihatmu merasa seingin itu untuk terus bertemu dengan orang lain. “...mmmm mungkin karena sifatnya?? Entah lah” Claude juga bingung. “aku hanya masih penasaran saja dengan hal menakjubkan apa lagi yang akan keluar dari mulut kecil itu. Dia bijak sekali jika mengingat umurnya yang masih tujuh tahun. Boleh tidak ya aku berkata pada ayah bahwa aku ingin mengadopsinya” ucapnya asal yang membuat si pengawal menengokkan kepalanya ke segala arah untuk memastikan apakah ada orang lain atau tidak, lalu menepuk pelan bahu Claude demi memancing kesadaran dirinya kembali. “menurutku, dibanding kau berhalusinasi untuk menculik ANAK ORANG, lebih baik kau fokus saja membaca laporanmu itu” Ah.. iya juga ya. Aiden kan memiliki orang tua. Kembali fokus pada laporan laporannya, akhirnya semua itu selesai dan pria itu bisa kembali ke kamarnya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian yang lebih nyaman untuk acara berkumpul bersama ayahnya di ruang bersama sampai pukul tujuh tiga puluh malam agar mereka berdua bisa ke ruang makan dan menyantap makan malamnya bersama sama. Membuat Victor akhirnya bisa pergi dari gedung itu dan masuk kedalam gedung lainnya dan mengakhiri tugasnya hari itu, yang digantikan oleh buncahan pengawal lainnya yang akan melindungi sang raja ketika ia terlelap nantinya. Selesai dengan acara makan malamnya, Claude kembali ke kamar dan mulai melakukan rutinitasnya sebelum tidur. Ia merebahkan diri di kasur empuknya, dan menatap langit langit kamarnya. Otaknya terus merasa kepikiran mengenai ucapan Victor barusan bahwa mengapa ia benar benar merasa seattach ini dengan seorang bocah. Aiden ya... Aiden Aldebaran... Jika ia menikah nanti, apakah ia bisa menghasilkan keturunan istimewa bak Aiden?? Entah lah.. yang jelas, kini ia harus benar benar masuk ke alam bawah sadarnya agar bisa lebih fit menjalani hari esok yang tentu saja akan sama beratnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN