Ferrari merah menyusuri jalan kota menuju ke pesisir pantai. Meghan melirik ke arah pria dengan stelan jas hitam di sampingnya.
Michele tampak sibuk dengan panggilan ponselnya. Entah siapa yang dia hubungi. P3rset4n dengan itu! Meghan kesal karena Michele memperlakukan dia dengan kasar dan acuh.
Masih memperhatikan Michele, mata Meghan turun pada bagian depan celana kain licin yang dikenakan oleh pria itu. Adik kecil si Tuan Mafia ada di balik sana, apakah ia sudah tidur?
Meghan menggigit bibir bawahnya sambil memandangi area terlarang Michele. Perlahan matanya terangkat ke wajah dingin pria itu. Michele hanya menoleh satu kali tanpa rasa curiga.
Dengan gerakan cepat, Meghan meremas bagian depan celana Michele yang terlihat agak sesak.
Pria itu sangat terkejut dibuatnya.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Sepertinya dia sedang tidur ya? Ukurannya lebih kecil dari yang ku kira," jawab Meghan acuh, lantas tersenyum remeh sambil berpaling wajah dari tatapan tajam Michele padanya.
Kecil katanya?
Tentu saja Michele tersinggung mendengar ocehan konyol Meghan. Disudahi panggilan ponselnya, dia segera menyambar leher Meghan dengan cengkeraman kuat.
"Apa kau sudah pernah merasakan yang lebih besar dari ini?" desis Michele ke wajah Meghan disertai tatapan yang tajam.
Meghan tenang-tenang saja. Bibirnya tersenyum tipis. "Belum," jawabnya naif.
Michele mempertegas tatapannya."Aku akan menyiksamu malam ini sampai kau tak bisa berjalan esok pagi," ucapnya lantas melepaskan Meghan dengan kasar sampai dia terdorong dan kepalanya terbentur pada kaca mobil.
"Ah, sial!"
Meghan mendengus kesal. Dia menoleh langsung pada Michele. Pria itu tak peduli dan malah membuang muka jauh-jauh.
Entah apa yang sedang Michele pikirkan. Apakah rencananya untuk menipu Georgino atau ucapan Meghan tadi yang membuatnya tersinggung?
Siapa yang tahu ...
Selanjutnya, perjalanan hening tanpa perbincangan. Meghan yang kesal memilih memandang ke luar dari jendela mobil. Sementara Michele sibuk dengan panggilan ponselnya.
"Temui pria bernama Bruce. Dia orang Amerika yang bekerja pada Georgino. Namun yang aku dengar, pria itu mata duitan. Tawarkan sejumlah uang dan ajak dia bekerja sama. Kau paham?"
Meghan memasang wajah jengah mendengar ocehan Michele dengan seseorang lewat sambungan ponselnya.
Michele mengangguk, lantas menurunkan ponsel pintar dalam genggaman.
Ekor matanya melirik ke arah Meghan. Gadis itu bergegas memalingkan wajah. Michele hanya tersenyum remeh melihatnya.
*
"Lepaskan aku! B4jing4n kau!" Meghan memukul-mukul Michele yang menggendongnya di bahu setelah turun dari mobil.
Gadis itu sempat mau kabur. Namun, Michele segera bertindak cepat.
Sergio dan para bodyguard yang melihatnya hanya saling pandang lalu geleng-geleng. Ini bukan hal yang baru mereka lihat. Bos Mafia kerap kali membawa wanita ke kastilnya.
Namun, kali ini sedikit berbeda. Wanita yang dibawa bosnya terus berontak dan galak, tidak penurut seperti wanita lainnya yang Michele kencani.
Masa bodoh! Itu bukan urusan mereka. Lagi pula, bukan hal sulit untuk Bos Mafia menjinakkan seorang wanita. Mereka segera menyusul Michele memasuki kastil.
"Turunkan aku, B4jing4n!" Meghan marah-marah dan terus saja berusaha berontak saat Michele membawanya ke sebuah kamar.
Dia segera mendorong Michele lantas mundur setelah pria tinggi itu menurunkannya.
"Hei, Tuan Mafia! Jangan semena-mena padaku!"
Michele hanya menatap dengan wajah dingin. "Tidurlah. Aku ada urusan di luar. Namun, jangan coba menolak saat aku menemuimu menjelang pagi."
Meghan berdecak jengah. "Kau pikir aku ini apaan, hah?! Dasar sialan!"
Ucapan gadis itu membuat Michele gemas. Dia segera menyambar rahang Meghan, lantas menyambar rakus bibirnya.
"Umhhm!"
Meghan berusaha berontak dengan memukul-mukul punggung Michele. Pria itu sudah seperti sedang memakan daging mentah.
Perlakuan Michele membuatnya kesal. Tak bisakah mereka b3rc!uman dengan mesra dan romantis?
Huh, pria itu sudah menjajarkan dia dengan para gadis murahan yang biasa di temuinya di night club atau jalanan. Meghan tidak terima, tapi dia menyukai Tuan Mafia br3ngs3k itu.
Puas menciumnya, Michele mendorong Meghan sampai gadis itu terhempas ke tengah ranjang. Dengan nafas yang kembang kempis, Meghan berusaha mundur saat Michele mendekat. Tatapan pria itu membuatnya curiga.
"Jangan banyak bicara, kau harus tetap di sini sampai aku merasa bosan padamu. Kau paham, Nona Meghan Crafson?" Michele bicara setengah berbisik ke wajah Meghan.
Tangan Meghan mencengkeram kuat alas kasur di masing-masing sisi."Cacingan kau," desisnya dengan mata berapi-api.
Seringai tipis terbit pada sudut bibir Michele. "Kau pikir aku menyukaimu? Aku punya level sendiri, tahu! Dan, sayang sekali kau bukan salah satu di antaranya."
"Br3ngs3k ..."
Meghan ingin mencakar wajah tampan iblis di depannya itu dengan membabi buta. Namun, Michele langsung menangkap tangannya dan melempar dia kembali ke kasur.
"Tidurlah! Aku akan membuatmu kelelahan menjelang pagi tiba." Michele bicara lagi sambil memandangi Meghan yang sudah terlentang pasrah di tengah ranjang.
Menit selanjutnya pria itu mencondongkan wajahnya pada Meghan. "Aku mau ini setiap hari," bisiknya seraya menyentuh bib1r ranum Meghan dengan ibu jarinya.
Meghan masih menatap murka, dan Michele hanya menyeringai tipis lantas pergi.
"Dasar Mafia sial4n!" Gadis itu hanya bisa merutuki tanpa ada yang peduli.
*
Jose terlihat sedang duduk di dalam Alfa hitam yang menepi di sebuah lorong jalan di pinggiran kota. Para Mafia busuk itu telah menculik Meghan, itu yang dikatakan oleh Moly lewat sambungan ponselnya.
Dia masih heran, mengapa Michele menculik Meghan. Jose tak tahu apa-apa tentang hubungan satu malam yang melibatkan Bos Mafia itu dengan adik perempuannya.
"Aku melihat pria plontos yang selalu berada di samping Michele. Dia kelihatan masuk ke bar kasino." Jose bicara lewat sambungan ponselnya pada seseorang.
Paolo dan empat orang anak buahnya sedang minum kokain sambil menggoda para wanita di bar kasino. Mereka tidak menyadari jika Jose sedang mengintai.
"Pak, ini minuman Anda." Seorang pelayan wanita seumuran Meghan menyajikan koktail di meja Jose.
"Pergi dan awasi pria itu," bisik Jose pada si pelayan. Matanya melirik ke arah Paolo yang sedang asyik minum. Sedang tangan kanannya memasukkan selembar uang ke saku si pelayan.
Wanita dengan stelan pendek dan ketat itu mengangguk."Baik, Pak."
Jose masih memperhatikan Paolo sampai si pelayan wanita menghampiri anak buah Michele itu. Mereka tertawa dan minum sampai mabuk.
"Pak, mereka sudah mabuk berat." Si pelayan wanita menghampiri Jose lagi.
Pria dengan jaket kulit warna hitam itu mengibaskan tangan. Si pelayan bergegas pergi. Sekarang giliran Jose yang mengurus Paolo dan anak buahnya.
"Wanita berbaju merah tadi, di mana dia?" Paolo meracau saat Jose menyeret pria itu dan memasukkannya ke dalam mobil.
Bug!
Pow!
Pukulan telak pada tengkuk lehernya membuat Paolo tak sadarkan diri. Jose segera mengambil tindakkan selanjutnya.
Setelah melihat situasi, Jose segera menutup bagasi mobilnya di mana Paolo sudah meringkuk. Dia harus bergegas pergi sebelum Sergio dan orang-orang Michele melihatnya.
Paolo belum sadarkan diri saat Jose mengikatnya di atas sebuah kursi listrik tempat biasa dia menyiksa para tersangka. Dipandangi sesaat wajah pas-pasan pria asal Milan itu sebelum dia menyiramkan seember air.
Paolo terkejut. "Di mana aku?! Hei, kau siapa? Mengapa mengikatku seperti kambing?!"
Jose tersenyum sinis melihat Paolo berusaha melepaskan diri sambil marah-marah padanya. Segera dibuang permen karet dalam mulut yang sudah hilang rasa manisnya. Jose bergerak maju pada Paolo.
"Di mana adikku?" tanyanya sambil mencengkeram rahang Paolo.
"Adikmu? Oh, rupanya kau kakak si Jal4ng itu ya?" Paolo tersenyum remeh menanggapi tatapan tajam Jose padanya.
"Kampret!"
Bug!
Jose yang kesal mendengar ocehan Paolo segera menghantam wajah pria itu dengan tinjunya. Paolo mengerang kesakitan.
"Bicara buruk lagi tentang adikku maka akan ku robek mulutmu itu. Dasar Oon!" Jose menendang bangku di mana Paolo terikat dengan penuh emosi.
Paolo tersenyum remeh. "Klan Riciteli, dia membawa gadis itu ke kastil. Aku yakin, pasti saat ini adikmu sedang di perkaos olehnya. Haha! Dia kelihatan Macho tapi tidak perkasa, kau pasti tidak tahu hal itu, iya kan?"
Bug!
Jose kembali menghantam wajah Paolo dengan tinjunya. Dia berhasil membuat bibir pria itu sobek dan hidungnya berdarah. Namun, Paolo kembali tersenyum menyebalkan padanya.
"Tidak ada gunanya menyekapku di tempat membosankan ini, Letnan. Baiknya kau cari adikmu sebelum Michele melempar jasadnya dari atap gedung."
"B4jing4n!"
Bug!
Bug!
Jose segera menyerang Paolo dengan banyak pukulan di wajah dan perutnya. Ucapan pria itu benar-benar membuatnya marah dan mengkhawatirkan Meghan.
Entah bagaimana nasib adik perempunnya di tangan anjing liar itu. Dia harus segera menemukan Meghan.