Jose baru kembali ke unit apartemennya di pusat kota. Dia sedikit terkejut melihat sepasang sepatu wanita yang berserakan di depan pintu.
Meghan? Apa dia sudah kembali? Pertanyaan itu muncul di kepalanya. Dia yang sangat mencemaskan Meghan segera menerobos masuk untuk melihat adiknya.
Meghan sedang menonton drama romantis saat Jose tiba di dalam. Pria itu tersenyum lega melihat adik perempuannya tampak baik-baik saja. Lantas ia bergegas menghampiri Meghan.
"Gadis bodoh! Kemana saja kau? Kenapa tidak meneleponku? Dasar bodoh!" gerutu Jose sambil memukul bahu Meghan seraya mendaratkan bokongnya pada sofa kosong di samping sang adik.
"Ih, apaan sih?!" Meghan mengerang kesal, lantas membalas memukul-mukul punggung Jose.
Sang kakak hanya tertawa melihat Meghan marah-marah padanya.
"Aku lapar, bisakah kita makan di luar?" tanya Meghan dengan wajah memanja pada sang kakak.
Jose mengangguk. "Baiklah, kita makan ayam goreng malam ini. Bagaimana?" jawabnya seraya menatap Meghan yang sedang bersandar di bahunya.
"Aku mau makan di bar, lalu berdansa dan melihat banyak pria tampan di sana," pinta Meghan dengan agak memaksa.
Jose menatapnya heran."Hei, sejak kapan kau suka pergi ke bar? Bukankah musik remix di sana bisa membuat telingamu berdengung sampai satu pekan?"
Meghan menggeleng. "Sekarang tidak lagi," jawabnya."ayolah kita ke bar sekarang." Dia merengek sambil menarik-narik lengan Jose.
"Baiklah!" Jose mengangguk sambil tersenyum.
Meghan bersorak senang. Gadis itu bergegas bangkit."Aku mau bertukar pakaian lebih dulu," ucapnya lantas berlalu menuju kamarnya.
Jose hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Kemudian ponselnya berdering tanda pesan masuk. Dia segera memeriksanya.
["Aku melihat Klan Riciteli di club Madame Rose."]
"Michele," desis Jose dengan wajah dipenuhi aura kebencian.
*
Alfa hitam yang dikemudikan oleh Jose tiba di area sebuah club malam. Meghan memindai ke sekitar dari dalam mobil.
"Hei, ini bukan club yang aku maksud," komentarnya.
Jose membuka seat belt yang melingkar di tubuhnya."Club ini yang sedang populer sekarang."
Meghan berdecak jengah.'Tapi ini bukan club Tuan Mafia,' ucapnya dalam hati, lantas menyusul Jose keluar dari mobil.
Michele masih berada di club Madame Rose. Pria itu tampak sedang berbincang dengan dua orang pria. Mereka sedang menyusun rencana untuk menipu Georgino.
"Hai, Baby Boy! Wah, kau tampan sekali seperti kakakmu."
"Hei, apa yang kalian lakukan?! Jangan menyentuhku!"
Carlo marah-marah pada dua orang wanita berpakaian minim yang sudah duduk di masing-masing sisinya. Mereka terus menggerayangi tubuhnya. Hal itu membuatnya kesal dan jijik.
"Kurasa Georgino belum mengetahui jika kau yang sudah menghabisi Federico." Dante yang bicara. Pria itu datang bersama rekannya, Marcelo. Mereka menemui Michele tanpa membuat janji.
Michele menghembuskan asap cerutunya lantas berkata, "Meski dia tahu pun kurasa Georgino tidak akan peduli. Dia harus berterima kasih padaku karena sudah menyingkirkan penjilat macam Federico."
Dante tertawa. "Haha! Kau memang benar-benar sulit di tebak, Bro!"
Michele hanya menaikan sudut bibirnya menanggapi. Dia kembali sibuk dengan batang cerutunya sambil memperhatikan orang-orang yang sedang berdansa.
"Tunggulah di sini, aku mau ke toilet dulu." Jose berbisik pada Meghan setelah mengantar sang adik ke depan bartender.
Meghan hanya mengibaskan tangan dengan ekspresi bosan. Jose bergegas pergi.
"Huh, apa yang harus aku lakukan di sini? Aku ingin melihat si Tuan Mafia, bukan pria kulit hitam menjijikan itu!" Meghan menggerutu sambil menoleh pada pria asal Nigeria yang sedang tersenyum padanya sambil berdansa.
"Halo, Moly? Kau di mana? Aku sedang berada di bar Madame Rose! Huh, tempat ini sangat membosankan!" celoteh Meghan saat bicara lewat sambungan ponselnya. Dia memutuskan menghubungi temannya, Moly.
Di unit apartemen, Moly sedang berada dalam dekapan seorang pria. Mereka sama-sama tidak berpakaian dan berada dalam satu selimut di atas ranjang yang acak-acakan.
"Aku sedang di apartemen Berto. Oh, iya! Berto ingin mengundangmu ke pesta ulang tahunnya. Kau harus datang!" Moly tersenyum pada pria di sampingnya, lalu mereka b3rc!um4n kilas tanpa menurunkan ponsel di dekat telinganya.
Pria bernama Berto berbisik pada Moly. Entah apa. Gadis itu dibuatnya mengangguk sambil tersenyum gemas.
"Oh, baiklah Meghan! Aku harus pergi dengan Berto. Sampai jumpa!" ucap Moly lewat sambungan ponselnya pada Meghan sebelum mengeser tanda merah pada layar terang di depannya.
Berto tersenyum senang. Kemudian mereka b3rc!um4n lagi begitu gilanya.
Kembali pada Meghan.
Gadis itu mendengus kesal karena Moly menyudahi panggilan, padahal dia masih ingin bicara dengan temannya itu.
Huh! Benar-benar membosankan! Meghan membuang wajah jengah, lantas turun dari kursi.
Alunan musik remix terdengar menggema. Seolah mereka sedang konser di telinganya. Meghan mulai bergabung dengan orang-orang yang sedang berdansa.
Gadis dengan gaun pendek warna hitam itu mulai menggerakkan tubuhnya dengan erotis dan gemulai.
"Halo, Sayang. Wah, aku baru melihatmu di sini. Kau baru ya?"
Meghan dibuat terkejut saat seorang pria melingkarkan kedua tangannya ke sekitar pinggang kecilnya. Dia menoleh langsung. Seringai nakal pria itu menyambutnya.
"Danish Cissio Delvaro, siapa namamu?" ucap pria itu nyaris menyentuh pipi Meghan.
"Meghan, Meghan Crafson," jawab Meghan agak gugup.
Danish tersenyum manis. "Kau bukan orang Italia? Waw! Ini benar-benar kejutan!" serunya lalu merengkuh Meghan lebih erat.
Hal itu membuat Meghan menjadi tidak nyaman. "Hm, lepaskan! Aku tak bisa bernafas, tahu!" Gadis itu berusaha berontak.
"Hei, santai saja!" Danish yang semakin b3rn4fsu segera memutar tubuh ramping Meghan, dia ingin mengecupnya.
Plaak!
"B4jing4n!" Meghan menampar pria itu lantas pergi.
Danish yang tidak terima segera mencekal lengannya. Meghan kembali mengangkat tangannya mau menampar Danish lagi, tapi pria itu segera menangkap tangan Meghan.
"Beraninya kau menamparku di tempat umum begini. Dasar cewek sialan!" desis Danish, lantas menyeret Meghan menjauh dari orang-orang yang sedang berdansa.
"Lepaskan aku!" Meghan berusaha berontak, tapi Danish tetap menyeret dia menuju lorong yang cukup gelap dan sepi yang berada di sudut bar.
"Diam! Aku akan memberimu pelajaran!" ucap Danish sambil menyeret Meghan.
Sementara itu, Michele dan Dante tampak akan segera meninggalkan bar. Carlo sudah berjalan lebih dulu bersama dua orang bodyguard menuju area basement.
"Aku menunggumu di Milan," ucap Dante seraya menepuk satu bahu Michele sebelum masuk mobil.
Michele hanya berdiri memandangi mobil Dante melaju pergi. Kemudian ia menoleh pada Carlo yang juga sudah duduk di dalam mobil. Dia segera mengayunkan langkah menuju pada sang adik.
Ponsel yang berada di saku jasnya tiba-tiba berdering. Sergio? Mau apa dia menelepon? Michele segera menerima panggilan itu sambil berjalan menuju sebuah lorong di sudut bar.
["Bos, Nona Meghan ada di bar Madame Rose!"]
Michele sedikit terkejut mendengar ucapan Sergio lewat sambungan ponselnya. Meghan ada di sini? Matanya langsung memindai ke sekitar.
"Lepaskan! Dasar cacingan!"
Suara itu?
Michele bergegas mencari sumber suara yang tertangkap telinganya.
"Diamlah, Sayang. Ini akan membuatmu ketagih4n." Danish sedang berdiri di depan Meghan sambil membuka ritsleting celananya. Bibirnya menyeringai tipis melihat gadis itu sudah terpojok.
Meghan menggeleng dengan mimik ketakutan. Tidak, dia tak sudi di 'masuki' oleh pria itu. Dia memalingkan wajah saat Danish mendekat.
Bug!
"Aarkh!"
Meghan terkejut melihat Danish jatuh tersungkur. Kemudian seorang pria tinggi menghajarnya habis-habisan. Siapa pria itu? Cahaya yang remang membuat wajahnya tidak terlihat jelas.
Danish terkejut melihat wajah pria yang menghajarnya.
Klan Riciteli?
Mati!
Dia bergegas kabur.
Melihat Danish sudah pergi, Meghan bergegas menghampiri pria yang menolongnya. "Terima kasih, Tuan," ucapnya sambil berdiri di belakang Michele.
Pria tinggi dengan stelan jas hitam itu memutar tubuhnya menghadap pada Meghan. "Apa dia lebih perkasa dariku?" tanyanya dengan konyol.
Meghan membulatkan sepasang matanya dengan mulut menganga. Tuan Mafia? Dia nyaris tak percaya melihatnya.
Michele merapikan penampilannya sebelum mendekat pada Meghan. Wajah dingin itu menatap si gadis dengan intens.
Meghan masih bergeming dalam tertegun, dan Michele langsung menyambar rakus bibirnya dengan ciuman panas. Meski sangat terkejut, Meghan membalas kecupan itu.
Michele menyapu lembut b!b1r Meghan tak tersisa, lalu memasukan l!d4hnya ke mulut gadis itu. Meghan membulatkan sepasang matanya sampai terpejam tak menentu karena permainan si Tuan Mafia.
Tangan Michele mulai bermain pada dua bongkahan besar Meghan. Dia mengusap-usap, lalu membelai sampai meremasnya dengan agak kasar.
Meghan buru-buru meraup oksigen saat pria itu menyudahi c!um4nnya. Michele menghirup wangi tubuh Meghan dengan banyak kecupan. Gadis itu dibuatnya benar-benar kewalahan.
"Aaahh!"
Meghan mencengkeram kuat punggung Michele yang masih mengenakan jasnya.
Gaunnya sudah melorot sampai pinggang. Pria itu sedang memainkan satu per satu bongkahan besar di bagian depan tubuhnya.
"Sayang, aku ingin lebih dari ini." Michele berbisik dengan nafas yang memburu panas.