KANDAS SEBELUM KE PELAMINAN

1099 Kata
‘Kak, terus kapan kita jadi mencari gedung, memilih undangan serta baju pengantin?’ Tari merasa jadwalnya dengan jadwal Teddy semakin sulit bersatu. Teddy tak pernah bisa libur di week end. Tari merasakan bertemu dengan Teddy semakin sulit di dua bulan terakhir. Pernikahan mereka semakin dekat, hanya tinggal tiga bulan lagi. Dan persiapan tak ada kemajuan apa pun. ‘Kalau perlu aku akan izin saat Kakak libur di week day, karena mami selalu tanya perkembangan pelaksanaan pernikahan kita,’ lanjut Tari lagi. Mami yang dia maksud adalah ibunda Teddy. Karena Tari memanggil ibunya sendiri dengan sebutan BUBU. Teddy membaca chat itu dengan nanar, baru saja Ganefiati memperlihatkan hasil test pack bergaris merah dua. Dia bingung, karena bagi orang tuanya, hanya Tari yang mereka inginkan sebagai menantu keluarga Muliawan yang ningrat. Selama ini Teddy selalu aman, dia bukan orang bersih, sejak SMA dia biasa making love dan semua teman kencannya selalu main aman. Sehingga Teddy merasa Fifi juga sudah antisipasi seperti lawan tarungnya sebelum gadis itu. Teddy sedikit menyesal karena dia tidak mencintai Fifi, dengan perempuan itu dia hanya menyalurkan kebutuhan biologis. Yang sengaja tak dia lakukan pada Tari, perempuan yang sangat dia cintai. Perempuan yang dia hormati dan dia harap menjadi ibu dari anak-anaknya. Teddy harus menyelesaikan permasalahannya dengan Tari. Sesudah itu dia akan menghadap mami dan papi serta omanya, baru dia akan menghadap orang tua Tari. Walau tak mencintai Fifi, tapi ada satu nyawa yang butuh pengakuannya. Itu adalah tanggung jawabnya sebagai lelaki. ‘Nanti malam Kakak akan ke rumahmu,’ Teddy membalas chat Tari. Dia tak ingin menunda dan memperlambat menyelesaikan persoalan ini. Diundur atau tunda juga tak akan berubah. Semua harus dia hadapi. Ini memang kesalahannya bermain api. Menyesal? Tentu Teddy menyesal, tapi mau bagaimana lagi? ≈≈≈≈≈ Tari tak sanggup lagi menangis, dia hanya berpikir apa salahnya sehingga tunangannya melakukan perselingkuhan dan mengakibatkan seorang perempuan hamil di luar nikah. Dia selalu percaya penuh pada Teddy. Dia baru menyadari mengapa akhir-akhir ini Teddy jarang libur saat week end, ternyata laki-laki itu landing di bandara lain. Teddy libur, tapi tidak datang menemuinya, melainkan menemui selingkuhannya. Tari pun memantabkan hati tak ingin menangis lagi. Dia akan berdiri tegak tak butuh penopang. Dia masukkan hati dan perasaannya ke freezer. Tak mau lagi dia mengenal cinta laki-laki. ≈≈≈≈≈ Muka Teddy memar dipukul oleh Robert Khrisna Muliawan. Lelaki yang masih kuat dan sehat itu memukul habis Teddy ketika putranya mengatakan dia membatalkan pertunangannya dengan Tari, karena harus menikahi perempuan yang baru dikenalnya empat bulan dan sedang hamil anaknya. Dan Robert tambah murka ketika Teddy mengakui belum pernah mengetahui bobot bibit bebet perempuan itu. Menurut Robert, apa pun alasannya, perempuan yang menyerahkan diri sebelum menikah bukan perempuan baik-baik. “Kamu sudah dewasa, kamu bukan anak kecil. Kamu punya penghasilan sendiri. Sejak saat ini, kamu bukan trah Muliawan. Saya tidak sudi mempunyai menantu perempuan yang tidak punya harga diri. Apa dia masih virgin saat pertama denganmu? Apa kamu pernah tahu latar belakang keluarganya dan pandangan keluarganya sendiri terhadap perempuan itu? Apa kamu yakin, janin itu anakmu?” Teddy terperangah, papinya langsung tidak mau mengakuinya sebagai anak karena kesalahannya ini. Sedang maminya sejak tadi hanya memandang kosong tanpa ekspresi. Teddy terbuang dari keluarga akibat kesalahan fatal yang dia lakukan. Tapi dia tak mungkin membuang jiwa anaknya yang tidak berdosa. Dia tetap akan menikahi Fifi secara agama, tanpa pesta dan tidak akan dia daftarkan secara resmi. ≈≈≈≈≈ Teddy kembali mengingat saat pertama bertemu Fifi, lalu perempuan itu yang lebih dulu menghubunginya dengan alasan bertanya jadwal Bima. Dilanjut dengan ajakan nonton dan dia terperangkap dalam dekap Fifi. Awalnya Teddy hanya senang bisa menyalurkan hasratnya. Dia tidak berpikir akan terjerat oleh janin di perut Fifi. Teddy juga sadar, bukan dia yang merenggut keperawanan Fifi, sepertinya perempuan itu sudah sangat mahir. Teddy membandingkan sifat liar Fifi dengan sifat lembut Tari. Sifat sabar Tari dengan sifat bar-bar Fifi. Teddy pernah menjemput Fifi di lokasi pemotretan, dia melihat dan mendengar perlakuan serta kata-kata kasar Fifi pada asistennya. Hal yang tak pernah dilakukan Tari. ‘Bodoh … aku bodoh hingga bisa salah melangkah!’ Teddy memaki dirinya sendiri. Penyesalan yang sangat terlambat. Kedua orang tuanya tak mau membantu menemani datang ke rumah orang tua Tari untuk memberitahu bahwa dia terpaksa membatalkan ikatan pertunangan mereka. ≈≈≈≈≈ Pagi ini Teddy meluncur sendiri ke Bogor, hendak memutuskan pertunangannya dengan Tari. Di Jakarta Tari tinggal sendirian berteman asisten rumah tangga saja, di rumah milik orang tuanya, sedang orang tuanya tinggal di rumah mereka di Bogor. Teddy harus memutus pertunangan secara jantan, seperti ketika dia meminta Tari menjadi tunangannya dua tahun lalu. Dia tak mau jadi lelaki pecundang. Selesai sudah persoalan dengan Tari, orang tua Tari serta orang tuanya. Amarah Mochtar Prawira sama sekali tak terlihat marah. Dia hanya bertanya apa Tari putrinya sudah tahu. Saat Teddy mengatakan kemarin dia sudah langsung bicara pada Tari dan meminta maaf pada gadis itu, Mochtar langsung diam. Artinya dia tak perlu bercerita lagi pada putri sulungnya, hanya perlu ada di sisinya untuk menjadi penghibur gadis kecilnya. Sementara Fitrianingsih, atau bu Nengsih tak bicara apa pun. Dia mendengar Teddy bicara kedua orang tuanya minta maaf. Mereka tak datang ke sini bukan karena tak menghormati pak Mochtar dan bu Nengsih, mereka hanya tak mau ikut bertanggung jawab atas kesalahan yang Teddy lakukan. ≈≈≈≈≈ Selesai urusan dengan Tari, orang tua tari dan orang tuanya, sekarang Teddy ingin menembus orang tua Fifi. “Lalu aku harus melamarmu ke mana? Sejak minggu lalu aku minta diperkenalkan pada orang tuamu kamu mengelak, ya sudah kenalkan pada wali mu saja,: ucap Teddy. Sejak Fifi memperlihatkan test pack dua garis dia langsung ilfil pada Fifi, sama sekali tak ingin menyentuhnya. Bahkan hanya sekedar mengecup kening saja dia malas. Fifi selalu saja berkelit. Bahkan Teddy sama sekali tak pernah tahu asal perempuan itu, lulusan mana serta siapa kerabatnya. Teddy kembali terngiang kata-kata papinya lima hari lalu. ‘Apa dia masih virgin saat pertama denganmu? Apa kamu pernah tahu latar belakang keluarganya dan pandangan keluarganya sendiri terhadap perempuan itu? Apa kamu yakin, janin itu anakmu?’ Semua tak mungkin dia tarik garis mundur. Teddy hanya ingin anaknya mempunyai ayah saat dia lahir. Teddy tak berpikir pernikahan yang tidak dicatat secara resmi di negara tidak bisa membuat akte kelahiran. “Mengapa kamu masih merokok? Kamu sedang hamil! Kasihan bayimu!” teriak Teddy saat dia pulang dan melihat Fifi sedang nonton drama korea kesukaannya sambil minum soda dan ada keripik balado di meja. “Aku baru pulang kerja, cape, wajar kalau aku relaks sedikit,” jawab Fifi, Teddy melihat Fifi seakan tidak peduli terhadap janin yang dikandung, sepatu hak tinggi masih tergeletak dekat meja, padahal beberapa kali Teddy melarang Fifi menggunakan sepatu high hills sejak ketahuan hamil.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN