OWN 4 | Legenda Hilang Yang Ditemukan

1428 Kata
OWN 4 | Legenda Hilang Yang Ditemukan 9 Tahun Kemudian Waktu berlalu begitu saja, sampai saat ini Ilias masih menjadi pimpinan tertinggi di perusahaan. Hal itu tidak lain karena sang pemilik sebenarnya tidak kunjung kembali setelah menghilang begitu saja. Hal terakhir yang Ilias dengar dari Jessica adalah fakta bahwa dia melanjutkan pendidikannya di Belanda. Identitasnya baru terbaca setelah kelulusannya. Orang yang Ilias sewa terlambat menemukan jejaknya. Ilias hanya melihat beberapa potret dari universitas itu. Rupanya ia melanjutkan pendidikan dua tahun setelah menghilang. Tidak banyak informasi soal Jessica, dia benar-benar menghilang seolah dirinya memang enggan ditemukan. Orang yang harusnya kembali untuk memenuhi perkataannya dan mengambil semua yang menjadi miliknya, justru tidak pernah menunjukan batang hidungnya selama lebih dari sembilan tahun. Yang menjadi masalah adalah sosoknya yang menghilang. Nilai perusahaan sudah kembali stabil setelah krisis yang sempat datang menggelora. Namun, kondisi dimana Jessica tidak pernah terlihat justru seolah menjadi bom waktu, membuat gejolak saham begitu mudah terpengaruh dengan isu-isu berita yang naik ke permukaan. Meski begitu, Ilias bisa mempertahankan segalanya dengan cukup baik. Hanya saja… Seperti saat ini, ia yang melihat warna hazel selalu teringat pada mata yang sering menatap tajam setiap orang yang mengusik pandangannya. “Tuan, tunggu apa?” Hero bertanya, ia memandang Ilias menanti sang tuan berjalan lebih dulu. Pandangan Ilias sempat teralihkan oleh mata seorang remaja yang sedikit mirip dengan Jessica. Remaja itu melewatinya dan menghampiri remaja pria yang baru keluar dari gate kedatangan. Karena urusan bisnis Ilias harus datang ke Finlandia. Ilias kembali berbalik, secara tidak sengaja pundaknya berbenturan dengan seorang pria yang membawa dua minuman segar berwarna hijau bening di tangannya. “Ahh maaf…” Pria dengan bola mata abu-abu itu langsung meminta maaf dan memamerkan senyuman di bibirnya. Tingginya hampir setara dengan Ilias, pria dengan tubuh kokoh itu kembali sedikit menundukan kepalanya sebelum berbalik pergi dan berdiri di dekat pintu gate kedatangan. Tampaknya ia akan menunggu seseorang. Ilias berbalik, sebelum siluet tidak asing seolah tertangkap ekor matanya. Nafasnya seolah terhenti saat itu juga. Ilias kembali berbalik, melihat surai panjang hitam bergelombang yang ditata sederhana. Wanita dengan gaun putih panjang itu mengenakan kacamata hitam dan sepatu ber-hak rendah, tangannya menjinjing tas dengan begitu natural. Itu bukan wajah yang asing… Pembawaanya jauh lebih dewasa dan tenang, wanita itu tampak menarik senyuman, saat melihat pria yang menyodorkan gelas minuman untuknya. “Esnya sudah mencair.” Komentarnya, sambil menerima gelas minuman itu. Ilias menajamkan pandangannya, ia bisa mengenali bahkan meski dari kejauhan. Jessica selalu terlihat menonjol bahkan ketika dia berpenampilan biasa saja. “Nona…” Hero bahkan bisa mengenalinya juga. “Tuan…” Hero menahan tangan Ilias yang baru saja hendak melangkah maju. Pandangan Ilias tertuju pada seorang wanita lain yang membawa tumpukan koper di troli. Ia berjalan menyusul dengan seorang anak yang tampaknya baru berusia sekitar delapan tahun. Anak itu membawa puzzle kawat di tangannya. Mata biru yang cerah menatap tajam mainan yang mengasah kemampuan otak itu. Desahan kecil lolos dari bibirnya setiap kali ia mengambil langkah yang salah. “Liburannya menyenangkan?” Pria itu bertanya, membuat anak yang mengenakan kemeja tipis bergambar bunga itu mendongak. “Terlalu berisik, kacau dan berantakan,” ia melirik Jessica disampingnya. “Ibu, aku rasa aku tidak akan mau berlibur ke pantai lagi.” Anak itu menyerahkan puzzle yang telah selesai ke tangan pria di samping ibunya dan menghela nafas sambil berjalan lebih dulu. Wanita yang membawa koper tampak tertawa kecil. “Akan aku ceritakan nanti,” ujar wanita itu pada si pria yang menatapnya seolah bertanya, jelas mereka akan memiliki pembahasan menyenangkan saat waktu luang. Ia kemudian langsung menyusul anak yang sudah lumayan menjauh. “Apa anak remaja selalu sulit dihadapi? Maksudku, dia bahkan belum memasuki usia remaja? Saat seusianya aku sangat amat penurut.” Jessica menarik nafas dalam, membiarkan pria di sampingnya tertawa. “Sudah kubilang kan, jangan terlalu menahannya saat ia ingin melakukan sesuatu. Kalian pasti bertengkar karena hal itu lagi kan.” Pria itu berjalan berdampingan dengan Jessica. Mereka mengobrol dengan begitu akrab dan saling nyaman satu sama lain. Hingga, akhirnya Jessica dan semua yang bersamanya sampai di sebuah mobil yang sudah terparkir. Mereka masuk ke dalam mobil itu, melaju dengan Ilias yang sudah mengikuti dengan memotong antrian taksi sembarangan untuk bisa mengikuti Jessica. Hero yang berada di belakangnya hanya bisa pasrah pada tindakan sang tuan dan mengikuti tuannya yang mengikuti mantan istrinya. “Anak itu…” Hero bergumam sambil melirik Ilias, wajah yang biasanya kaku dan tidak banyak berekspresi, seolah kian tegang, namun di saat bersamaan senyuman mengembang di bibirnya. “Benar, sepertinya itu anakku.” Ilias menjawab apa adanya. Bahkan tanpa harus melakukan tes DNA atau semacamnya, Ilias bisa mengetahui hanya dari wajah anak itu. Bukan hanya mirip, anak itu memiliki paras yang serupa dengan dirinya, identik dengan cara yang unik. Ilias cukup terkejut, namun di saat bersamaan ia ingin segera menghampiri Jessica dan menangkapnya. Mempertanyakan mengapa dirinya melarikan diri dan mengapa ia menyembunyikan anak itu darinya. Mempertanyakan banyak hal… Meski anehnya ia mulai kebingungan, mengenai apa yang harus disampaikannya saat bertemu dengan Jessica lagi. Legenda hilang yang ditemukan. Meski pada akhirnya, Ilias tidak menemui Jessica, ia berakhir dengan mengikuti wanita itu sampai ke kediamannya. Jessica menempati kediaman besar yang indah, dikelilingi oleh alam yang subur dan menenangkan. Seolah rumah yang ditempatinya menjadi lambang kemewahan dan kenyamanan, dengan desain arsitektur klasik yang elegan namun tetap menyatu dengan lingkungan sekitarnya. Dinding-dindingnya berwarna krem dengan jendela-jendela besar yang berbingkai ukir, memungkinkan cahaya matahari masuk dengan leluasa dan memberikan pemandangan luar yang menakjubkan. Rumah tersebut dikelilingi oleh hamparan taman bunga yang luas dan terawat dengan sempurna. Bunga-bunga berwarna-warni seperti aster, mawar, tulip, dan lavender tumbuh subur. Menyebarkan aroma harum yang menyegarkan udara sekitar. Jalur-jalur setapak yang terbuat dari batu alam mengelilingi taman, mengundang siapapun untuk berjalan-jalan santai dan menikmati keindahan alam. Di sebelah taman bunga, terdapat sebuah kebun kecil yang rimbun dengan berbagai tanaman dan sayuran. Di kebun ini, berbagai jenis tanaman seperti tomat, selada, dan wortel tumbuh dengan subur, menunjukkan tangan-tangan ahli yang merawatnya. Ada juga beberapa pohon buah seperti apel dan pir yang memberikan naungan dan hasil panen yang melimpah saat musimnya tiba. Di depan rumah, terdapat sebuah teras luas dengan kursi-kursi dan meja kayu, tempat yang sempurna untuk menikmati secangkir teh sore atau membaca buku sambil menikmati pemandangan taman. Teras ini juga dilengkapi dengan ayunan taman yang nyaman, tempat favorit bagi anak-anak maupun orang dewasa untuk bersantai. Bagian belakang rumah menawarkan lebih banyak ruang terbuka, dengan kolam renang yang bersih dan berkilau di bawah sinar matahari. Di sekeliling kolam renang, terdapat kursi-kursi santai dan payung, menciptakan suasana seperti resor pribadi yang eksklusif. Tidak jauh dari kolam renang, ada sebuah gazebo yang elegan, tempat ideal untuk mengadakan makan malam outdoor atau pesta kecil bersama teman dan keluarga. Di kejauhan, hutan kecil dan perbukitan hijau memberikan latar belakang yang menakjubkan, menambah kesan damai dan tenang di rumah ini. Suara burung berkicau dan angin sepoi-sepoi yang berhembus melalui dedaunan menciptakan suasana yang harmonis dan menyegarkan jiwa. Secara keseluruhan, rumah besar ini adalah tempat tinggal impian yang menawarkan kenyamanan modern dan keindahan alam yang alami. Lingkungan yang asri dan suasana yang tenang membuatnya menjadi tempat yang sempurna untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk kehidupan kota, memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi siapa saja yang beruntung untuk tinggal di sana. Suasana yang tidak asing, Ilias seolah melihat sebuah duplikat. Rumah itu, mirip dengan vila milik neneknya yang seting Jessica tempati bersama ibu dan ayahnya setiap kali mereka pergi berlibur. Ia yang masuk ke dalam kediamannya dengan nyaman tidak pernah menyadari, bahwa setiap pergerakannya diabadikan oleh sepasang mata yang menelisik dengan tajam. Retina biru yang seolah menangkap setiap pergerakan dari gadis itu dengan intens. Ilias tidak menyadarinya sebelumnya… Bahwa mata yang dulu ia buat menangis sedemikian perih, kini kembali cerah diiringi tawa indah di bibirnya. “Ibu hentikan!” Anak itu berlari keluar rumah, diikuti oleh Jessica yang mengejar dengan wajah tanpa dosa mengangkat tinggi-tinggi celana bergambar bunga yang tampaknya ingin dipakaikannya pada si anak. “Bukankah ini lucu, ayo pakai barang pasangan, ibu juga beli satu untuk Riria, Riri bilang dia suka dan tidak sabar untuk memakainya saat kembali dari berlibur.” Anak itu semakin berteriak, ia berlari dan berlindung di balik tubuh pria yang terus bersama mereka. “Hentikan, kau bisa membuat Aiden menangis Jessy.” Jessica berhenti mengejar putranya, ia menarik nafas dalam dan menatap anak bernama Aiden itu bingung. “Kau bahkan tidak mau memakai barang pasangan dengan ibumu Aiden? Kau sudah berubah, ibu kecewa.” Ia berbalik pergi, menciptakan situasi dimana Aiden terlihat ragu untuk mengejarnya. “Ibu…” Jessica langsung menoleh dan tersenyum dengan senang. “Sini ibu mandikan dan-” “Aku sudah besar!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN