Perjalanan menuju kantor Ethan Wijaya Putra. Bayang-bayang Alika masih terekam jelas di kepala lelaki pemilik dua lesung pipi itu. Sesekali Ethan menyunggingkan senyum lebar sembari melempar pandang ke luar jendela. Wijaya sudah menyadari ketertarikan putranya pada wanita itu sejak di kantor Nathan tadi. Dia ikut tersenyum, tangannya menepuk bahu Ethan. "Apa kamu benar-benar menyukainya?" tanya Wijaya walau dia sudah tau jawabannya, tetapi akan lebih pasti kalau Ethan yang mengatakannya sendiri. Di mata Wijaya wanita bernama Alika itu cukup baik, sopan, cantik, dan tentu saja terlihat pintar, berpendidikan. Tak ada alasan untuknya menolak Alika untuk menjadi kekasih putranya. Baginya asal-usul keluarga Alika tidaklah penting, dia bisa mengubah kasta seseorang dalam sekejap mata. Kalau