Gadis Yang Terlalu Naif

1463 Kata
“Ini namanya mencuri, kan? Aku tidak mau!” “Eii, ini bukan mencuri. Kita hanya mengambil hak kita sebagai orang miskin dari orang kaya seperti Aiden. Itu tidak apa-apa. Bukan mencuri namanya.” “Tapi kalau nanti dia marah dan memukuliku bagaimana?” “Eii, tidak mungkin. Dia begitu karena aku yang mengambil uangnya. Kalau gadis kecil sepertimu dia tidak akan tega melakukannya.” Runa mengerutkan keningnya, kelihatan sekali keberatan dengan ide Felix untuk mengambil uang dari bawah kasur Aiden dan memasukkannya ke dalam kotak kardus yang kini ada di hadapannya sementara Felix‒yang tetap berani mengusulkan ide untuk mencuri padahal mulutnya terus meringis saat tangannya memijat lebam di wajahnya dengan sebutir telur‒berusaha semakin keras untuk membujuknya. “Aiden itu uangnya banyak sekali. Walaupun diambil sekardus setiap hari dia tidak akan sadar saking banyaknya. Yang di bawah kasurnya ada banyak, lebih banyak dari yang ada di lemari. Kalau diambil untuk memenuhi kardus ini tidak akan berkurang sampai separuhnya. Dia tidak akan mungkin sadar,” terang Felix. Runa tidak mengatakan apapun, kelihatan masih sibuk berpikir dengan kening yang semakin berkerut dalam hingga membuat Felix mendecakkan lidahnya karena gadis itu sulit sekali dipengaruhi. “Ya sudah kalau tidak mau. Kau pergi saja sana. Biar nanti ketemu Madam itu lagi lalu dijual pada pria lain yang lebih‒” “Aku mau! Aku mau!” Runa buru-buru menyela ucapan Felix dengan wajah panik, membuat pria itu diam-diam menyeringai licik karena menemukan satu kelemahan yang bisa dimanfaatkannya dari Runa. “Kalau begitu kita tunggu di sini sampai Aiden pergi. Begitu dia pergi, kau harus langsung masuk dan mengambil uang yang ada di bawah kasurnya. Aku akan berjaga di luar dan memastikan semuanya aman,” kata Felix yang dengan polosnya hanya diangguki oleh Runa. Namun tentu saja, Felix itu bukan jenis orang yang dapat dipercaya. Ia bersembunyi tidak jauh dari apartemen Aiden ketika Runa masuk ke dalam sana untuk mengambil uang di bawah kasur. Tapi bukannya berjaga seperti janjinya, ia justru sibuk bermain game di ponselnya dan baru mengalihkan tatapan dari ponselnya saat mendengar bunyi pintu yang dibuka dan melihat Aiden yang berdiri di sana. Felix seharusnya bertanggung jawab pada situasi ini, menyelamatkan Runa yang nyawanya sedang dalam bahaya karena idenya. Namun tentu saja, Felix itu bukan jenis orang baik seperti itu. Karena alih-alih menyelamatkan Runa, ia justru berlari pergi menjauh dari tempat itu untuk menyelamatkan dirinya sendiri sementara Runa terjebak di dalam apartemen dengan Aiden yang menatapnya dengan tatapan galak yang membuat gadis malang itu jadi ingin menangis saking mengerikannya tatapan yang Aiden berikan padanya. “A-aku... Aku sedang bersih-bersih‒” “Kau membersihkan uangku, uh?” Aiden menyela ucapan Runa dengan suara rendahnya yang meski terdengar pelan dan tenang tapi membuat Runa merasa sangat ketakutan karena menyadari betapa fatalnya kesalahan yang ia perbuat sekarang. Sebab saat ini, ia bukan hanya sekadar tertangkap basah mencuri biasa. Ia mencuri tumpukan uang milik seorang ketua mafia yang bisa saja dengan mudah menghabisi gadis tidak berdaya sepertinya. “Tuan Felix...” Runa bukannya ingin mengadukan Felix, ia dengan suara pelannya yang terdengar penuh ketakutan itu sedang memanggil Felix untuk meminta jaminan perlindungan dari pria itu. “Sepertinya aku jadi sangat baik padanya belakangan ini,” gumam Aiden seraya mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Felix. Ia kelihatannya sudah terlalu muak dengan tingkah orang yang katanya tangan kanannya itu hingga hanya mengucapkan dua kata dengan nada datar ketika Felix menjawab teleponnya. “Cepat kemari.” Aiden langsung memutus panggilan lalu berjalan mendekati Runa sambil menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia berdiri di hadapan Runa, hanya menatapnya tanpa mengatakan, namun sudah cukup untuk membuat tangisan Runa pecah. “Maaf, maafkan aku...” Runa mengembalikan tumpukan yang sudah ia simpan di dalam kardus kembali ke bawah kasur sambil terisak-isak. “Aku tidak bermaksud seperti ini, aku hanya‒” “Kau juga tidak bermaksud bekerja di rumah bordil itu tapi tetap berada di sana karena dipaksa papamu, kan?” Aiden menyela ucapan Runa dengan suaranya yang masih terdengar datar. Namun auranya yang terasa berbahaya itu tidak bisa membuat Runa menghentikan isakannya yang justru semakin keras saat gadis itu menganggukkan kepalanya berkali-kali untuk membenarkan ucapan Aiden. “Sekarang kau tidak bermaksud mencuri uangku tapi tetap melakukannya karena Felix yang memaksamu?” Lagi, Runa menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Aiden. “Aku‒” “Kau ini gadis bodoh yang merepotkan.” Aiden kembali menyela ucapan Runa. Kali ini dengan nada yang terdengar tajam dan membuat isakan Runa yang sejak tadi tidak bisa dihentikan sontak terhenti begitu saja saat mendengarnya. “Bahkan meski kau sangat lemah, mengapa kau juga jadi bodoh dan membiarkan orang lain memanfaatkanmu? Menjadi wanita penghibur, menjadi pencuri, lalu nanti apa lagi? Apa kau hanya akan terus pasrah saja saat orang-orang memaksamu untuk menjadi orang jahat?” Runa menggigit bibir bawahnya dengan kepala tertunduk, tidak berani menatap Aiden dengan kedua matanya yang dibanjiri air mata. Rasa takutnya sudah hilang, namun hal yang membuatnya menangis sebanyak ini adalah rasa sedihnya yang tidak terbendung saat Aiden mengucapkan kata-kata yang terdengar begitu kejam padanya. Pada dirinya yang berpikir jika Aiden adalah pahlawan paling baik dalam hidupnya. “Aku benci orang sepertimu.” Ucapan Aiden membuat Runa menggigit bibir bawahnya semakin kuat sementara air matanya semakin deras mengalir. Hatinya terasa semakin sakit. Rasanya ia lebih baik dihajar habis-habisan karena mencuri seperti yang Aiden lakukan pada Felix tadi daripada harus mendengar pria itu berkata membencinya seperti ini. “Aku paling benci orang yang menggantungkan hidupnya dengan mengandalkan belas kasihan orang lain sepertimu. Itu benar-benar memuakkan.” Runa menghapus air matanya dengan kasar sebelum mendongakkan kepalanya untuk menatap Aiden. Kedua telapak tangannya terkepal erat, berusaha keras agar tidak kembali menangis saat kedua matanya bertemu dengan tatapan tajam Aiden yang terasa mengintimidasinya. “Aku juga muak menjadi orang yang menyedihkan, karena itu aku selalu bersikap ceria. Tapi itu bukan salahku jika aku tidak lahir dengan tubuh dan mental yang kuat seperti Tuan. Aku ingin jadi kuat, tapi tetap selalu menangis jika sesuatu jadi sulit dan memmbuatku takut. Aku ingin jadi mandiri dan memuakkan, tapi...” Kepalan kedua tangan Runa perlahan terbuka saat ia tidak dapat menahan air matanya. Kepalanya kembali tertunduk dan bahunya yang terkulai lemas berguncang-guncang saat ia kembali menangis di hadapan Aiden. “Terima kasih untuk semuanya. Maaf karena sudah merepotkan dan mencuri uangmu. Aku akan pergi dan tidak akan mengganggu Tuan lagi mulai sekarang.” Runa berbalik setelah mengucapkan kalimat itu dengan kepala yang terus tertunduk karena tidak ingin melihat wajah Aiden lagi. Tidak ingin jadi semakin hancur saat menyadari jika seseorang yang ia anggap adalah hadiah yang tuhan kirimkan padanya untuk hidupnya yang menyedihkan justru merasa muak padanya padahal mereka belum lama bersama. “Mana Runa?” Aiden mengerjapkan kedua matanya, tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Felix yang hanya melongokkan kepalanya dari ambang pintu. Kelihatan takut sekali untuk masuk dan mendekat pada Aiden. “Dia pergi.” Sekarang giliran Felix yang dibuat mengerjapkan kedua matanya karena merasa bingung dengan jawaban Aiden yang diucapkan dengan suara pelan yang terdengar sedih itu. Iya, sedih. Felix yakin ia tidak salah mengartikan kemarahan Aiden dengan kesedihan karena sekarang tatapan pria itu pun juga terlihat sesedih suaranya hingga membuat kedua mata Felix membulat saat menyadari sesuatu. “Apa semua uangnya hilang? Apa Runa berhasil membawa kabur semua uangnya hingga membuatmu jadi sedih begini?” tanya Felix yang sebenarnya sangat senang jika memang ‘anak buahnya’ itu berhasil mengambil semua uang Aiden. Aiden menundukkan kepalanya untuk menatap tumpukan uang di dalam kotak kardus yang belum sempat Runa kembalikan ke bawah kasur. “Dia bahkan tidak bawa sepeser pun. Bagaimana dia bisa bertahan jika pergi dengan hanya membawa pakaianku yang melekat di tubuhnya?” “Apa?” Felix bertanya karena gumaman Aiden tidak terdengar jelas olehnya. “Runa baik-baik saja, kan?” tanyanya saat menyadari jika uang milik Aiden masih ada dan sekarang ia jadi khawatir jika Runa sudah diapa-apakan oleh Aiden karena tertangkap basah mencuri uangnya. “Tidak tahu!” Dan tiba-tiba saja Aiden kembali bicara dengan nada ketus dan wajah galak yang sangat tidak bersahabat. “Aku tidak akan peduli lagi pada gadis bodoh sepertinya! Aku akan pergi bersenang-senang sekarang.” “Rumah bordil?” “Iya. Aku akan menghabiskan malam dengan wanita penghibur paling seksi di sana.” *** Dan itu sebuah kejutan bagi Aiden saat ia masuk ke salah satu kamar rumah bordil itu dan mendapati Runa yang sudah didandani dan mengenakan pakaian seksi itu telah menunggunya di sana dengan wajah yang sama terkejutnya dengan dirinya saat melihat kehadirannya. “Aku tahu kau pasti sangat menyukai gadis ini sampai datang lagi kemari,” kata Madam yang berdiri di belakang Aiden sambil membelai lembut bahu kekar pria itu. “Karena itu, aku akan memberimu gadis yang paling kau sukai di tempat ini. Runa, aku akan menyerahkannya padamu lagi malam ini, Sayang.” **To Be Continued**
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN