Bibir monyong milik Farras menyambut helaan nafas Fadlan yang sedari tadi berdiri sambil berkacak pinggang di tangga paling bawah. Lelaki itu geleng-geleng kepala melihat anak gadisnya turun dengan setengah hati. Sementara Farrel mengintil di belakang Farras sambil membawa koper gadis itu. "Kenapa harus Farras coba?" Lagi-lagi ia mengungkit pertanyaan yang sama. Tapi bedanya, kali ini Fadlan berniat menjawab apa yang membuat Farras selalu bertanya-tanya. Ditambah lagi, tumben-tumbennya Papanya ini ingin ada yang menemani bundanya kalau harus mengisi pelatihan di luar kota. Padahal biasanya, bundanya berangkat sendiri aja. "Kasian bunda kamu sendirian," itu jawaban yang tidak masuk akal menurut Farrel. Namun ia hanya diam tanpa mau menyoroti jawaban Papanya karena Farras pasti lebih d