Bab 8. Penolakan Halus

1281 Kata
Hari senin Tia kembali beraktifitas di sekolah. Upacara senin seperti biasa dilaksanakan. 45 menit berlalu, upacara pun selesai. Komandan upacara membubarkan barisan. Siswa pun berhamburan ke dalam kelas masing-masing. Tia berjalan beriringan dengan Halimah. "Tia, gimana kabarmu, udah mendingan?" Tanyanya. "Seperti yang Kamu lihat, Aku ada di sekolah hari ini...." Kata Tia. "Eehmm.." Sesorang berdehem, Tia dan Halimah menoleh. "Yasin.." Kata Tia. "Gimana keadaanmu, Tia." Tanya Yasin. "Alhamdulillah, Aku bisa berada di sekolah hari ini." Kata Tia. "Syukurlah." Sahut Yasin. "Nanti istirahat ke warung Mpok Lila ya?" Ajak Yasin. Tia hanya mengangguk. "Ciiieeee..." goda Halimah. "Apaan sih Mah, gak seperti yang Kamu pikirkan." ucap Tia sambil manyun. Bel istirahat pun berbunyi, Tia dan Yasin keluar berbarengan, Rina menatap Tia tak suka, tapi Tia tak memperdulikannya. Mereka berjalan ke warung Mpok Lila. Memang warung Mpok Lila sangat nyaman kalo untuk ngobrol. Tia memang menyetujui ajakan Yasin, karena Tia ingin bicara dengannya. Yasin menggandeng tangan Tia, tapi Tia menepisnya. Rina pun melihat itu, dan sepertinya Dia sedikit lega dengan penolakan Tia. "Kenapa sih Kamu gak mau Aku gandeng?" Tanya Yasin. "Iiiihhh apaan sih? kayak anak kecil aja digandeng. Aku jadi inget adikku yang bontot kemana-mana Aku gandeng." Ucap Tia asal, sebisa mungkin Tia menjawab dengan sewajarnya, padahal hatinya begitu senang saat Yasin menggandengnya, tapi nasehat Ibuuuu.... "Hey ngelamun?" Yasin mengibaskan tangan nya ke depan wajah Tia. Tia sedikit kaget. "Mau pesan apa?" Tanya Yasin. "Es jeruk aja." Pinta Tia. "Kok minum aja, gak makan?" Tanya Yasin lagi. Tia hanya menggeleng. "Aku masih kenyang tadi di rumah sarapan nasi goreng." Yasin memesan pesanan Tia dan membawa nya ke meja dimana Mereka duduk. Tia mengaduk es jeruknya dengan sedotan, Yasin terus memandanginya. Dia meraih tangan Tia dan menggenggamnya kuat saat Tia mencoba menariknya. "Kamu belum katakan isi hatimu padaku. Perasaanku sudah Ku utarakan padamu tempo hari." Pinta Yasin. Tia tersenyum pada Yasin sambil melepaskan genggaman tangannya dengan lembut, dan balik menggenggam tangan Yasin, Tia melihat Yasin begitu senang dengan balasan Tia. Tia mengutarakan isi hatinya pada Yasin. Ada sedikit kekecewaan tampak di wajah Yasin, yang makin hari Tia lihat makin ganteng Uuhhuuuuyyyy.... tapi apalah daya, ketika Tia mengingat nasehat Ibu nya dan keadaan hidup Mereka yang jauh berbeda dengan kehidupan Yasin. "Tia, Aku gak akan menyakiti hatimu, malah Aku akan membantumu sebisa Aku, Mamaku juga sayang padamu. Kita akan belajar bersama, lulus bersama dan sekolah SMA yang sama, Aku janji akan membahagiakan Kamu, Orangtuaku juga mau membantu perekonomian Kalian." Kata Yasin meyakinkan. Tia hanya menggeleng sambil tersenyum. "Yasin, usia Kita masih sangat muda, masih jauh ke depan untuk Kita mencapai cita-cita, maaf Aku menolak tawaran Orangtuamu, Aku dan keluargaku gak pernah mau menerima bantuan dari orang lain selagi Kami masih mampu.." Tia melihat kekecewaan di wajah Yasin. "Kita tetap berteman sampai kapan pun Kamu mau, tapi Aku tidak bisa membalas perasaanmu padaku. Mungkin nanti dikala Kita dewasa, Kita berjodoh, Aku gak akan menolakmu." Jelas Tia tanpa maksud menyakiti perasaan Yasin. "Lebih baik sekarang Kita fokus untuk menghadapi ujian yang sebentar lagi tiba." Kata Tia lagi. Yasin mengangguk pelan. Dia menghela nafasnya, membuang sesak di dadanya. "Baiklah kalo itu mau mu, Aku gak akan memaksa. Tapi setelah ini janganlah Kamu menjauhi ku, karena Aku gak akan sanggup menjauh darimu." Tegas Yasin. Tia hanya mengangguk. "Baiklah." Tia setuju. Kami pun menautkan jari kelingking Kami... Bell masuk pun terdengar, Tia dan Yasin bergegas ke kelas. Yasin menggandeng tangan Tia, Tia mencoba menepisnya. Yasin menoleh ke arah Tia, memohon. Tia hanya pasrah saja. Di depan kelas, Tia segera melepas gandengan tangan Yasin. Tia gak mau, Rina salah paham lagi padanya. Para Siswa terus mengikuti pelajaran hingga bel pulang sekolah berbunyi. Tia keluar sedikit tergesa, hendak mengejar Yasin yang lebih dulu keluar. Tapi langkah Tia terhenti manakala Tia melihat Rina sudah bergelayut di tangan kekar Yasin. Tia cepat menyingkir dari tempat itu, memutar kembali ke kelas dan keluar dari samping gerbang sekolah. Tia melihat dari kejauhan Yasin celingak-celinguk, Rina yang di sebelahnya, segera menariknya manakala angkot yang ditunggu berhenti di depan Mereka. Tia hanya menghela nafas, melepaskan sesak di dada..... Bus yang membawa Tia pulang berhenti di halte biasa Tia turun. Tia tiba di rumah, dan langsung mengganti pakaiannya dengan baju biasa di rumah. Ibu memanggil: "Tia, Kamu sudah pulang??" "Ya Bu, lagi ganti baju." Jawab Tia. "Ya udah abis itu makan, temani Nindi tidur siang, dari tadi gak mau tidur tuh nungguin Kamu." Perintah ibu. "Ya Bu." Sahut Tia. Hàri pun cepat berlalu seperti biasa, tidak ada yang special tidak ada juga yang salah paham. Tia sudah mulai fokus dengan buku-buku, karena ujian kelulusan tinggal menghitung hari. Adiknya, Nindi seperti mengerti kesibukan Tia. Dia hanya duduk menemani Tia belajar tanpa sedikitpun mengganggu. Fitri mengajak Nindi main keluar. "Dek jajan yuk?" Ajaknya. "Kak Tia mau titip apa?" Tanya Fitri. "Wafer aja Dek. Nih uangnya." Tia menyerahkan beberapa uang ribuan ke Fitri. Tak menunggu lama, Fitri pun sudah balik dari warung, Nindi berlari ke kamar menyerahkan wafer yang Dia belikan untuk Tia. "Makasih Adikku." Sambil mencubit pipinya. "Kalau Kamu mau, makan aja ya. Kakak masih lanjut belajarnya." Kata Tia. Nindi hanya mengangguk. Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Hari ini hari minggu, besok Tia sudah harus menghadapi ujian kelulusan. Tia merapihkan buku-buku dan alat tulis ke tempat nya, rasa lelah juga laper terasa kini. Tia bergegas menuju ke belakang. Tia melihat adik-adiknya, Fitri, Feri dan Nindi sudah duduk di tikar yang sudah digelar Ibu untuk makan malam bersama. Bang Tiar dan Kak Mia tidak ada karena Mereka baru akan tiba di rumah tengah malam nanti. Pagi ini, Tia sudah bersiap berangkat sekolah. Adik-adiknya juga telah rapih dan selesai sarapan. Mereka berpamitan pada Ibu. Nindi yang sudah masuk SD kelas 1 pun menggandeng tangan Tia sampai depan gerbang komplek. Di sana Mereka berpisah. Tia berpesan pada Fitri: "Hati-hati menyebrang jalan raya, jaga Adik-adik di sekolah." Fitri mengangguk dan Mereka pun berpamitan pada Tia. Tia berjalan ke halte bus tempat biasa Dia menunggu bus. Tia melihat Halimah sudah berada disana. "Halimah!" Panggil Tia. Halimah menoleh ke arah suara seraya tersenyum. "Ayo Tia bus nya udah datang!" Teriak Halimah. Tia pun mempercepat langkahnya sedikit berlari. _______ Seminggu sudah Siswa kelas 3 menghadapi ujian, masa tenang sekolah pun diisi dengan perjusami ( perkemahan jumat sabtu minggu) Para Siswa mendirikan tenda di belakang sekolah. Ada 10 tenda yang dididirikan. 8 tenda regu, 2 tenda Pembina. Tenda regu Tia berada paling ujung dekat dengan empang yang ada di belakang sekolah. Selesai sudah persiapan berkemah. Mereka melaksanakan upacara pembukaan Perjusami. Kali ini Pratama diambil alih Sobri. Kakak Pembina, membacakan kegiatan Kami selama 3 hari dimulai sore ini. Upacara pun selesai, Kami kembali ke tenda masing-masing untuk mempersiapkan kegiatan selanjutnya. Setelah shalat maghrib nanti. Sri dan Halimah, mulai membuat tungku untuk masak nasi, Tia dan teman-teman regunya membagi tugas, ada yg mengumpulkan ranting, mencuci beras, memotong sayuran dan memasak mie instant. Kakak Pembina memanggil Ketua regu untuk berkumpul, Tia segera meninggalkan teman-temannya ke arah tenda Pembina. Kakak pembina memberi arahan dan membagikan jadwal kegiatan perkemahan Kami. Dan meminta setiap regu untuk menyerahkan pengisian acara api unggun, apa yang akan ditampilkan. Kakak pembina membubarkan barisan. Tia berlari ke arah tenda regunya. Teman-temannya yang sibuk memasak menghentikan kegiatan Mereka. Mereka mendengarkan penjelasan Tia. "Ayo sambil dilanjut masaknya biar Kita bisa cepat selesai sebelum maghrib." Tia meminta regunya untuk mengisi acara api unggun. Santi selaku wakilnya memberi saran. "Gimana kalo Kita konser aja, Tia dan Yeni kan jago tuh nyanyi dangdut, Aku memukul gendang dengan ember, Sri dan Yuni memainkan sendok dan garpu sebagai kecrekan, yang lain mengiringi dengan tepukan tangan." Usul Santi. "Ok juga." Jawab Tia. Dan diangguki oleh anggota regu yang lain. "Jadi udah yakin ya, Kita mengisi acara itu." Mereka pun menyatukan telapak tangan dan berteriak: "Aster Tetap Jaya!!!!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN